Wahai manusia ....
Perhatikan kami, kami sehat berkembangbiak dengan aman
Kami tetap sehat meskipun tinggal dekat dengan manusia
Kami tetap sehat meskipun kami terbang menjauh dari manusia
Kami tetap sehat meskipun dikambinghitamkan sebagai penyebar H5N1
Kami tetap hidup meskipun harus cari makan sendiri
Kami tetap hidup meskipun manusia tidak kasih makan kami
Kami tetap hidup meskipun manusia sibuk mempelajari arah terbang kami
Kami prihatin keluarga kami ayam banyak menjadi korban karena tidak tahan H5N1
Mengapa manusia tega paksa mereka hidup dalam tempat yang sempit
Mengapa manusia tega paksa mereka hidup dalam tempat yang pengap
Mengapa manusia tega paksa mereka hidup dengan makanan yang tidak enak
Mengapa manusia tega paksa mereka hidup tanpa makan seharian
Mengapa manusia tega paksa mereka hidup dengan makan berlebihan
Mengapa manusia tega paksa mereka hidup dengan sinar berlebihan
Karena paksaan itu mereka menjadi amat sangat lemah sekali
Pinta kami kasih-sayangilah mereka dan bebaskanlah hidup mereka
Monday, 25 February 2008
Jangan Salahkan Burung
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
14:37
0
comments
Labels: Penyakit Hewan
Sunday, 24 February 2008
Pelatihan Program Perlindungan Lingkungan
Pemerintah Jepang Ministry of Economic, Trade and Industry (METI) telah memberikan bantuan Pelatihan Environmental Protection Program for Indonesia (IDEN-1) mengenai pencemaran udara yang diselenggarakan oleh The Association for Overseas Technical Scholarship (AOTS) pada tanggal 4 – 15 February 2008 di Tokyo.
Mereka yang memperoleh kesempatan mendapatkan pelatihan ini adalah 29 peserta yang berasal dari Jawa Barat teridiri dari kalangan Pejabat Pemerintah Daerah, Peneliti dari kalangan Akademisi, Asosiasi Profesi, Praktisi Industri dan LSM. Sebagai Ketua Trainee program kali ini adalah Agus Rachmat Kepala West Java Environmental Protection Agency.
Tujuan dari training ini adalah membantu persiapan penetapan Environment Pollution Control Manager (EPCM) system pencegahan polusi udara di Propinsi Jawa Barat.
Minggu pertama para trainee memperoleh pembekalan di kelas, dan minggu kedua mereka melakukan kunjungan ke lapangan. Terdapat 5 topik bahasan selama training meliputi:
1.Air Pollution control Law in Indonesia (presentation and discussion)
2.Pollution Control Manager (PCM) System in Japan.
3.Air Pollution Control Technologies (Combustion Technology, Smoke and Soot Treatment Technology, Measurement Technology)
4.Case Example of Air Pollution Control in a Factory in Japan
5.Action Plan for Establishment of Environmental Pollution Control Manager (EPCM) system for air Pollution Prevention in Indonesia (presentation and discussion)
Harapan para trainee mengikuti Training ini adalah sebagai berikut:
1.Dapat mengimplementasikan PCM Negara di Jawa Barat (Agus Rachmat dari West Java Environmental Protection Agency).
2.Dapat memperoleh gambaran paraturan dan kebijakan pemerintah Jepang dalam pencegahan pencemaran udara (Driejana dari Institut Teknologi Bandung).
3.Berkaitan dengan tenaga kerja di Indonesia, kami akan berusaha menarik perhatian manejer asal Jepang agar memperhatikan penanggulangan pencemaran udara di pabrik-pabrik di Indonesia (Ferry Benzon Saragih S. dari Hiperkes dan Keselamatan Kerja ).
4.Ingin memperoleh pengetahun strategi pengendalian pencemaran udara (Rachman dari The Cimahi Environmental Protection Agency).
5.Dapat merencanaan dan melaksanaan pencegahan pencemaran udara di Propinsi Jawa Barat dengan baik (Mohamad Eko Damayanto dari Bapeda Jawa Barat).
6.Merencanakan membantu membina pengusaha dalam pencegahan Pencemaran udara di Depok (Eva Kurniasari dari Environmental and Waste Management Agency, Depok).
7.Ingin menerapkan hasil training di Kota Bandung (Roseline Tampubolon dari BPLH Kota Bandung)
8.Ingin menerapkan tekhnologi Jepang dalam pembinaan industri di wilayah Cirebon (Imamul Hakim dari Environment, Forestry and Mining Deartment, Cirebon).
9.Hasil training akan diterapkan di pabrik kami (Rudi Sunarto dari Pabrik Tekstil PT. Darmamas Concern II).
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
13:47
1 comments
Labels: Pendidikan dan Pelatihan
Monday, 18 February 2008
Jepang Butuh Ikan Raja Kering
Raja (Okamejei) boesemani Ishihara, 1987.
En-Boeseman’s skate.
Ikan Raja panjangnya bisa mencapai 55 cm. Ikan ini dapat ditangkap di antara Lautan India dan Pasifik, terutama di laut China Timur dan Selatan sampai Serawak, dan terdapat juga di Laut Jawa dengan kedalaman 20 – 90 m. Ikan Raja yang biasa dimakan di Jepang selama ini adalah Raja kwangtungensis. Sebuah perusahaan importir di Jepang ingin mengimpor ikan Raja kering dengan garis besar cara pengolahannya sebagai berikut.
1.Ikan dipotong dari kepala sampai ekor menjadi dua sehingga simetris kiri dan kanan.
2.Seluruh kulit ikan dikupas.
3.Daging ikan diiris dibelah menjadi dua supaya lebih tipis, lalu di bentangkan.
4.Akan diperoleh ukuran (a) 13-15 cm, (b) 15-19 cm, dan (c) 19-25 cm tergantung besar ikan.
5.Ikan dikeringkan dengan sinar matahari sehingga beratnya menjadi 10-15% berat awal untuk ukuran (a) dan 70-85% untuk ukuran (b) dan (c).
6.Dibungkus dalam plastik, dipak menjadi 10 kg/blok dimasukkan kedalam karton. Setiap karton berisi 2 blok.
7.Dikirimkan 12-15 ton per kontainer volume 40 feet kubik untuk setiap bulan.
8.Perusahaan yang telah berpengalaman dalam pengolahan ikan dan berpotensi untuk memproduksinya dipersilahkan memperkenalkan profile perusahaannya disertai keterangan peralatan dan fasilitas yang dimiliki.
9.Apabila telah diperoleh suatu kesepakatan, perusahaan importir Jepang akan memberikan bimbingan teknis cara produksi ikan olahan tersebut.
10.Sebagai catatan penting perusahaan importir akan berkomunikasi langsung dengan pemilik perusahaan eksportir di Indonesia.
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
07:43
2
comments
Labels: Pasar Produk Perikanan
Sunday, 17 February 2008
Karya ilmiah kolega peneliti mengacu karya kami
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
14:09
0
comments
Labels: Aku dan Tulisan Kolegaku
Wednesday, 13 February 2008
Rahasia Melon Jepang Bernilai Jutaan! Kisah Sukses Petani Fukushima yang Menaklukkan Hotel & Restoran
Mr. Kato Koichi adalah seorang petani melon yang sukses di Nakajima-Mura, Nishi-Shirakawa-gun, Fukushima Prefecture, Jepang. Tiga puluh tahun yang lalu, dimasa mudanya dia telah menimba ilmu pertanian selama 2 tahun lalu dilanjutkan magang bertani selama 2 tahun di Amerika Serikat.
Sekembalinya dari Amerika Serikat dia mempraktekan ilmu yang telah ditimba selama 4 tahun itu dengan bercocok-tanam melon, padi dan sayur-sayuran. Dia mengolah lahan dari orang tuanya dengan tekun sehingga dia berhasil menjadi petani melon yang terkenal di Nishi-Sirakawa.
Dia menanam melon Arasu pada tanah seluas 7.000 m2. Melon yang dihasilkannya sangat berkwalitas dengan berat 1.610 gram berbentuk bulat dengan volume 1.440 cm3. Warna daging buahnya hijau muda. Kadar gulanya antara 15,5% - 17,0%. Melon ditanam berdasarkan iklim di Nakazima. Pada akhir bulan Pebruari di lakukan penyemaian. Pada awa Maret dilakukan penanaman. Sebulan kemudian dilakukan pemotongan cabang batang yang pertama sampai dengan cabang yang ke sepuluh. Sedangkan cabang yang ke sebelas sampai dengan ke dua belas dibiarkan tumbuh. Dari ketiga cabang tersebut dipilih yang terbaik, dua yang tidak baik dipotong. Sehingga satu pohon hanya terdapat satu buah. Dengan teknik ini dapat menghasilkan buah yang bermutu.
Rasa melon tergantung pada curah hujan terutama saat menjelang dipanen. Sehingga pada saat menjelang panen tidak dilakukan penyiraman dan pemanenan dilakukan pada saat musim kemarau. Disamping itu suhu yang ideal untuk pertumbuhan dan panen melon berkisar 18-20 C pada malam hari dan 28-30 C pada siang hari. Waktu yang tepat untuk pemanenan adalah pada bulan Mei - Juni dan pada bulan September - Oktober.
Untuk mengatur suhu pada green house dilengkapi dengan alat pengontrol suhu dilengkapi heater otomatis dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah.
Pada green house atap dibuat dua lapis,lapis bawah berfungsi untuk menahan udara dingin dari luar pada malam hari.
Melon ditanamam, dipanen, di grading, dikemas dan dipasarkan sendiri. Cara pemasaran melon yang dilakukan oleh Mr. kato yaitu dengan menjalin hubungan baik dengan pelanggan hotel dan restoran. Terdapat 7 hotel yang telah menjadi pelanggan setia, dimana setiap hotel bisa memesan 200 buah per minggu. Harga satu melon produknya 1.600 – 2.000 yen per buah, sedangkan harga yang di super market bisa mencapai 3.000 yen.
Kemasan yang dikirim ke hotel dikemas setiap kotak berisi 5 melon. Sedangkan yang dijual ke super market dikemas satu kardus berisi satu buah. Kemasan terbuat dari kardus yang bertuliskan namanya dan alamat serta nomor telpon dan fax. Sebelum dimasukan ke kardus sebuah melon dibungkus dengan kertas pembungkus dua lapis dan pembungkus buah dua lapis.
Melon diantar langsung oleh Mr. Kato sendiri menggunakan mobil vagon. Untuk menjalin hubungan dengan pelanggan dilakukan pertemuan di hotel-hotel pelanggannya setiap bulan sekali. Apabila terjadi keluhan mutu produk dari pelanggan maka akan segera diganti dengan produk lain secepatnya, paling lambat pada hari berikutnya. Keluhan ini sangat jarang terjadi karena Mr. Kato menjaga mutu produknya dengan sangat hati-hati.
Menurut pengakuannya hotel dan super market pelanggannya lebih mementingkan mutu dibanding harga yang murah. Maka dari itu Mr. Kato sangat menjaga mutu selain dengan teknik penanaman yang bagus juga grading mutu yang sangat ketat sehingga dia lakukan sendiri. Mutu melon yang bagus menurut dia adalah melon dengan aroma harum, rasa manisnya pas dengan tekstur daging buah lembut bagaikan es krim.
Selain melon Mr. Kato juga bertani padi. Menurut dia saat ini persediaan beras di Jepang banyak sehingga harga beras mengalami penurunan maka pada tahun ini pemerintah akan mengurangi jumlah produksi padi dengan cara memberikan intensif kepada mereka yang mau merubah pertaniaan padinya menjadi pertanian sayur. Setiap ha memperoleh 500.000 yen selama lima tahun. Ini merupakan kebijakan pemerintah Jepang yang menarik.
Untuk memperlancar pekerjaan ini dia memperoleh bantuan seorang Pemuda Petani Indonesia yang berasal dari Garut, bernama Gungun Imat Rohmat. Gungun bersyukur telah memperoleh kesempatan magang petani di Jepang selama setahun melaui Program kerjasama Deptan-JAEC. Dia tinggal bersama keluarga Mr. Kato. Kamarnya yang berukuran 3X3 m2 dilengkapi AC, heater, kulkas, kamar mandi dan WC. Setelah membeli laptop, Gungun dapat mengikuti perkembangan Indonesia setiap hari melalui internet dan bisa berkomunikasi dengan kawan-kawannya lewat e-mail. Cita-cita pemuda lulusan IAIN ini setelah kembali ke Indonesia akan mengembangkan daerah asalnya Garut sebagai penghasil buah melon yang bermutu.
#MelonJepang
#PetaniSukses
#PertanianPresisi
#GreenhouseModern
#AgribisnisJepang
Posted by
Drh.Pudjiatmoko,PhD
at
23:13
0
comments
Labels: Petani Sukses Jepang