Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, 25 October 2020

Pentingnya Vaksinasi


Vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah penyakit menular. Di bawah akan menjelaskan bagaimana vaksin bekerja, apa yang dikandungnya dan efek samping vaksinasi yang paling umum.

 

Penting

Ketahuilah bahwa cerita anti-vaksin menyebar secara online melalui media sosial. Mereka mungkin tidak didasarkan pada bukti ilmiah dan dapat membuat anak Anda berisiko terkena penyakit serius.

 

Hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang vaksin

Vaksinasi

• melindungi Anda dan anak Anda dari banyak penyakit serius dan yang berpotensi menyebabkan kematian

• melindungi orang lain dalam komunitas Anda - dengan membantu menghentikan penyebaran penyakit ke orang-orang yang tidak divaksinasi.

• uji keamanannya dilakukan selama bertahun-tahun sebelum vaksin bisa digunakan - efek sampingnyapun juga dipantau.

• terkadang menyebabkan efek samping ringan yang tidak akan berlangsung lama - beberapa anak mungkin merasa agak tidak enak badan dan lengan sakit selama 2 atau 3 hari.

• mengurangi atau bahkan membebaskan beberapa penyakit - jika tercakup banyak orang yang divaksinasi.

 

Jangan berpikiran negatif

• vaksinasi tidak menyebabkan autisme - penelitian tidak menemukan bukti adanya hubungan antara vaksin MMR dan autisme

• jangan membebani atau melemahkan sistem kekebalan - aman untuk memberi anak beberapa vaksin sekaligus dan ini mengurangi jumlah suntikan yang mereka butuhkan

• tidak menyebabkan alergi atau kondisi lain - semua bukti terkini menunjukkan kepada kita bahwa melakukan vaksinasi lebih aman daripada tidak melakukannya.

• tidak mengandung merkuri (thiomersal)

• tidak mengandung bahan yang menyebabkan bahaya dalam jumlah kecil - tetapi hendaknya dibicarakan dengan dokter jika Anda memiliki alergi yang diketahui seperti telur atau gelatin.

 

MENGAPA VAKSINASI  ITU PENTING

Vaksinasi merupakan hal terpenting yang dapat Anda lakukan untuk melindungi diri Anda dan anak-anak Anda dari terinfeksi penyakit menular. Vaksinasi dapat mencegah hingga 3 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun.

Sejak vaksin digunakan di Inggris, penyakit seperti cacar, polio dan tetanus yang biasanya dapat menimbulkan kematian atau melumpuhkan jutaan orang, sekarang telah hilang atau terlihat sangat jarang.

Penyakit lain seperti campak dan difteri telah berkurang hingga 99,9% sejak vaksinnya digunakan.

Namun, jika masyarakat berhenti melakukan vaksinasi, kemungkinan penyakit infeksi akan muncul dan cepat menyebar kembali.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merilis daftar 10 ancaman terhadap kesehatan global pada tahun 2019. Diantaranya adalah:

1.     Polusi udara dan perubahan iklim

2.     Penyakit tidak menular

3.     Ancaman pandemi influenza global

4.     Pengaturan lemah dan rentan, seperti daerah terdampak kekeringan dan konflik

5.     Resistensi antimikroba

6.     Ebola dan patogen ancaman tinggi

7.     Perawatan primer yang lemah

8.     Keragu-raguan terhadap vaksin (Vaccine hesitancy)

9.     Demam berdarah

1    HIV

 

Vaccine hesitancy (keragu-raguan terhadap vaksin) merupakan salah satun dari 10 ancaman terbesar terhadap kesehatan global tersebut di atas. Keragu-raguan terhadap vaksin terjadi ketika orang-orang yang memiliki akses ke vaksin menunda atau menolak vaksinasi.  Keragu-raguan terhadap vaksin ini mengacu pada keterlambatan penerimaan atau penolakan vaksin meskipun tersedia layanan vaksinasi. Keragu-raguan terhadap vaksin itu kompleks dan konteksnya berbeda-beda di setiap waktu, tempat dan vaksin. Ini mencakup faktor-faktor seperti kepuasan diri, kenyamanan dan kepercayaan diri.

 

Untuk mengatasi Vaccine hesitancy (keragu-raguan terhadap vaksin) European Centre for Disease Prevention and control (ECDC) fokus memberikan informasi kepada kalangan masyarakat yang ragu-ragu, faktor penentu keragu-raguan dan hasil penelitian tentang topik tersebut, untuk memungkinkan kesehatan masyarakat mendapatkan informasi yang lebih baik tentang kesadaran kalangan masyarakat yang ragu-ragu, dan meresponnya dengan tepat. Secara khusus, ECDC menyediakan panduan dan perangkat untuk petugas layanan kesehatan, pimpinan program imunisasi dan ahli kesehatan masyarakat guna mendukung upaya mereka dalam mengatasi keragu-raguan terhadap vaksin.

 

Campak dan gondongan

Campak dan gondongan mulai muncul kembali di Inggris, meski vaksin MMR aman dan melindungi dari kedua penyakit tersebut.

Kasus campak dan gondongan meningkat hampir dua kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.  Hal ini serius karena campak dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti meningitis, sedangkan gondongan dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

 

Penting

Jika 95% anak-anak menerima vaksin MMR, campak dapat disembuhkan.  Namun, campak, gondongan dan rubella dapat menyebar kembali dengan cepat jika orang yang divaksinasi kurang dari 90%.

 

Bagaimana vaksin bekerja ?

Vaksin mengajarkan sistem kekebalan Anda cara membuat antibodi yang melindungi Anda dari penyakit.

Jauh lebih aman bagi sistem kekebalan Anda untuk mempelajarinya melalui vaksinasi daripada dengan menangkap penyakit dan mengobatinya.

Setelah sistem kekebalan Anda mengetahui cara melawan penyakit, sering kali sistem tersebut dapat melindungi Anda selama bertahun-tahun.

 

Kekebalan kelompok (Herd Immunity)

Melaksanakan vaksinasi masal juga menguntungkan seluruh masyarakat Anda dengan diperolehnya "kekebalan kelompok".

Jika cukup banyak orang yang divaksinasi, penyakit menular akan lebih sulit menyebar ke orang-orang yang tidak tervaksinasi atau orang yang sedang sakit atau memiliki daya tahan tubuh yang lemah.

 

Mengapa vaksin aman

Semua vaksin diuji secara menyeluruh untuk memastikan tidak membahayakan Anda atau anak Anda.

Seringkali dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar vaksin berhasil melewati uji coba dan tes yang harus lulus untuk mendapatkan persetujuan otoritas berwenang.

Setelah vaksin digunakan di Inggris, akan dipantau untuk setiap efek sampingnya oleh Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan (MHRA).

Siapa pun dapat melaporkan dugaan efek samping vaksinasi kepada MHRA melalui Skema Kartu Kuning.

 

Efek samping vaksinasi

Sebagian besar efek samping vaksinasi ringan dan tidak berlangsung lama.

Efek samping yang paling umum dari vaksinasi meliputi:

• pada tempat masuknya jarum tampak merah, bengkak dan terasa agak sakit selama 2 sampai 3 hari

• bayi atau anak kecil merasa agak tidak enak badan atau mengalami demam selama 1 atau 2 hari

Beberapa anak mungkin juga menangis dan kesal begitu selesai disuntik. Ini normal dan mereka akan merasa lebih baik setelah dipeluk.

 

Reaksi alergi

Jarang ada orang yang mengalami reaksi alergi yang serius terhadap vaksinasi. Jika ini terjadi, biasanya terjadi dalam beberapa menit.

Orang yang memvaksinasi Anda atau anak Anda biadanya telah dilatih untuk menangani reaksi alergi dan segera mengobatinya. Dengan perawatan yang tepat, Anda atau anak Anda akan pulih dengan baik.

 

Apa isi vaksin?

Kebanyakan orang tidak peduli tentang bahan-bahan vaksin dan tahu bahwa itu aman.

 

Bahan utama dari setiap vaksin adalah sejumlah kecil bakteri, virus, atau racun yang telah dilemahkan atau diinaktifkan terlebih dahulu di laboratorium.

 

Artinya, tidak ada risiko orang sehat tertular penyakit dari vaksin. Itu juga mengapa Anda mungkin melihat vaksin disebut vaksin "hidup" atau "mati".

 

Apa perbedaan antara vaksin hidup atau mati?

 

Perbandingan vaksin hidup dan vaksin mati (Inaktif)

 

Tabel yang menunjukkan perbedaan antara vaksin hidup dan inaktif

Vaksin hidup (dilemahkan)

Vaksin yang dimatikan (diinaktifkan)

Berisi virus atau bakteri yang telah dilemahkan

Mengandung virus atau bakteri yang telah diinaktifkan

Tidak bisa diberikan kepada orang dengan sistem kekebalan yang lemah

Masih bisa diberikan kepada orang dengan sistem kekebalan yang lemah

Memberikan perlindungan jangka panjang

Seringkali membutuhkan beberapa dosis atau vaksinasi ulang untuk perlindungan penuh

 

Bahan vaksin lainnya

Vaksin terkadang mengandung bahan lain yang membuat vaksin lebih aman dan efektif.

 

Tidak ada bukti bahwa salah satu bahan  dibawah ini menyebabkan kerusakan badan bila digunakan dalam jumlah kecil:

Aluminium (adjuvan)

Minyak squalene (adjuvan)

Gelatin

Albumin serum manusia dan albumin rekombinan

Protein telur

Formaldehida

Antibiotik

 

Dianjurkan Anda untuk menbaca tip vaksinasi, termasuk apa yang diharapkan setelah vaksinasi.

Bicaralah dengan dokter umum atau perawat praktik Anda jika:

• Anda khawatir tentang Anda atau anak Anda yang akan divaksinasi.

• Anda tidak yakin apakah Anda atau anak Anda bisa mendapatkan vaksin.


TIPS UNTUK ORANG TUA YANG ANAKNYA DIVAKSIN

Hal-hal yang dapat Anda lakukan ketika dilakukan vaksinasi anak Anda.

Ada beberapa hal yang dapat Anda coba yang dapat membantu kelancaran vaksinasi anak Anda:

 

YANG HARUS DILAKUKAN

• ingatlah untuk mencatat catatan kesehatan anak pribadi Anda (PCHR) - di Inggris ini biasanya dikenal sebagai "buku merah"

• hubungi tempat praktik atau klinik untuk memberi tahu mereka jika ada orang lain yang membawa anak Anda untuk vaksinasi - atau berikan surat kepada orang tersebut dengan detail kontak Anda.

• Dandani bayi Anda dengan pakaian yang mudah dilepas - bayi di bawah 12 bulan mendapat suntikan di bagian paha.

• Mendandani pakaian balita dan anak yang lebih tua dengan baju longgar atau lengan pendek - mereka akan disuntik di lengan

• Usahakan untuk tetap tenang selama vaksinasi - khawatir itu wajar tetapi mungkin membuat anak Anda cemas dan gelisah

• beri tahu anak Anda apa yang akan terjadi dalam bahasa sederhana - misalnya, "Anda mungkin merasakan goresan tajam yang akan hilang dengan sangat cepat"

• pegang lutut anak Anda selama penyuntikan - jika Anda khawatir akan melihat suntikan, Anda dapat meminta perawat atau anggota staf lain untuk mengalihkan pandangan Anda.

 

JANGAN DILAKUKAN

• Jangan terburu-buru untuk membuat janji dilakukan vaksinasi - untuk memberi banyak waktu Anda sehingga dapat membantu Anda dan anak Anda terhindar dari perasaan stres dan cemas.

• Jangan khawatir untuk berbicara dengan perawat atau dokter - mereka dapat menjawab pertanyaan apa pun yang Anda tanyakan tentang vaksinasi.

 

Harapkan setelah dilakukan vaksinasi

Bayi atau anak Anda mungkin menangis sebentar setelah vaksinasi, tetapi mereka akan merasa lebih baik setelah dipeluk.

Terkadang area tempat jarum masuk bisa terasa sakit dan merah selama 2 hingga 3 hari. Ini akan hilang dengan sendirinya.

Beberapa anak mungkin juga mengalami demam.

 

Cara mengobati demam setelah vaksinasi

Jika anak Anda mengalami demam:

• pastikan mereka tidak memakai terlalu banyak lapisan pakaian atau selimut

• beri mereka banyak minuman

• beri mereka parasetamol cair atau ibuprofen untuk anak-anak agar suhu tubuhnya turun

Dianjurkan agar Anda memberi bayi Anda parasetamol cair setelah vaksinasi untuk mengurangi risiko demam. Vaksin ini diberikan pada umur 8 minggu, 16 minggu dan 1 tahun.

Pastikan Anda mengikuti instruksi yang dituliskan dalam petunjuk pemakaian obat. Jika Anda kurang yakin, mintalah nasihat Apoteker.

 

Penting

Jangan berikan aspirin kepada anak di bawah 16 tahun kecuali jika diresepkan oleh dokter.

 

Reaksi alergi terhadap vaksinasi

Jarang ada orang yang mengalami reaksi alergi yang serius terhadap vaksinasi.  Jika ini terjadi, biasanya terjadi dalam beberapa menit.

Orang yang memvaksinasi Anda atau anak Anda akan dilatih untuk menangani reaksi alergi dan segera mengobatinya. Dengan perawatan yang tepat, anak Anda akan pulih dengan baik.

 

Daftar Pustaka:

 

1.         Why vaccination is safe and important. https://www.nhs.uk/conditions/vaccinations/why-vaccination-is-safe-and-important/

 

2.         Vaccine hesitancy. https://www.ecdc.europa.eu/en/immunisation-vaccines/vaccine-hesitancy

 

3.         WHO Releases list of 10 Threats to global Health. https://www.jwatch.org/fw114986/2019/01/18/who-releases-list-10-threats-global-health

Thursday, 22 October 2020

Filter HEPA Cegah Penyebaran COVID-19 ?

 

Dapatkah Filter HEPA mencegah penyebaran COVID-19 ?

 

Sejak wabah pandemi dimulai karena virus SARS-CoV-2 (Covid-19), filter partikel, terutama yang seperti HEPA, telah mendapatkan banyak perbedaan di media. Ketika industri penerbangan mulai mendasarkan wacana keamanannya terhadap virus yang menakutkan ini pada sistem resirkulasi udara pesawat, mereka pasti dilengkapi dengan filter partikel jenis ini.


Mari kita mulai dari awal: Apa itu filter HEPA? HEPA adalah akronim bahasa Inggris untuk "High Efficiency Particulate Air" atau "Udara Partikel Efisiensi Tinggi".  Pada kenyataannya, kita dapat mengatakan bahwa filter HEPA adalah filter mekanis dengan kapasitas untuk menyaring partikel kecil pada kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada filter konvensional lainnya.


Selain filter HEPA, kami juga dapat menemukan, di bawah, "Udara Partikulat Efisien" atau "Efficient Particulate Air" (EPA) dan di atas "Udara Penetrasi Ultra Rendah" atau “Ultra Low Penetration Air" (ULPA). Ketiga jenis filter ini juga dikenal sebagai "filter absolut" dan diatur oleh standar UNE-EN 1822-1: 2020.

Selain pesawat, filter ini digunakan di ruang operasi, ruang bersih lain yang disterilkan, di dalam penyedot debu, AC, lemari es, masker, respirator dan, tentu saja, disertakan di dalam pengering tangan listrik berkecepatan tinggi untuk memastikan partikel kecil itu ada. tertangkap dan tidak tertiup kembali ke tangan seseorang setelah dicuci.


Menyaring partikel yang sangat kecil, secara teori, cukup sederhana: kita hanya perlu memasang saringan dengan lubang yang cukup kecil untuk mencegah lewatnya partikel yang ingin kita blokir. Kami bahkan dapat memasang saringan tanpa lubang, sehingga menghindari masuknya partikel apa pun, sekecil apa pun.


"Filter HEPA memungkinkan penyumbatan partikel yang sangat kecil sambil terus membiarkan udara melewatinya dengan mudah"

 

Meskipun ini mungkin tampak sederhana, namun dalam praktiknya jauh lebih rumit. Jika kita tidak membuat lubang di saringan, kita memblokir semua partikel, ya, tapi kita juga memblokir seluruh aliran udara, mencegah resirkulasinya di dalam perangkat. Dalam kasus penyedot debu, ini akan menyebabkan tidak dapat menyedot partikel debu dan kotoran dari lantai. Dalam sistem pendingin udara, kita tidak akan mengalami resirkulasi udara di dalam ruangan. Dalam pengering tangan listrik, itu tidak akan menghembuskan udara dan karenanya tidak akan mengeringkan tangan kita. Untuk itulah kita harus bisa mendesain HEPA filter dengan lubang yang cukup kecil agar partikel yang ingin kita hentikan tidak lewat, melainkan cukup besar sehingga diperlukan udara yang melewati filter agar unit bekerja secara efektif. dan efisien.


Untuk meringkas, jika lubangnya terlalu kecil, butuh banyak waktu untuk mengalirkan udara melalui filter itu. Inilah yang dikenal sebagai head-loss atau pressure-loss / drop: motor mencoba menggerakkan banyak udara, tetapi filter tidak membiarkannya. Filter HEPA memungkinkan penyumbatan partikel yang sangat kecil sambil terus membiarkan udara melewatinya dengan mudah.


Filter HEPA biasanya memiliki bahan filter berlipat yang memaksimalkan total luas permukaan filter. Dalam masker FFP2 atau FFP3, bahan filter ada di permukaan masker; Untuk filter yang digunakan pada pengering tangan, bahan filter dilipat dalam bentuk akordeon. Jika kami meregangkan bahan, kami memperoleh panjang sekitar 10 kali ukuran filter asli. Memiliki bahan berlebih ini memungkinkan kami untuk sangat mengurangi lubang pada saringan tanpa mengorbankan kinerja unit pengering tangan.


Sekarang inilah pertanyaan tahun ini: Apakah filter HEPA ini mampu memblokir partikel sekecil virus, dan lebih khusus lagi, virus Covid-19? Menurut EN-1822, filter harus diuji dengan partikel dengan ukuran penetrasi maksimum (MPPS - Most Penetrating Particle Size).  Ukuran partikel paling kritis (MPPS) untuk setiap filter berada pada rentang antara 0,12 hingga 0,25 mikron. Coronavirus adalah virus besar (dalam kisaran ukuran virus). Dalam kasus Covid-19, ukurannya diperkirakan antara 0,12 dan 0,16 mikron. Untungnya, virus tidak bergerak secara mandiri dan umumnya mengikat partikel jenis lain (terutama air), termasuk tetesan pernapasan, yang merupakan mekanisme utama penularan manusia-manusia yang dijelaskan dalam dokumen Organisasi Kesehatan Dunia. Partikel pernapasan ini lebih besar dari 5 mikron. Oleh karena itu, kami melihat bahwa dalam kasus ini, ukurannya jauh di atas ukuran minimum yang disaring oleh filter HEPA (dari 0,12 hingga 0,25 mikron) dan di sinilah filter HEPA benar-benar berfungsi: mereka menjebak tetesan infeksi pernapasan ( atau partikel lain) yang telah melekat pada virus dan mencegahnya tetap berada di kompartemen penumpang, baik di pesawat terbang, di kamar, rumah, atau di toilet umum.

 

"Filter HEPA H13 mampu memblokir hingga 99,95% Partikel Penetrasi Ukuran Maksimum (MPPS)."

 

Terakhir, kita harus mengetahui persentase partikel yang mampu diblokir oleh filter HEPA dan berapa persentase partikel yang melewatinya. Sekarang perlu diingat bahwa filtrasi 100% tidak mungkin, tetapi jenis filter ini cukup mirip dengannya: filter HEPA H13 mampu memblokir 99,95% partikel Ukuran Penetrasi Maksimum (MPPS). Hanya 0,05% partikel dengan ukuran tersebut yang dapat lolos ke filter. Jika filter mampu melakukan ini dengan partikel pada ukuran penetrasi maksimum, dengan partikel yang lebih besar - seperti partikel pernapasan - persentase pemblokiran akan lebih tinggi.

 

Sistem ventilasi pesawat, sistem AC, penyedot debu, atau pengering tangan elektrik menggerakkan udara di kompartemen penumpang, tetapi jika kami menyediakan produk ini dengan sistem penyaringan yang luar biasa, kami akan mencapai bahwa sebagian besar partikel yang diserap oleh unit terjebak di filter dan tidak dikembalikan ke kompartemen penumpang. Kami tidak dapat mengatakan bahwa unit telah membunuh virus, tetapi kami dapat mengatakan bahwa sejumlah besar partikel yang membawanya telah terkumpul di filter dan, oleh karena itu, telah dibuat menghilang dari ruang area tempat pengguna bernapas. Oleh karena itu, perawatan filter yang baik sangat penting, terutama sekarang setelah kita menderita pandemi yang mengerikan ini.


Sejauh ini, kita telah membicarakan tentang filter dengan efisiensi tinggi yang menjebak partikel yang sangat kecil dan bahkan sebagian besar virus dan bakteri. Sekarang kami bertanya: Bagaimana jika filter itu mampu menghilangkan virus yang terperangkap di dalamnya?

 

Sumber:

https://www.mediclinics.com/en/blog/23_are-hepa-filters-a-safe-solution-for-covid-19.html

Terbongkar! Ternyata Bisa Lebih dari Sekadar Membersihkan Udara!



Air purifier adalah alat untuk membersihkan udara di ruangan. Setelah disaring, udara sekitar akan lebih bersih dan bebas polusi. Ada juga yang berfungsi pengatur kelembaban udara, penyaring serbuk sari dan partikel polutan, hingga dijadikan sebagai diffuser. Namun, kita harus cermat memilih karena harganya yang tidak murah.

 

Air purifier dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe (a) fan air purifier; (b) electric air purifier; dan (c) ion generator. Untuk itu, pelajari tipe air purifier yang sesuai dengan ruangan kita.

 

Air purifier yang paling umum adalah fan air purifier.  Alat ini akan menyaring udara menggunakan kipas yang ada di dalam alat air purifier. Proses penyaringan tersebut dilakukan dengan mendorong udara ke dalam filter sehingga udara di dalam ruangan bebas bau dan debu. Modelnya yang bermacam-macam memudahkan Anda memilih produk sesuai dengan ukuran ruangan Anda.

 

Tipe ini juga cenderung memiliki harga relatif terjangkau sehingga kita dapat memasangnya di beberapa kamar sekaligus. Namun, kita perlu mengganti filter secara berkala supaya selalu dapat digunakan secara optimal. Selain itu, suara kipasnya cukup terdengar. Jika kita merasa terganggu dengan suaranya, kita dipilih produk yang dilengkapi silent mode.

 

Tipe electric air purifier, tidak berisik dan cocok dipasang di kamar buah hati kita.

Electric air purifier dapat membersihkan udara secara optimal dengan suara yang tenang. Keunggulan alat ini adalah bekerja dengan daya listrik statis dan filter di dalam mesin jarang tersumbat. Hal itulah yang membuat tipe ini dapat bekerja dengan suara yang tenang. Lebih lanjut, kinerja alat air purifier tipe ini dapat mempertahankan kebersihan udara dalam waktu lama.

 

Meski demikian, tipe ini lebih jarang ditemukan di Indonesia dan dijual dengan harga lebih mahal ketimbang tipe fan. Tentu Anda harus menyiapkan dana lebih apabila ingin memasang beberapa alat di dalam rumah. Namun, dengan cara kerjanya yang tenang, alat ini sangat cocok apabila dipasang di dalam kamar kita.

 

Tipe ion generator, cocok untuk penggunaan di area kecil seperti kamar mandi atau mobil

Apakah kita ingin memasang air purifier di tempat yang tidak terlalu luas, seperti toilet, lorong rumah, atau di mobil ? Jika ya, direkomendasikan tipe ion generator. Jenis air purifier ini bekerja dengan menghasilkan ion negatif untuk membersihkan udara. Setelah itu, ion negatif akan membetsihkan udara dan menetralkan bau sehingga udara menjadi lebih segar dan nyaman.

 

Kelemahannya tentu saja efek yang dihasilkan minim kalau ukurannya kecil. Namun, kini tipe fan dan tipe electric ada juga yang sudah memiliki fungsi tambahan sebagai ion generator. Kita bisa menggunakan produk demikian bila ingin memakainya di ruangan yang lebih luas.

 

Periksalah jangkauan air purifier dan luas ruangan Anda

Applicable floor space adalah istilah yang menunjukkan luas ruangan yang dapat dibersihkan dalam 30 menit. Waktu tersebut dihitung apabila ruangan digunakan untuk merokok sebanyak 5 batang. Semakin luas applicable floor space pada mesin air purifier, semakin cepat pula udara dapat dibersihkan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk menyesuaikan luas jangkauan alat air purifier dengan luas ruangan agar mendapatkan hasil yang terbaik.

 

Pilih volume udara besar untuk sirkulasi udara lebih cepat

Sama seperti cara kerja applicable floor space, kapasitas volume udara yang besar membuat Kita dapat membersihkan udara lebih cepat. Tentunya semakin besar volume udara yang dikeluarkan, semakin cepat juga udara dalam ruangan bisa disirkulasikan. Hal ini akan memudahkan kita saat ingin menyegarkan udara sesegera mungkin.

 

Apabila kita terbiasa membuka jendela dalam waktu lama, debu dari luar mudah masuk ke dalam rumah. Namun, produk bervolume udara besar mampu membersihkan debu dalam rumah lebih cepat segera setelah jendela ditutup.

 

Perlu diingat bahwa semakin cepat dan bersih kemampuan produk dalam membersihkan udara, semakin besar juga dayanya. Untuk mengatasinya, kita bisa memilih produk yang dilengkapi fungsi timer agar penggunaannya lebih efisien. Sayangnya, tidak semua produsen menginformasikan dengan rinci mengenai hal ini. Untuk itu, kita bisa mencoba mencari informasi tambahan dari review pengguna.

 

Pilih produk yang memiliki High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter

Jika kita ingin membersihkan debu berukuran kecil yang melayang di udara, pilihlah produk yang dilengkapi filter HEPA. Filter ini membuat air purifier bekerja lebih maksimal dengan menghilangkan 99,97% atau lebih partikel yang berukuran hingga 0,3 mikrometer. Tentu hal ini dapat membuat kita lebih nyaman karena biasanya partikel yang berukuran 0,3 mikrometer ini sulit disaring.

 

Bagi yang memiliki alergi, juga tidak perlu khawatir. Penyebab alergi seperti serbuk sari (30-40 mikrometer), debu rumah (10-40 mikrometer), atau partikel PM2.5 (< 25 mikrometer) dapat disaring dengan baik. Dengan cara kerjanya yang akurat, tipe ini cocok untuk orang yang sensitif dengan debu atau memiliki alergi.

 

Selain filter HEPA, di beberapa negara menjual produk air purifier ini yang dilengkapi dengan filter ULPA (ultra-low particulate air). Keunggulannya, filter ini benar-benar efisien untuk menyaring partikel kecil berukuran 0,12 mikrometer atau lebih. Namun, masih sedikit produsen yang menjual air purifier dengan filter ini di Indonesia.

 

Pertimbangkan fungsi tambahan lainnya

Selain membersihkan udara, beberapa air purifier memiliki fungsi tambahan. Berikut  penjelasan fungsi tambahan yang umumnya ada pada air purifier.

 

Odor sensor, mendeteksi bau tidak sedap akibat rokok atau hewan peliharaan

Fitur odor sensor dapat digunakan untuk mendeteksi adanya bau pada ruangan. Secara otomatis, fitur ini dapat mendeteksi adanya bau tidak sedap, seperti bau hewan peliharaan, bawang putih, atau rokok. Kemudian, air purifier akan segera membersihkan udara sebelum bau terlanjur menetap di ruangan tersebut. Produk ini sangat cocok bagi yang merokok atau memelihara hewan peliharaan di dalam rumah.

 

Dust sensor, efektif untuk membersihkan polutan pemicu alergi

Bagi yang memiliki alergi terhadap polusi udara, disarankan untuk memilih produk yang dilengkapi dengan fitur dust sensor. Sensor ini menyaring debu yang ada di dalam rumah maupun debu yang berasal dari luar, terutama saat jendela terbuka. Sensor ini sangat efektif untuk menyaring debu, serbuk sari, hingga partikel PM2.5.

 

Fungsi humidifikasi dan dehumidifikasi, menjaga tingkat kelembapan udara

Fungsi humidifikasi dan dehumidifikasi mampu mencegah udara terlalu lembap atau terlalu kering. Fungsi ini bekerja dengan menyesuaikan kadar air di udara. Harganya sendiri tentu lebih mahal daripada air purifier tanpa fungsi ini. Namun, tidak ada salahnya memilih produk demikian bila kita ingin selalu menjaga kelembapan udara secara optimal.

 

Pilih berdasarkan karakteristik produsennya

Terdapat beberapa merek air purifier yang sudah terkenal. Apabila kita bingung memilih produk yang terbaik, coba bandingkanlah karakteristik masing-masing produsennya. Ada yang menawarkan karakteristik produknya dilengkapi dengan Streamer Active Plasma Ion yang menjaga kelembapan kulit Anda. Fitur tersebut juga dapat membasmi zat berbahaya yang mungkin terdapat di udara.

 

Ada produk yang dilengkapi dengan teknologi plasmacluster sehingga lebih efektif untuk membasmi jamur dan virus di udara. Ada produk yang mempunyai kemampuan mumpuni untuk membersihkan udara. Produknya dilengkapi dengan ion nano yang dapat menyerap debu yang berada di lantai sekalipun.

 

Terdapat produk yang menawarkan dengan 3 teknologi sekaligus yaitu (1) menggunakan plasmacluster ions yang berfungsi memperlakukan udara sama halnya membersihkan lingkungan secara alami dengan menggunakan ion-ion positif dan negative secara seimbang.  Cara ini dapat menurunkan partikel pathogen seperti virus, bakteri, jamur dan sekaligus bau; (2) HEPA filter yang berfungsi menangkap 99,7% partikel ukuran 0,3 mikron.  Cara ini bisa memfiltrasi allergen seperti serbuk sari, debu, bulu hewan pet, dan asap rokok; (3) auto control humidifier yang berfungsi teknologi sensor secara terus menerus memantau kualitas udara dan secara otomatis mengatur kerja peralatan berdasarkan pada pendeteksian udara.  Cara ini bisa mempertahankan kelembaban ruangan agar sesuai dengan yang diharapkan.

Semoga bermanfaat.

 

SUMBER:

10 Rekomendasi Air Purifier Terbaik (Terbaru Tahun 2020). https://my-best.id/14646


#AirPurifier 

#PembersihUdara 

#FilterHEPA 

#KesehatanRumah 

#AntiPolusi


Tuesday, 20 October 2020

Rahasia Pesona Gelombang Cinta: Tanaman Hias Mahal yang Bisa Tumbuh Sempurna Jika Dirawat dengan Cara Ini!


 

Namanya ‘Gelombang Cinta’ atau dalam bahasa Inggris disebut "Wafe of Love". Nama ini sepertinya narasi romantis seseorang yang kasmaran, memang bentuknya sangat indah dengan warna hijau lembut yang bisa mengkilap bak bercahaya. Tanaman Hias yang sangat mempesona


Gelombang cinta merupakan satu jenis Anthurium yang nama botaninya “Anthurium plowmanii". Bila kita kaji jejak masa lalunya, Wafe of love ternyata pernah menjadi tanaman yang digandrungi para pencinta tanaman hias, dengan harga termahal di Indonesia pada masa itu.


Tepatnya di tahun 2007 hingga 2010-an, harganya di masa jayanya benar-benar fantastis bahkan melampaui harga Monstera yang lagi tren. Kenapa bisa mahal ? Menurut beberapa pengamat tanaman hias, harga fantastis gelombang cinta saat itu akibat skenario bisnis pedagang. Jadi, tidak terjadi karena kondisi alami. Bayangkan saja, tanaman Anthurium jenmanii kobra terjual seharga Rp 250 juta, sedangkan jenis supernova menembus 1 miliar. Namun, seiring waktu, harga Anthurium gelombang cinta akhirnya menurun hingga pada level sangat murah. Makanya, setelah masa itu di pasaran tanaman hias, jenis ini menjadi sangat mudah dijumpai. 


Meski harganya sudah turun, peminatnya tetap saja banyak. Tentu karena daya tariknya yang terletak pada keindahan daunnya, sehingga sangat cocok di tanam dalam pot untuk dipajang di teras rumah, atau di bawah jendela dan bisa sebagai dekorasi anggun dalam ruangan sekaligus penyuplai oksigen extra yang menyehatkan.

 


                                                        Pesona Bunga Gelobang Cinta


 

Bila tertarik mengoleksi gelombabg cinta ini, seyogyanya kita perhatikan metode menanam dan merawatnya dalam pot. 


Metode Menanamnya dalam Pot 

Memilih indukan berkualitas 


Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memilih indukan yang terbaik dengan kritetia antara lain: (a) indukannya sehat dan tidak terserang hama dan penyakit; *b) indukan yang daunnya segar dan hijau; dan (c) indukan yang bonggolnya sehat dan terdapat banyak rumpunnya.


Perbanyakan dengan metode Split


Setelah menemukan tanaman indukan yang ideal maka tahap selanjutnya adalah melakukan metode split. Metode split adalah pemisahan anakan yang berasal dari indukan. Pada saat melakukan split, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal berikut ini: (a) Periksa kondisi tanaman, jika benar benar sehat maka dapat langsung dilakukan pemisahan; (b) namun jika terdapat gejala terkena hama dan penyakit maka tanaman tersebut harus disembuhkan terlebih dahulu; (c) tahap selanjutnya adalah pilih bonggol tanaman yang telah muncul tunas; (d) Potong bagian tersebut menggunakan pisau yang tajam; (e) jika terdapat llebih dari 1-3 tunas dalam satu bonggol maka jangan tergesa-gesa memotongnya, kita tunggu terlebih dahulu hingga tunas tersebut memunculkan beberapa helai daun; (f) bonggol yang telah terpotong direndam dengan larutan fungisida 5g/l selama 15-20 menit dan juga diolesi dengan fungisida pada potongan pada tanaman indukannya; (g) sambil menunggu bonggol siap kita siapkan media tanam; (h) pilih pot yang berukuran sedang dan sesuaikan dengan ukuran bonggol. Lobangi bagian dasar pot, dan masukkan pecahan batu bata bersih kedalam bagian dasar pot. 


Metode menyiapkan media tanam dengan cara mencampur komposisi humus, pasir dan pupuk kandang. Campur media hingga rata, kemudian diayak dan diambil bagian halusnya saja. Isikan media kedalam pot setinggi 3/4 pot. Tanam bagian bonggol tanaman dengan menyisakan tunas pada permukaan media. Tambahkan media hingga padat sehingga akar bonggol tertutup sempurna. 


Peletakan Tanaman 


Tanaman gelombang cinta harus diletakan di tempat yang tepat yakni tidak tetkena sinar matahari langsung. Letakkan tanaman pada lokasi semi teduh, dimana intensitas sinar matahari yang bisa masuk antara 30-40%. Teras rumah, halaman rumah dengan pohon pelindung, dan dekat jendela bisa menjadi pilihan lokasi yang tepat. 


Bila anda memilih meletakkannya di dalam ruangan dalam rumah, maka keluarkan tanaman secara berkala minimal 3 hari sekali. Hal ini bertujuan agar warna daun bunga gelombang cinta anda lebih hijau, segar dan cerah. Hindari tanaman gelombang cinta kita terkena cahaya matahari langsung, hal ini akan menyebabkam daun tanaman "terbakar" sehingga mengurangi keindahan tanaman gelombang cinta kita. 


Penyiraman Tanaman 


Sejatinya tanaman ini tidak terlalu memerlukan pasokan air yang banyak. Pemberian air berlebihan justru mengancam pertimbuhannya. Penyiraman dilakukan hanya untuk mempertahankan tingkat kelembaban pada media. Jika media masih tampak lembab maka kita tidak perlu menyiramnya kembali. Terlalu sering menyiram gelombang cinta kita, justru akan bisa menyebabkan tanaman mengalami kebusukan akar. Waktu yang baik untuk penyiraman adalah sebelum pukul 10.00 pagi atau sore hari pada setelah pukul 17.00 . Pada musim kemarau intensitas penyiraman dinaikkan menjadi  3 kali dalam sehari. Penyiraman memggunakan air bersih dan tidak tercemar. Penyiraman dilakukan pada media tanam saja, hindari menyiram daun tanaman agar dapat menjaga keindahan daun. 


Pemupukan 


Pemupukan pada tanaman Wafe of love dilakukan untuk menjaga asupan nutrisi sebaik2nya. Pupuk yang baik adalah pupuk NPK. Pada masa pertumbuhan vegetatif maka diberikan pupuk dengan kandungan Nitrogen (N) tinggi. Dan berikan pupuk dengan kandungan Posfor (P) dan Kalium (K) tinggi pada saat tanaman memasuki masa pertumbuhan vegetatif. Kita bisa memberikan pupuk yang mengandung NPK yang dilepaskan secara perlahan-lahan (slow release) seperti dekastar atau osmocote, yang diaplikasikan pada tajuk tanaman yang diberikan cukup setiap 6 bulan sekali.


Diberikan juga pupuk kandang dan humus yang telah diproses dengan baik setiap satu tahun sekali. Atau kita juga bisa memberikan tambahan pupuk majemuk seperti gandasil atau atonik dengan cara disemprotkan ke media tanam. 


Tips Perawatan keindahan daun


Untuk tetap menjaga penampilannya, perlu merawat daunnya agar selalu tampil mengkilap. Seperti diketahui bersama, eksotika tanaman hias ini ada pada relung-relung daunnya. Lakukan perawatan secara sabar dan sungguh-sungguh bagaikan menjaga dan merawat kekasih. 


Siapkan alat dan bahan berupa susu cair dan spons halus. Tuang susu cair kedalam mangkok atau wadah yang bersih. Kemudian basahi spons dengan cara mencelupkan kedalam susu cair. Selanjutnya lap daun bunga gelombang cinta menggunakan spons, lakukan dengan hati hati agar tidak merusak daun. Lakukan treathmeny ini secara berjala minimal 3 hari sekali untuk memperoleh hasil optimal.

Semoga bermanfaat kawan.  


SUMBER:
Klikhijau.com. Naik Daun Lagi, Ini 6 Langkah Praktis Menanam Bunga Gelombang Cinta dalam Pot 


#GelombangCinta 

#TanamanHias 

#Anthurium 

#PerawatanTanaman 

#UrbanGarden

Wednesday, 14 October 2020

Terungkap! Rahasia Kelelawar Pembawa Virus Mematikan—Inilah Kunci Mencegah Zoonosis Sebelum Terlambat!

 


Mencegah munculnya zoonosis dari kelelawar membutuhkan penelitian integratif


Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang terbaru dalam penghitungan infeksi virus yang menyedihkan — termasuk Ebola, Nipah, rabies, severe acute respiratory syndrome (SARS), dan Middle East respiratory syndrome (MERS) - yang memiliki asal usul evolusioner atau asosiasi epidemiologis dengan kelelawar. Jumlah zoonosis yang tampaknya lebih dominan ini telah mendorong kelelawar dari ketidakjelasan biomedis ke garis depan kesehatan global. Ciri-ciri imunologis telah diusulkan untuk memungkinkan kelelawar mengendalikan virus secara berbeda dari hewan lain. Namun, dasar yang tidak lengkap untuk perbandingan yang lebih luas antar vertebrata dan variasi imunologi yang luas di antara spesies kelelawar menimbulkan ketidakpastian tentang kekhasan mereka sebagai reservoir virus. Selain itu, persepsi umum bahwa kelelawar tanpa gejala lebih sering menyimpan virus daripada hewan lain dan bahwa virusnya lebih beragam atau menimbulkan risiko zoonosis yang meningkat secara sistematis masih belum terpecahkan. Pencarian jawaban dapat menginspirasi pendekatan baru untuk mengelola ancaman penyakit terhadap kesehatan manusia dan hewan.

 

Kelelawar (ordo Chiroptera) terdiri dari ~ 1400 spesies yang terpisah dari anggota Scrotifera yang tersisa (karnivora, trenggiling, cetacea, dan ungulata berkuku ganjil dan genap) lebih dari 60 juta tahun yang lalu. Memiliki kapasitas terbang yang tangguh, khusus untuk kelelawar di antara mamalia, membuka relung trofik yang beragam, menjadikan kelelawar penyedia jasa utama dalam ekosistem global, termasuk pengendalian hama serangga, penyebaran benih, dan penyerbukan tanaman pertanian. Kemampuan terbangnya juga menimbulkan tantangan fisiologis yang mengubah sejarah kehidupan kelelawar. Misalnya, kondisi tersebut yang menyebabkan terbatasnya ukuran sarang untuk satu atau dua ekor anak setiap tahun di sebagian besar spesies.  Oleh karena itu, kebutuhan untuk mengantisipasi beberapa tantangan reproduksinya maka memaksimalkan kebugaran yang mendukung umur panjang, yang dihipotesiskan dimediasi dengan adaptasi untuk menekan tumor dan peradangan yang disebabkan oleh kerusakan DNA (1).

 

Mungkin secara kebetulan, mekanisme ini juga membatasi peradangan yang disebabkan virus, yang berpotensi menjelaskan mengapa virus termasuk virus Marburg, SARS-coronavirus (SARSCoV), dan MERS-CoV dianggap menyebabkan infeksi subklinis pada inang kelelawar alami yang diduga (kelelawar buah Mesir, Rousettus aegyptiacus, untuk virus Marburg dan kelelawar tapal kuda, Rhinolophus spp., untuk kedua CoV) tetapi terdapat imunopatologi pada vertebrata lain.  Selama skala waktu evolusioner, respons peradangan terbatas pada kelelawar, bersama dengan kepadatan populasi yang tinggi dan perilaku sosial yang suka berteman pada beberapa spesies yang dapat memfasilitasi penularan virus, dapat memilih virus yang menyebabkan penyakit parah pada inang insidental yang tidak memiliki pertahanan serupa.

 

Keanehan dalam sistem kekebalan kelelawar yang secara masuk akal mengubah interaksi virus semakin diakui (2). Apakah kelelawar luar biasa dalam hal ini tidak jelas karena pengetahuan tentang sistem kekebalan vertebrata sebagian besar berasal dari tikus kawin atau sel yang diabadikan, yang secara substansial berbeda dari kerabat satwa liar.

 

Untungnya, peningkatan sekuensing genom telah memberikan konteks filogenetik yang penting bagi asal mula evolusioner kekebalan kelelawar sambil memfasilitasi perbandingan dengan spesies nonmodel yang beragam (3). Sebagai contoh, transkriptomik komparatif menunjukkan aspek imunitas bawaan yang berbeda pada kelelawar coklat kecil (Myotis lucifugus) dan rubah terbang besar (Pteropus vampyrus), tetapi juga pada delapan spesies mamalia dan unggas lainnya (4). Dengan mengkarakterisasi ciri antivirus yang berbeda di seluruh taksa, upaya untuk mengontekstualisasikan kekebalan kelelawar dapat menginspirasi strategi baru untuk mencegah dan mengobati zoonosis virus pada manusia dan hewan.

 

Minat yang meningkat pada virus zoonosis terkait kelelawar juga mengungkapkan variasi imunologi yang tinggi di antara spesies. Misalnya, rubah terbang hitam (P. alecto) memiliki lokus interferon-a (IFN-a) yang berkontraksi tidak biasa (gen yang menyandikan komponen respon imun bawaan) dan sel yang secara konstitutif mengekspresikan IFN-a, mendorong aktivitas antivirus (5). Namun, spesies kelelawar lain telah mengembangkan lokus IFN-a dan tidak memiliki IFN-a konstitutif (6). Demikian pula, spesies kelelawar dengan peningkatan pertahanan antiviral konstitutif dapat melakukannya melalui jalur ekspresi gen yang berbeda (4), dan keluarga gen APOBEC antivirus telah mengalami perluasan atau duplikasi khusus garis keturunan kelelawar(3).  Ini menyiratkan bahwa beberapa pertahanan antivirus yang tidak biasa pada kelelawar muncul secara independen setelah evolusi terbangnya.  Catatan imunologi yang berbeda di antara spesies kelelawar mungkin mencerminkan respons alternatif terhadap variasi biogeografik dalam kumpulan virus dan kondisi lingkungan. Mengidentifikasi faktor penentu eko-evolusioner dan jangkauan pertahanan antivirus mungkin membantu mengidentifikasi reservoir zoonosis yang tidak dilaporkan tetapi memerlukan penelitian yang lebih luas di luar spesies kelelawar yang relatif sedikit diketahui menyebarkan zoonosis.

 

Ciri-ciri imunologi kelelawar dapat diprediksi diterjemahkan ke dalam strategi antivirus yang secara fungsional berbeda masih belum diselesaikan. Misalnya, anggapan populer bahwa kelelawar mentolerir infeksi virus didukung oleh infeksi eksperimental kelelawar dengan virus Marburg, virus Ebola, dan MERS-CoV. Sebaliknya, virus lain yang mungkin mematikan bagi manusia — termasuk lyssavirus, virus Tacaribe, dan virus Lloviu (patogenisitas manusia tidak diketahui) — juga tampaknya mematikan bagi kelelawar, termasuk inang reservoir yang diduga.  Efek sublethal virus pada kelelawar liar sebagian besar tidak terdeteksi karena pemantauan longitudinal individu hanya mungkin dilakukan pada spesies filopatrik, yang hidup dalam kelompok yang relatif kecil dan dapat ditangkap kembali secara mudah.  Heterogenitas individu yang mengubah hasil infeksi pada manusia dan hewan lain - seperti usia, jenis kelamin, hierarki sosial, dan infeksi masa lalu dan masa kini - tetap tidak tereksplorasi pada kelelawar. Dengan bukti terbatas dari populasi liar, meta-analisis infeksi eksperimental mungkin menguji apakah kelelawar secara sistematis menunjukkan penyakit yang kurang bergejala dibandingkan inang lain. Kelompok taxonomi lain yang terinfeksi beberapa virus zoonosis tetapi menunjukkan gejala ringan atau tidak ada gejala, seperti hewan pengerat (misalnya, virus Lassa) dan burung (misalnya, virus West Nile), memberikan perbedaan yang relevan.

 

Apakah virus kelelawar bersifat zoonosis secara tidak proporsional merupakan teka-teki kesehatan global yang luar biasa. Sebuah meta-analisis dari 2805 interaksi virus-inang menunjukkan bahwa kelelawar lebih mungkin terinfeksi oleh virus yang juga menginfeksi manusia dibandingkan mamalia lain (7). Namun ketika analisis dibatasi pada inang yang diyakini penting untuk siklus penularan alami, kekayaan virus di antara Chiroptera tidak terkecuali, dan mereka menyumbang kira-kira jumlah zoonosis yang diharapkan untuk jumlah spesies dalam urutan ini (8). Dengan demikian, sifat kelelawar yang dilestarikan secara evolusioner tampaknya tidak mungkin menghasilkan virus dengan kemampuan zoonosis yang meningkat. Kerentanan yang meningkat atau mungkin surveilan dapat menjelaskan mengapa kelelawar tampaknya menjadi inang sejumlah besar virus zoonosis.

 

Begitu telah masuk ke dalam populasi manusia, apakah virus kelelawar sangat berbahaya?  Satu meta-analisis menemukan rasio kematian kasus (CFR) yang lebih tinggi dan lebih rendah penularan virus kelelawar dari manusia ke manusia; Namun, sejauh mana pola ini digeneralisasikan di antara virus kelelawar tidak pasti (9). Lyssavirus penyebab rabies, yang terdiri dari ~ 50% virus zoonosis yang dikenali dari kelelawar (8), menunjukkan CFR yang tinggi dan penularan yang rendah di antara manusia tetapi, mematikan di semua mamalia, tidak sesuai dengan paradigma toleransi yang muncul pada kelelawar dibandingkan dengan virulensi pada manusia. Penyimpangan seperti SARS-CoV-2 (CFR rendah dan transmisibilitas tinggi) dan ebolavirus (CFR sedang dan transmisibilitas sedang) menyoroti kompleksitas lebih lanjut.

 

Jika virulensi virus kelelawar meningkat secara sistematis, model matematika yang sesuai dengan eksperimen in vitro memberikan penjelasan yang mungkin diterima: Perbanyakan virus yang dipercepat dengan morbiditas seluler yang terbatas mungkin mendukung infeksi subklinis kronis pada kelelawar tetapi infeksi akut pada inang lain (10). Meskipun prediksi bahwa virus kelelawar yang menyebabkan infeksi virus yang berumur pendek dan mematikan pada manusia menginfeksi kelelawar secara kronis tetap belum dikonfirmasi secara in vivo, kerangka waktu yang singkat dan ukuran sampel yang kecil dari sebagian besar eksperimen membuat pendeteksian pengaktifan kembali infeksi virus laten pada kelelawar menjadi tidak mungkin. Pada akhirnya, virulensi adalah properti yang muncul dari interaksi inang dan virus. Dengan demikian, menentukan apakah perbedaan di antara spesies muncul dari fenomena spesifik virus di dalam kelelawar, respons yang tidak tepat dari sistem kekebalan naif, atau mekanisme toleransi virus mungkin memerlukan profil respons imunologis dan dinamika dalam inang di berbagai virus dan spesies inang.


Selain kontekstualisasi kekhasan reservoir kelelawar, penelitian juga harus menangani kompleksitas dunia nyata yang mendasari kemunculan virus zoonosis. Langkah pertama mungkin untuk mengidentifikasi bagaimana ciri-ciri intrinsik kelelawar dan faktor ekstrinsik berinteraksi untuk mengatur penularan virus, pertemuan komunitas, dan kemunculan zoonosis. Misalnya, urutan metagenomik yang direplikasi secara spasial pada kelelawar vampir (Desmodus rotundus) tidak menemukan bukti bahwa koloni yang lebih besar menopang lebih banyak virus tetapi terungkap tingkatan ketinggian dan dugaan usia dalam keanekaragaman virus (11). Pada flying foxes, pemantauan longitudinal menunjukkan pelepasan virus beberapa paramyxovirus (keluarga virus yang terkait dengan beberapa zoonosis yang muncul), yang berpotensi timbul dari stres fisiologis yang disebabkan oleh sangat kekurangan makanan(12).

 

Memahami koinfeksi virus dan dinamika masyarakat juga dapat mengungkapkan peluang rekombinasi yang berpotensi memungkinkan kemunculan. Mengantisipasi bagaimana gangguan antropogenik seperti perubahan penggunaan lahan, penganiayaan kelelawar untuk konsumsi, perdagangan, atau karena ketakutan, atau upaya pengendalian penyakit yang salah arah akan memicu munculnya penyakit merupakan tantangan yang lebih besar. Tindakan ini dapat mengubah penularan virus di antara kelelawar dan frekuensi kontak antarspesies (termasuk dengan inang perantara) tetapi secara konseptual belum berkembang dan jarang diuji secara empiris. Mengintegrasikan pemahaman tentang proses zoonosis lintas biomedis, populasi, dan skala ekosistem dapat memungkinkan pencegahan munculnya zoonosis dengan mengurangi sirkulasi virus pada reservoir kelelawar. Pengetahuan tentang genomik dan kekebalan kelelawar membuka pintu untuk menggunakan teknologi pengeditan genetik seperti CRISPR untuk merekayasa resistensi virus pada kelelawar liar, analog dengan upaya berkelanjutan untuk mengendalikan penyakit Lyme pada tikus liar (13).  

 

Hambatan historis dalam memberikan vaksin pada skala yang cukup untuk mengubah dinamika virus dalam populasi kelelawar liar juga semakin berkurang. Kemudahan relatif sekuensing metagenomik memungkinkan penemuan cepat virus kelelawar alami, tidak berbahaya, dan spesifik spesies yang mungkin direkayasa menjadi vaksin yang dapat menular yang menargetkan zoonosis pada kelelawar liar.  Ide ini memiliki preseden empiris dari upaya vaksinasi kelinci liar terhadap myxomatosis dan penyakit hemoragik kelinci (14). Ciri-ciri yang diharapkan dapat memfasilitasi penularan virus pada beberapa kelelawar, seperti suka berteman dan terbang, dapat mendukung penyebaran vaksin secara langsung, dan secara alami perputaran demografis yang lambat akan membantu mempertahankan kekebalan tingkat populasi yang diinduksi oleh vaksin, memungkinkan intervensi yang lebih jarang(15). Strategi yang berpotensi transformatif seperti itu memerlukan penyelidikan yang cermat tentang kemanjuran, keamanan, dan dampak ekologis serta mengatasi hambatan penerimaan masyarakat. Virus seperti virus rabies, virus Marburg, dan virus henipa — di mana reservoir kelelawar diketahui, genom inang dan virus tersedia, dan penularan ke manusia dan / atau hewan terjadi dengan frekuensi yang dapat diukur — dapat berfungsi sebagai model yang mudah diatur dan penting untuk mengevaluasi dan menyempurnakan intervensi kandidat model tersebut.

 

Kemunculan virus dari kelelawar sebagian besar tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dicegah.  Solusi memerlukan perluasan kualitatif dan kuantitatif atas praktik saat ini dalam penelitian kelelawar, yang jarang mempertimbangkan heterogenitas antara individu, populasi, dan spesies.  Variabilitas ini dapat mengungkapkan pendorong dan kepentingan fenotipik dari interaksi kelelawar-virus serta apakah mereka menggeneralisasi cara-cara yang mungkin membantu surveilan atau manajemen ancaman zoonosis.  Mengingat biaya pandemi COVID-19, kebutuhan akan agenda penelitian yang ambisius menjadi lebih jelas saat ini daripada sebelumnya.

 

DAFTAR PUSTAKA

1. G. Zhang et al., Science 339, 456 (2013).

2. J. N. Mandl et al.,Front. Immunol. 9, 2112 (2018).

3. D. Jebb et al., Nature 583, 578 (2020).

4. A. E. Shawet al., PLOS Biol. 15, e2004086 (2017).

5. P. Zhou et al., Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 113, 2696 (2016).

6. S. S. Pavlovich et al., Cell173,1098(2018).

7. K.J. Olival et al., Nature546, 646 (2017).

8. N. Mollentze, D. G. Streicker, Proc.Natl. Acad.Sci.U.S.A. 117, 9423 (2020).

 9. S. Guth et al. Philos.Trans. R.Soc. B Biol.Sci. 374, 20190296 (2019).

10. C. E. Brook et al., eLife9,e48401(2020).

11. L. M. Bergner et al., Mol. Ecol. 29,26(2020).

12. A. J. Peel et al., Emerg. Microbes Infect. 8,1314 (2019).

13. J. Buchthal et al. Philos.Trans.R. Soc.BBiol. Sci. 374, 20180105 (2019).

14. J. J. Bull et al., Trends Microbiol. 26,6(2018). 15. K.M. Bakker et al., Nat. Ecol. Evol. 3, 1697 (2019).

 

Sumber

Daniel G. Streicker and  Amy T. Gilbert. 2020. Contextualizing bats as viral reservoirs, Preventing zoonotic emergence from bats requires integrative research. PERSPECTIVES sciencemag.org SCIENCE.  9 OCTOBER 2020 • VOL 370 ISSUE 6513

#zoonosis 

#OneHealth 

#virusbaru 

#penelitiankelelawar 

#kesehatanglobal