Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, 29 January 2009

Pertanian Bawah Tanah Pasona O2 di Tokyo

Projek Pasona O2 didirikan pada tanggal 11 Pebruari 2005, berlokasi di B2F Otemachi-Nomura Building, 2-1-1 Otemachi, Chiyoda-ku, Tokyo dengan luas sekitar 1000 m2, dibuka pada hari kerja Senin sampai Jumat, jam 11:00 – 18:00. Tujuan projek ini adalah membangkitkan kesadaran dan minat masyarakat pada sektor pertanian dengan sasaran penciptaan dan membuka peluang lapangan pekerjaan.

Fasilitas yang disediakan: 1) Green house menggunakan teknologi hydrophonic dan light-emiting diode (LED); 2) Fasilitas Pelatihan untuk kuliah dan seminar pelatihan yang berhubungan dengan pertanian; 3) Ruang Rileks untuk terapi alami.

Latar belakang didirikannya Pasona O2, dimulai pada akhir-akhir ini terdapat banyak para kaum muda dan setengah baya yang ingin merealisasikan impiannya bekerja dan tinggal di desa dari pada di kota.

Ditengah-tengah meningkatnya impor produk pertanian, telah berkembang minat masyarakat pada keamanan pangan, dan bayak orang yang menyewa lahan pertanian untuk membudidayakan produk pertanian bersama-sama dengan mereka yang tertarik pada bidang pertanian.

Dipihak lain telah bertambah dengan pesat jumlah populasi usia lanjut, terjadi penurunan jumlah petani yang mengeluti sektor pertanian. Diantara Negara maju, Jepang mempunyai self-sufficiency ratio paling rendah, hanya 28% bahan makanan biji-bijian yang diproduksi di dalam negeri.

Dalam rangka revitalisasi pertanian sebagai industri bisnis, sistem sewa bagi perusahaan umum yang tertarik dalam bidang pertanian telah meningkat, dan diharapkan terjadi peningkatan perusahaan umum yang mengembangkan pertanian sebagai industri bisnis, dan juga terjadi peningkatan jumlah korporasi produk pertanian. Maka dari itu pemimpin baru bidang pertanian sangat diperlukan, dan penyediaan tenaga kerja menjadi kunci yang baik untuk revulosi pertanian.

Perusahaan Pasona O2 bersama dengan perusahaan terkenal lain telah mendirikan sebuah perusahaan patungan yang berkerak dalam perekrutan tenaga kerja di Kanto dan Kansai. Melalui “Agriculture Internship Project” di Desa Ogata, Prefektur Akita, Perusahaan telah menyelenggarakan pelatihan pertanian dan sejak 2003 pelatihan ini diberikan kepada kaum muda dan setengah baya yang tertarik pada bidang pertanian.

Mulai tahun 2005 Palatihan pertanian telah dilaksanakan di Nambu-cho, Prefektur Aomori dan di Hidagawa-machi dan Aritawa-cho di Prefektur Wakayama.

Pada Pebruari 2005 Perusahaan ini meresmikan “Pasona O2”, menyediakan sarana yang digunakan untuk meningkatkan minat bekerja pada sektor Pertanian. Melalui fasilitas ini yang berlokasi di lantai 2 bawah tanah Kantor Pusat Perusahaan di Otemachi, Pasona O2 berupaya menciptakan kesempatan bekerja di sektor pertanian dengan cara memperkenalkan sektor pertanian yang menarik dan menyenangkan.

Langkah pertama yang dilakukan yaitu membangkitkan minat yang lebih besar pada sektor pertanian kepada mereka yang tidak mempunyai pengalaman lapangan. Kemudian, melalui pelatihan bidang pertanian, Pasona O2 menentukan pengetahuan, pengalaman dan bakat yang penting untuk projek ini, dan menciptakan prasarana yang berguna untuk memotivasi orang bekerja dalam sektor pertanian.

Berdasarkan konsep pertanian sebagai suatu bisnis, Pasona O2 berusaha agar memungkinkan seseorang dengan ide baru dan pengetahuan baru dapat memasuki industri revitalisasi pertanian secara menyeluruh, termasuk industri terkait dan sekaligus untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja berikutnya.

Wednesday, 28 January 2009

Fakta Mengejutkan Produksi 1 Kg Beras

Banyak orang bertanya, ”Seberapa banyak air yang diperlukan untuk memproduksi 1 kg beras?” tetapi masih sedikit jawaban yang memuaskan. Jawaban pertanyaan ini terletak pada definisi ”Penggunaan air untuk bercocok tanam padi”. Kita dapat mengidentifikasikan tiga macam penggunaan ”air”, yaitu melalui 1) Transpirasi, 2) Evaporasi dan 3) Gabungan perembesan dan penapisan air.


Bercocok tanam padi menggunakan air melalui proses transparirasi untuk mendinginkan tanaman dan membawa unsur hara yang dibutuhkan tanaman dari tanah naik ke atas sampai ke daun. Proses ini merupakan penggunaan air secara nyata, tumbuhan mengambil air dan melepaskannya ke atmosfir melalui transpirasi. Air yang dipergunakan dalam proses ini tidak dapat dipergunakan kembali oleh tumbuhan yang sama dalam siklus pertumbuhan yang sama. Air yang ditranspirasi tersebut masuk ke siklus air alam dan pada waktunya kembali ke bumi lagi melalui hujan atau salju.


Untuk bercocok tanam padi terdapat dua unsur yaitu tanaman padi dan tanah media bercocok tanam. Disamping transpirasi dari tumbuhan, air yang diatas tanah meninggalkan tempat bercocok tanam melalui evaporasi. Seperti transpirasi, evaporasi air menghilang dan tidak dapat digunakan lagi oleh tanaman yang sama dalam masa siklus pertumbuhannya. Kombinasi dua jenis penggunaan air oleh tanaman padi ini disebut ”evapotranspirasi”.

Air di sawah biasa digenangkan dalam jumlah cukup banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman padi. Selain evapotranspirasi seperti tersebut diatas, air dapat mengalir ke luar sawah melalui perembesan dan penapisan: menuju ke bawah merembes ke dalam tanah dan menuju kesamping mengalir ke luar sawah. Bagi seorang petani, perembesan dan penapisan air ini merupakan kehilangan air yang nyata. Ketika air dipergunakan untuk tanaman padi di sawah petani sebaiknya mempertimbangkan jumlah air yang terpakai untuk evapotranspirasi, perembesan dan penapisan. Petani memerlukan air irigasi yang cukup, untuk menggantikan air hujan jika curah hujan tidak cukup. Pada hamparan sawah yang lebih luas, perembesan dan penapisan air dari permukaan sawah masuk ke air tanah atau air selokan maupun anak sungai. Dengan air tersebut petani lain bisa menggunakannya lagi untuk mengaliri sawah yang lain. Sedangkan air untuk evapotranspirasi tidak dapat dipergunakan kembali.

Penggunaan air tanaman padi melalui transpirasi

Menurut Haefele dkk (2008) hasil kajian percobaan di dalam pot dan greenhouse yang dilaksanakan di International Rice Research Institute (IRRI) memperlihatkan bahwa penggunaan air untuk memproduksi 1 kg gabah berkisar antara 500 – 1.000 liter. Kebutuhan air untuk tanaman padi terbanyak dibandingkan dengan serealia lain, seperti gandum dan jelai.

Penggunaan air tanaman padi melalui evapotranspirasi

Perkiraan penggunan air melalui evapotranspirasi dalam sawah padi di dunia adalah 859 kubik kiloliter per tahun. Produksi beras gabah sedunia diperkirakan sejumlah 600 juta ton. Untuk memproduksi satu kilogram gabah memerlukan 1,432 liter air evapotranspirasi. Secara kasar rata-rata penggunaan air untuk budidaya padi sedunia sama dengan untuk budidaya gandum, akan tetapi lebih tinggi dari pada penggunaan untuk budidaya jagung dan jelai. Menurut Falkenmark dan Rockstrom (2004) untuk memperoleh satu kilogram gandum memerlukan air sebanyak 1.480 liter, jagung 1.250 liter, dan jelai 1.000 liter. Sedangkan menurut Chapagain and Hoekstra (2004) untuk memperoleh satu kilogram gandum memerlukan air sebanyak 1.300 liter dan untuk jagung 900 liter.

Jumlah air yang dibutuhkan dalam evapotranspirasi untuk budidaya padi sangat bervariasi. Menurut Zwart and Bastiaansen (2004) hasil penelitian pada sawah dataran rendah menyebutkan jumlah air evapotranspirasi untuk menghasilkan satu kilogram beras paling sedikit 625 liter, pertengahannya 909 liter dan paling banyak 1.667 liter.

Penggunaan air per tahun secara global pada evapotranspirasi dilihat dari peruntukannya, Chapagain dan Hoekstra (2004) menyebutkan bahwa air yang diperlukan untuk produksi makanan sebesar 6.390 kilometer kubik, untuk keperluan industri 716 kilometer kubik dan untuk keperluan domestik 344 kilometer kubik, sedangkan menurut Falkenmark dan Rockstrom (2004) untuk makanan 7.200 kilometer kubik, industri 780 kilometer kubik dan untuk domestik 180 kilometer kubik. Kebutuhan air untuk memproduksi beras total sedunia adalah 12 – 13 % dari jumlah air evapotranspirasi yang diperlukan untuk memproduksi semua bahan makanan di dunia. Sebagai catatan bahwa rumput dan bahan pakan ternak dikategorikan kedalam kebutuhan peternakan.

Penggunaan air sawah: evapotranspirasi, perembesan dan penapisan air

Rata-rata sekitar 2.500 liter air (dengan air hujan dan / atau irigasi) yang diperlukan tanaman padi untuk memproduksi satu kilogram gabah padi. Angka 2.500 liter ini dihitung dari evapotranspirasi, perembesan dan penapisan. Rata-rata angka ini berasal dari data penelitian terhadap sawah perorangan di Asia. Angka dari hasil penelitian tersebut sangat beragam yaitu antara 800 – 5.000 liter lebih. Keberagaman ini disebabkan oleh tata laksana budidaya yang beragam seperti penggunaan varietas tanaman, penggunaan pupuk dan cara penanggulangan penyakit, juga tergantung pada iklim dan kesuburan tanah yang berbeda. Penggunaan air di sawah yang ditanami padi memerlukan air 2 - 3 kali lebih banyak dibandingkan tanaman serealia utama yang lain.

Meskipun kebutuhan air untuk evapotranspirasi dalam memproduksi padi hampir sama dengan Wheat, padi memerlukan lebih banyak air sawah dari pada tanaman cereal yang lain karena diperlukan pengaliran air yang tinggi baik perembesan maupun penapisan. Akan tetapi air yang mengalir tersebut dapat diambil dan dipergunakan lagi di bagian hilir. Efisiensi penggunaan air untuk tanaman padi dalam sistem irigasi yang dikelola dengan banyak sawah (dikelola secara kelompok) lebih tinggi dari pada penggunaan air untuk sawah perorangan (dikelola sendiri). Sekitar 1/4 – 1/3 sumber air bersih yang dibangun di dunia digunakan untuk irigasi padi.

Sebagai catatan bahwa beras merupakan bahan makan pokok yang dikonsumsi oleh separuh populasi manusia di planet bumi ini.

Dalam upaya meningkatkan produksi padi, tantangan utama yang perlu diperhatikan adalah krisis air akibat perubahan iklim, pergeseran pola curah hujan, serta meningkatnya penggunaan saluran irigasi di kawasan perkotaan dan industri. Ketika pasokan air untuk irigasi pertanian terbatas, diperlukan penerapan teknologi penghematan air yang ramah lingkungan. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain penggunaan varietas padi aerobic rice yang dapat tumbuh baik tanpa genangan air, sistem irigasi hemat air seperti metode pengairan dan pengeringan bergantian (alternate wetting and drying), pemanfaatan sensor kelembapan tanah untuk menentukan kebutuhan air secara tepat, daur ulang air irigasi, serta pemasangan irigasi tetes modern di lahan percobaan atau area tertentu. Penerapan teknologi ini tidak hanya menjaga ketersediaan air bagi pertanian, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan hidup secara berkelanjutan.


Sumber : Rice Today, Vol 8, No. 1, 2009.

Sunday, 25 January 2009

Konsumsi Produk Segar Lokal untuk Keamanan Pangan

Kepercayaan masyarakat Jepang terhadap pengemasan dan pelabelan makanan telah menurun di Jepang. Demi kesehatan, mereka telah menaruh perhatian untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dan produk lain yang segar berasal dari pertanian lokal.

Beberapa toko grosir mengambil keuntungan milyaran yen dalam penjualan bahan makanan, terjadi pertentangan antara memperbesar super market dan memperbesar keuntungan uang.

Sejak April tahun 2008 di Kawasaki dengan penduduk sekitar satu milyar, koperasi petani setempat telah membuka toko tempat pemasaran produk pertaniannya sendiri guna menjual langsung bahan makanan segar kepada masyarakat.

Suatu pagi pukul 09:30, pelanggan mulai antri di depan toko tersebut, pukul 09:55 telah terdapat 50 orang pengantri, 5 nenit sebelum toko dibuka. ”Setiap orang yang datang kesini pada pagi hari ini beralasan pada saat itu banyak terdapat produk pertanian yang masih segar” kata seorang wanita pelanggan yang biasa datang ke toko tersebut.

Pada akhir pekan, lebih dari 100 orang antri didepan toko sebelum waktu toko dibuka, didepan tempat parkirpun kendaraan macet karena kendaraan pengunjung antri menunggu giliran masuk lapangan parkir yang telah penuh.

Di rak toko dijajakan bayam, kubis, daun bawang, dan sayuran lain serta buah-buahan yang dipetik pada pagi hari. Yang sangat menarik pada label makanan selain dicantumkan nama produk juga ditulis nama petani dan tempat dimana produknya dibudidayakan. Terdapat 300 petani yang terdaftar turut serta mensuplai produk pertanian di toko tersebut.

Masyarakat ini tidak perlu membandingkan harga sayur-sayuran dan buah-buahan yang lebih murah dengan harga di supermarket, akan tetapi tampaknya mereka berminat membeli produk segar karena mereka merasa aman memakan produk yang dibudidayakan oleh petani yang tidak takut mencantumkan namanya pada kemasan produknya.

Menurut JA General Research Institute, terdapat sekitar 5.000 toko penjualan langsung di seluruh Jepang, 2.000 toko diantaranya dikelola oleh koperasi petani dan 3.000 toko lainnya dikelola oleh perusahaan dan kelompok petani.

Rata-rata keuntungan per tahun yang dikeruk oleh toko-toko tersebut berkisar antara 80 – 100 milyar yen.

Toko-toko besar di Jepang mengawali pembukaan outletnya pada tahun 1970-an, ketika masalah polusi merebak sebagai masalah nasional. Kemudian trend ini meluas secara cepat pada tahun 1990-an setelah keruntuhan bubbled economy.

”Banyak konsumen yang mulai meragukan terhadap produksi masal dan sistem eceran masal” pada waktu itu, kata Masayuki Yamamoto, seorang peneliti pada JA General Research Institute.

Toko-toko tersebut telah merubah cara pikir para petani. Banyak toko-toko memasang sistem jaringan komputer sehingga data penjualan harian dapat dikirimkan kepada setiap petani. Para petanipun dapat mengetahui perkembangan produk pertanian yang dibeli oleh para konsumen.

"Saya mulai lebih serius memikirkan bagaimana saya dapat menjual produk sendiri” kata seorang petani pensuplai toko di Kawasaki.

Dengan menjual produk di toko penjualan langsung tersebut memberi kesempatan kepada para petani dapat menetapkan harga sendiri. Hal ini mendorong mereka untuk berkompetisi dengan supermarket dalam hal harga, mutu dan jenis produk, termasuk dapat menyediakan sayur-sayuran yang tidak dijual di toko-toko biasa.

Akan tetapi terdapat masalah lain yang perlu dipecahkan. Seorang pegawai di Toko Kawasaki berkata bahwa pengetahuan pertanian sangat beragam, dan mereka perlu berhati-hati dalam penggunaan bahan kimia sehingga dapat diyakini bahwa produk-produk yang mereka jual telah aman untuk kesehatan.


Sumber : Japan Times, Januari 25, 2009

Monday, 19 January 2009

Terungkap! Buah Tropis Indonesia Jadi Incaran Utama Pasar Jepang—Potensinya Luar Biasa!

Dalam rangka pengamatan produk ekspor berpotensi dari Indonesia di Jepang, KJRI Osaka telah melakukan kajian potensi pasar produk buah tropis di Jepang bagian barat.

Metoda kajian dilakukan dengan cara menyebar 250 buah angket kepada responden dari kalangan pengusaha dan investor serta masyarakat Jepang bagian barat yang sering melakukan wisata ke luar negeri. Angket didistribusikan melalui beberapa Institusi Jepang yang terpercaya yaitu Osaka Chamber of Commerce and Industry (OCCI), Kobe Chamber of Commerce and Industry (KCCI), Japan External Trade Organization (JETRO), Kankeiren (Federasi Ekonomi Kansai) serta Asosiasi Persahabatan di Wilayah Jepang Barat.

Hasil kajian secara ringkas dapat diutarakan sebagai berikut:

1. Dari hasil kajian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden telah terbiasa dan menggemari buah-buahan impor sehingga mereka dapat menyebutkan nama buah dan negara pengekspornya seperti Pisang, Mangga dan Nanas berasal dari Indonesia, Pilipina, Meksiko, Taiwan dan Ekuador, Apel dan Kiwi diimpor dari China, Kiwi dan anggur dimasukkan dari Australia serta Durian dan Manggis dikirim dari Thailand.

2. Produk buah-buahan yang paling banyak disukai masyarakat Jepang wilayah Barat adalah buah Mangga. Responden yang menyukai buah Mangga sebanyak 127 orang dari 250 responden, atau 50,8%. Urutan ke dua ditempati penggemar buah pisang sebanyak 34,4%, sedangkan yang ke tiga penggemar buah Nanas sebanyak 12,8%.

3. Kesukaan reponden terhadap cara penyajian buah-buahan tersebut, dari 176 responden terdapat 115 orang (65,3%) menyukai buah yang disajikan dalam bentuk segar tanpa diolah atau diproses. Responden yang menyukai buah olahan atau dipotong agar mudah dimakan sebanyak 23,3%, sedangkan yang menyukai buah kalengan sebanyak 6,3%.

4. Ketika ditanya tentang keinginannya mengimpor buah dari Indonesia, dari 123 responden terdapat 103 orang / perusahaan (83,7%) menyatakan keinginannya mengimpor buah-buahan dari Indonesia dengan alasan karena rasanya enak, harganya murah, bermutu baik, banyak jenisnya, jarak pengiriman dekat, tidak tumbuh di Jepang, aman bagi kesehatan, banyak manfaatnya, khas tropis dan unik.

5. Berhubungan dengan hambatan ekspor buah Indonesia ke Jepang dari 119 responden terdapat 22 orang (18%) mengkhawatirkan lalat buah dan biaya kirim, 21 orang (17,6%) khawaitir akan kandungan pestisida dan 13 orang (10,9%) khawatir buahnya tidak segar lagi.

6. Dari 250 responden, terdapat responden yang pernah mengkonsumsi buah-buahan Indonesia yaitu mangga sebanyak 66 orang (26,40%), pisang 16,4% dan manggis 14,40%.

Sumber : Laporan Kajian KJRI Osaka


#EksporBuahIndonesia 
#PasarJepang 
#BuahTropis 
#PeluangBisnis 
#TradeOpportunity

Pasar Induk Produk Pertanian Jepang

1. Alur Distribusi Produk Pertanian


a. Produk pertanian dari petani dikumpulkan di Koperasi Petani atau dijual kepada Pembeli Perantara atau dikirim langsung ke Pasar Induk.
b. Koperasi dan Pembeli Perantara mengirim produk pertanian ke Pasar Induk. Produk impor asal luar negeri dikirim ke pasar Induk oleh Importir.
c. Di Pasar Induk, produk pertanian yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri dilelang kepada calon pembeli yang tercatat resmi (berotoritas). Pembeli berotoritas (penjual perantara) mengajukan penawaran tertinggi mengikuti sistem yang berlaku di Pasar Induk setempat.
d. Penjual perantara menjual komoditas pertanian kepada pedagang Eceran dan Supermarket.
e. Konsumen membeli komoditas pertanian ini dari pedagang pengecer atau supermarket.


2. Fungsi Pasar Induk produk Pertanian


a. Pasar induk sebagai tempat pengumpulan produk pertanian dari dalam maupun luar negeri.
b. Pasar Induk merupakan tempat untuk menentukan harga yang adil memalui lelang atau kesepakatan langsung antara penjual induk dan pembeli dalam partai besar.
c. Tempat pendistribusian produk pertanian yang efektif dan efisien, karena dengan system ini distribusi produk pertanian menjadi lebih cepat dan ekonomis.
d. Proses pembayaran lebih cepat karena terikat oleh peraturan perundangan.
e. Dapat dikelola informasi jumlah dan harga barang secara harian sehingga dapat memprediksi pasokan dan kebutuhan dalam jangka waktu tahunan.
f. Tempat menginspeksi keamanan pangan untuk menjamin kesehatan konsumen.


3. Fasilitas Pasar Induk Produk Pertanian


a. Sistem informasi jumlah dan harga komoditas.
b. Sistem dan peralatan pelelangan produk pertanian yang dilakukan secara elektronik.
c. Gudang penyimpanan, Cold Storage, alat angkut dalam pasar dan transportasi luar pasar.
d. Sistem monitoring keamanan pangan yang ketat, kwalitas produk pertanian diinspeksi secara rutin.
e. Kios-kios penjual perantara yang jumlahnya cukup banyak.


4. Peran Pemerintah dalam Pasar Produk Pertanian


a. Pemerintah Daerah membangun kontruksi fisik Pasar. Di Tokyo terdapat 11 Pasar Induk.
b. Pasar Induk dikelola oleh perusahaan pengelola Pasar Induk, yang membayar sewa kepada Pemerintah Daerah.
c. Pemerintah Daerah menetapkan regulasi yang berhubungan dengan Pasar Induk, penjual induk dan pembeli berotoritas serta keamanan konsumen.
d. Sesuai regulasi pengelola pasar induk menerima komisi yang nilainya tergantung komoditasnya, 9,5% untuk bunga, 8,5% untuk sayuran, 7,0% untuk buah-buahan, 5,5% untuk produk perikanan, 3,5% untuk daging.


5. Kasus Impor dalam Pasar Induk


a. Negara ekportir utama produk pertanian ke Jepang yang dilelang di Pasar Induk adalah China, Amerika Serikat, Korea, Taiwan, Thailand, New Zeland, Australia, Kanada, Philipina, Belanda.
b. Peluang untuk Indonesia adalah Mangga, Manggis, Pisang, Ubi jalar, Talas Satoimo, Edamame, Okura, Jahe dan Produk sayuran beku Terong dsb.
c. Agar dapat mudah masuk pasar induk, produsen Indonesia mesti sudah berhubungan dengan penjual induk di Jepang yang tercatat di pasar Induk. Memasuki pasar Induk melalui jalur mereka, kita tidak dapat masuk langsung karena pembeli dan penjual di Pasar Induk ini diberikan otoritas/sertifikat yang terikat regulasi.