Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, 14 May 2025

Makhluk Laut Sekarat karena Plastik

 

Darrell Blatchley, pendiri sekaligus direktur D' Bone Collector Museum menunjukkan sampah plastik yang ditemukan di dalam perut bangkai paus Cuvier's beaked di Davao, Filipina.


Tahukah kamu bahwa banyak hewan laut tidak mampu membedakan antara plastik dan makanan alami? Mereka sering kali mengira potongan plastik sebagai makanan favorit mereka. Akibatnya, plastik yang tidak dapat dicerna itu masuk ke tubuh mereka dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari gangguan pencernaan hingga hambatan pertumbuhan.

 

Bahkan, beberapa burung laut diketahui memberi makan anak-anaknya dengan plastik yang mereka temukan di permukaan laut. Mereka mengira itu adalah makanan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya: anak-anak burung tersebut mengalami gangguan pertumbuhan karena perut mereka sudah penuh dengan benda yang tidak bisa dicerna.

 

Mikroplastik: Ancaman yang Lebih Halus tapi Mematikan

Tak hanya plastik berukuran besar, plastik yang sangat kecil atau dikenal sebagai mikroplastik juga menjadi ancaman serius. Karena ukurannya yang mikroskopis, mikroplastik mudah tertelan oleh plankton, ikan kecil, dan hewan laut lainnya. Partikel-partikel ini lalu masuk ke dalam rantai makanan laut—dan pada akhirnya, bisa sampai ke meja makan kita.

 

Mikroplastik berasal dari berbagai sumber, seperti serpihan botol plastik, kosmetik, dan pakaian sintetis. Meski tak terlihat, dampaknya sangat nyata dan berbahaya bagi ekosistem laut.

 

Kisah Tragis dari Samudra Filipina

Salah satu contoh paling mengejutkan datang dari Samudra Filipina, ketika seekor paus ditemukan mati dengan lebih dari 40 kg sampah plastik di dalam perutnya. Di antara sampah tersebut terdapat kantong beras, tas belanja, bahkan kemasan makanan. Paus tersebut mengalami gangguan pencernaan parah dan akhirnya mati karena perutnya penuh dengan benda yang tidak bisa diurai.

 

Kisah ini menggambarkan betapa besar dampak aktivitas manusia terhadap kehidupan laut, bahkan bagi spesies besar yang hidup jauh dari pantauan manusia.

 

Perangkap Plastik di Lautan

Tak hanya sampah plastik, alat-alat tangkap ikan yang ditinggalkan atau tidak dikelola dengan baik—seperti jaring dan tali-temali—juga menjadi "hantu laut" yang mematikan. Banyak hewan laut, seperti penyu dan lumba-lumba, terperangkap secara tidak sengaja. Jaring-jaring ini bisa membatasi gerakan mereka, membuat mereka terluka, bahkan menyebabkan kematian karena tidak bisa naik ke permukaan untuk bernapas.

 

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

  • Kurangi penggunaan plastik sekali pakai seperti sedotan, kantong plastik, dan botol air.

  • Daur ulang sampah plastik dengan benar.

  • Dukung kampanye dan kebijakan pengurangan plastik di tingkat lokal maupun global.

  • Sebarkan informasi ini agar lebih banyak orang peduli terhadap laut dan isinya.

 

Laut bukanlah tempat sampah. Setiap tindakan kecil dari kita bisa berdampak besar bagi kelestarian kehidupan laut.

No comments: