Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, 17 November 2019

Pemijahan Massal Terumbu Karang

 




Pemijahan Massal Terumbu Karang Tahunan di Great Barrier Reef Australia Dimulai

 

Bayangkan miliaran telur dan sperma karang melayang serempak di bawah permukaan laut, menciptakan pertunjukan alam bak kembang api bawah air, sebuah keajaiban tahunan yang hanya berlangsung dalam hitungan jam. Inilah momen langka yang kini tengah terjadi di Great Barrier Reef, Australia, ketika pemijahan massal terumbu karang kembali memuncak. Tahun ini, para ilmuwan menyaksikan lonjakan luar biasa dalam volume reproduksi alami ini, menyulut harapan baru bagi ekosistem laut yang tengah berjuang melawan dampak perubahan iklim.


Pemijahan massal terumbu karang telah dimulai di Great Barrier Reef Australia, dengan indikasi awal bahwa peristiwa tahunan ini dapat menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir, menurut para ahli biologi kelautan setempat pada Minggu (17 November).

 

Diterpa oleh peningkatan suhu laut akibat perubahan iklim dan pemutihan karang, sistem terumbu terbesar di dunia ini memasuki masa "kegilaan" setahun sekali dengan pelepasan massal telur dan sperma karang yang terkoordinasi untuk meningkatkan peluang fertilisasi.


 


Ahli biologi kelautan Pablo Cogollos dari operator tur berbasis di Cairns, Sunlover Reef Cruises, mengatakan bahwa malam pertama pemijahan tahun 2019 sangat "melimpah", memberikan tanda positif bagi ekosistem yang terancam ini.

 

"Volume telur dan sperma tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu, ketika karang lunak memijah empat malam setelah bulan purnama dan dianggap sebagai pemijahan karang terbaik dalam lima tahun," katanya.

 

Fenomena alam ini, yang sering dibandingkan dengan kembang api bawah laut atau badai salju, hanya terjadi setahun sekali dalam kondisi tertentu: setelah bulan purnama ketika suhu air berkisar antara 27 hingga 28 derajat Celsius.


Karang lunak adalah yang pertama memijah, diikuti oleh karang keras, dalam proses yang biasanya berlangsung antara 48 hingga 72 jam.

 

Terumbu karang sepanjang 2.300 kilometer ini telah kehilangan sebagian besar areanya akibat kenaikan suhu laut yang terkait dengan perubahan iklim, meninggalkan sisa-sisa kerangka dalam proses yang dikenal sebagai pemutihan karang.




Bagian utara terumbu ini mengalami dua tahun berturut-turut pemutihan parah yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2016 dan 2017, sehingga memunculkan kekhawatiran bahwa kerusakan tersebut mungkin tidak dapat diperbaiki.



Para ilmuwan tahun lalu meluncurkan proyek untuk mengumpulkan telur dan sperma karang selama pemijahan, yang kemudian direncanakan untuk ditumbuhkan menjadi larva karang dan digunakan untuk meregenerasi area terumbu yang rusak parah.


Di tengah kekhawatiran akan punahnya salah satu keajaiban alam terbesar di dunia, ledakan kehidupan di Great Barrier Reef justru menunjukkan bahwa alam belum menyerah. Pemijahan massal tahun ini bukan hanya sebuah siklus biologis—ini adalah seruan keras dari samudra bahwa harapan masih hidup. Jika kita mampu mendengarkan dan bertindak, barangkali, kerangka-kerangka karang yang memutih itu bisa kembali berwarna, satu larva demi satu.

 

Sungguh, fenomena luar biasa ini mengingatkan kita pada firman Allah dalam Al-Qur’an: "Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. Az-Zariyat: 20–21)

 

Terumbu karang yang hidup kembali adalah salah satu dari sekian banyak tanda kebesaran-Nya—bahwa kehidupan bisa tumbuh bahkan dari sisa-sisa yang nyaris mati, jika kita menjaganya dengan ilmu, iman, dan kepedulian.

 

SUMBER:

The Strait Times, 17 November 2019

No comments: