Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday, 7 January 2025

Penjelasan Ilmiah Populer tentang Modifikasi Genetik pada Ginjal Babi untuk Xenotransplantasi


Ginjal babi yang digunakan dalam transplantasi telah mengalami 69 modifikasi genetik yang dirancang untuk meningkatkan kompatibilitasnya dengan tubuh manusia. Salah satu tujuan utama modifikasi ini adalah menghilangkan gen-gen yang dapat memicu reaksi imun tubuh manusia. Sebagai contoh, gen yang mengkode molekul α-Gal (alpha-galactosyl transferase) dihapus karena molekul ini dapat memicu reaksi penolakan hiperakut, yakni reaksi serius yang terjadi dalam hitungan menit hingga jam setelah organ dari spesies lain ditransplantasikan ke tubuh manusia. Selain itu, gen manusia tertentu ditambahkan ke dalam genom babi, seperti gen yang mengatur protein pelindung dinding pembuluh darah. Penambahan ini bertujuan untuk mencegah pembekuan darah dan peradangan yang dapat merusak organ transplantasi.

 

Teknologi pengeditan gen CRISPR-Cas9 memainkan peran penting dalam proses modifikasi ini. Teknologi ini memungkinkan penghapusan gen-gen tertentu yang dapat membahayakan kesehatan manusia, termasuk gen Porcine Endogenous Retroviruses (PERVs). PERVs adalah virus bawaan babi yang memiliki potensi menular ke manusia melalui transplantasi organ. Dengan menggunakan CRISPR-Cas9, gen ini dapat dinonaktifkan sepenuhnya, sehingga mengurangi risiko infeksi virus lintas spesies atau zoonosis. Selain itu, teknologi ini memastikan bahwa hanya gen-gen yang relevan yang dimodifikasi tanpa memengaruhi bagian lain dari genom, sehingga keamanan organ yang dihasilkan lebih terjamin.

 

Perusahaan bioteknologi seperti eGenesis berperan besar dalam pengembangan organ babi hasil rekayasa genetik untuk xenotransplantasi. Mereka menggunakan kombinasi teknologi CRISPR-Cas9 dan metode bioteknologi canggih lainnya untuk menghasilkan organ yang kompatibel dengan tubuh manusia. Organ-organ ini dirancang untuk mengurangi risiko imunologis serta bebas dari penyakit bawaan babi yang berpotensi menular ke manusia.

 

Dalam skala global, xenotransplantasi diatur oleh pedoman ketat untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menerbitkan Guiding Principles on Human Cell, Tissue and Organ Transplantation (2010), yang merekomendasikan penerapan standar keamanan tinggi, termasuk pengawasan dan pencegahan risiko zoonosis. Di Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA) mengatur penggunaan terapi eksperimental seperti ini melalui protokol Expanded Access Protocol (EAP). Protokol ini mengizinkan penggunaan organ hasil rekayasa genetik pada pasien dengan penyakit serius yang tidak memiliki alternatif pengobatan.

 

Keberhasilan ini merepresentasikan kemajuan signifikan dalam bidang xenotransplantasi. Selain menawarkan solusi untuk kekurangan organ donor, teknologi ini juga membuka peluang besar untuk meningkatkan aksesibilitas transplantasi organ dengan tetap memprioritaskan keselamatan pasien dan masyarakat. Dengan teknologi mutakhir seperti ini, masa depan dunia medis terlihat semakin cerah, terutama bagi pasien yang membutuhkan solusi inovatif untuk kondisi kritis mereka.

 

No comments: