Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, 22 January 2025

HLHN Momen Aksi untuk Bumi Kita

 


Hari Lingkungan Hidup Nasional Menjadi Momen Refleksi dan Aksi untuk Bumi Kita

 

Setiap tanggal 10 Januari, Indonesia memperingati Hari Lingkungan Hidup Nasional sebagai wujud dedikasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Momen ini menjadi pengingat bahwa keberlanjutan lingkungan adalah tanggung jawab bersama, dari pemerintah hingga individu, demi masa depan yang lebih baik.

 

Sebagai negara kepulauan dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang melimpah, Indonesia menghadapi berbagai tantangan lingkungan yang serius. Pencemaran menjadi masalah utama, mencakup pencemaran air, udara, dan tanah yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas industri, pertanian, dan rumah tangga. Dampaknya sangat luas, mulai dari penurunan kualitas hidup hingga ancaman terhadap ekosistem.

 

Selain itu, penggundulan hutan terus menjadi isu krusial. Laju deforestasi yang tinggi tidak hanya menghilangkan habitat bagi flora dan fauna, tetapi juga meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Fenomena ini menuntut tindakan nyata untuk melindungi hutan yang tersisa dan memulihkan lahan yang telah terdegradasi.

 

Masalah sampah juga semakin mendesak, dengan tumpukan limbah yang mengancam kesehatan lingkungan dan masyarakat. Pengelolaan sampah yang tidak memadai mengakibatkan pencemaran sungai, laut, dan daratan, yang pada akhirnya memengaruhi ekosistem serta kehidupan manusia.

 

Di sisi lain, perubahan iklim telah membawa dampak nyata. Kenaikan suhu global dan perubahan pola cuaca ekstrem menimbulkan berbagai tantangan bagi sektor pertanian, perikanan, dan keberlanjutan masyarakat lokal. Ketahanan terhadap perubahan ini membutuhkan langkah adaptasi yang inovatif dan kolaborasi lintas sektor.

 

Memasuki tahun 2025, mari kita jadikan momentum ini untuk memperkuat mindset pelestarian lingkungan. Setiap individu dapat berkontribusi melalui langkah sederhana namun berarti, seperti mengurangi penggunaan plastik, menanam pohon, dan mendukung praktik ramah lingkungan. Dengan rencana aksi yang nyata, kita dapat bersama-sama menjaga bumi ini untuk generasi mendatang.

 

Berikut akan disampaikan “Tujuh Cara Memulihkan Lahan, Menghentikan Desertifikasi, dan Melawan Kekeringan” yang berlaku secara global.

Lahan menopang kehidupan di Bumi. Ruang-ruang alami seperti hutan, lahan pertanian, sabana, gambut, dan pegunungan menyediakan makanan, air, dan bahan mentah yang dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup.

Namun, lebih dari 2 miliar hektar lahan di dunia mengalami degradasi, memengaruhi lebih dari 3 miliar orang. Ekosistem vital dan berbagai spesies terancam punah. Dengan meningkatnya kekeringan yang lebih parah dan berkepanjangan, badai pasir, serta suhu yang terus naik, penting untuk menemukan cara menghentikan lahan kering berubah menjadi gurun, sumber air segar menguap, dan tanah subur berubah menjadi debu.

 

Para ahli meyakini bahwa meskipun tugas ini terasa sulit, upaya tersebut tetap dapat diwujudkan. Pada 5 Juni 2024, masyarakat dunia merayakan “Hari Lingkungan Hidup Sedunia” dengan tema yang mengajak setiap individu untuk berkontribusi dalam menghentikan degradasi lahan sekaligus memulihkan lanskap yang telah rusak.

 

“Pemerintah dan bisnis memiliki peran utama dalam membalikkan kerusakan yang telah dilakukan manusia terhadap Bumi,” kata Bruno Pozzi, Wakil Direktur Divisi Ekosistem dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP). “Namun, masyarakat umum juga memiliki peran penting dalam restorasi, yang merupakan kunci bagi masa depan kita sebagai spesies.”

 

Berikut tujuh langkah praktis untuk berkontribusi dalam pemulihan ekosistem, seperti dijelaskan dalam panduan “Kami adalah Generasi Restorasi” dari UNEP:

 

1. Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan

Secara global, setidaknya 2 miliar orang, terutama dari wilayah pedesaan dan kurang mampu, bergantung pada pertanian untuk mata pencaharian mereka. Namun, sistem pangan saat ini tidak berkelanjutan dan menjadi pendorong utama degradasi lahan.

 

Pemerintah dan sektor keuangan dapat mempromosikan pertanian regeneratif untuk meningkatkan produksi pangan sambil melestarikan ekosistem. Saat ini, produsen pertanian menerima dukungan finansial sebesar USD 540 miliar per tahun, namun 87 persen subsidi tersebut justru merusak harga, alam, dan kesehatan manusia. Subsidi ini dapat dialihkan untuk mendukung praktik berkelanjutan dan petani kecil.

 

Pelaku bisnis dapat mengembangkan tanaman yang tahan iklim, memanfaatkan pengetahuan tradisional untuk menciptakan metode pertanian berkelanjutan, serta mengelola pestisida dan pupuk secara bijak agar tidak merusak kesehatan tanah. Konsumen dapat memilih pola makan berbasis tanaman, produk lokal dan musiman, serta makanan yang ramah terhadap tanah, seperti kacang-kacangan dan biji-bijian.

 

2. Melestarikan Tanah

Tanah bukan hanya sekadar debu di bawah kaki kita, tetapi merupakan habitat paling beragam di planet ini. Hampir 60 persen dari semua spesies hidup di dalam tanah, dan 95 persen makanan kita berasal dari tanah. Tanah sehat juga menyerap gas rumah kaca, sehingga berperan penting dalam mitigasi iklim.

 

Untuk menjaga tanah tetap sehat, pemerintah dapat mendukung pertanian organik. Praktik seperti zero-tillage (tanpa pengolahan tanah) dapat menjaga lapisan organik tanah. Kompos dan bahan organik lain dapat meningkatkan kesuburan tanah. Teknik irigasi seperti drip irrigation atau penggunaan mulsa membantu mempertahankan kelembapan tanah.

 

3. Melindungi Penyerbuk

Tiga dari empat tanaman pangan membutuhkan penyerbuk seperti lebah, kelelawar, kupu-kupu, dan burung. Namun, populasi penyerbuk terus menurun.

 

Untuk melindungi mereka, penting untuk mengurangi polusi udara, meminimalkan dampak negatif pestisida, serta melestarikan habitat alami mereka. Menanam bunga lokal di taman kota dan rumah dapat menarik burung, lebah, dan kupu-kupu.

 

4. Memulihkan Ekosistem Air Tawar

Ekosistem air tawar menopang siklus air, menyediakan makanan, air, serta melindungi dari banjir dan kekeringan. Namun, ekosistem ini menghilang dengan cepat akibat polusi dan perubahan iklim.

 

Langkah yang dapat diambil adalah meningkatkan kualitas air, mengidentifikasi sumber polusi, dan memantau kesehatan ekosistem air tawar. Kota-kota dapat berinovasi dalam pengelolaan air limbah dan air hujan.

 

5. Memperbarui Kawasan Pesisir dan Laut

Laut dan samudra menyediakan oksigen, makanan, dan air, sekaligus membantu mitigasi perubahan iklim. Pemerintah dapat memulihkan ekosistem biru seperti mangrove dan terumbu karang, serta memperketat regulasi polusi plastik.

 

6. Mengembalikan Alam ke Kota

Kota mengonsumsi 75 persen sumber daya planet dan menghasilkan lebih dari setengah limbah global. Namun, ruang hijau seperti hutan kota dan taman vertikal dapat mengurangi suhu, meningkatkan keanekaragaman hayati, dan menciptakan habitat bagi satwa liar.

 

7. Menggalang Pembiayaan untuk Restorasi

Investasi dalam solusi berbasis alam perlu lebih dari dua kali lipat hingga USD 542 miliar pada tahun 2030 untuk memenuhi target restorasi global. Individu dapat mendukung institusi keuangan yang berfokus pada keberlanjutan atau menyumbang untuk kegiatan restorasi.

 

Hari Lingkungan Hidup Nasional adalah momen penting untuk menggerakkan jutaan orang dalam upaya melindungi planet kita. Kegiatan ini sejalan dengan inisiatif global “Dekade Restorasi Ekosistem PBB 2021-2030,” yang bertujuan mengintegrasikan dukungan politik, penelitian ilmiah, dan pendanaan untuk mempercepat pemulihan ekosistem di seluruh dunia.

 

SUMBER

Pudjiatmoko. Hari Lingkungan Hidup Nasional Menjadi Momen Refleksi dan Aksi untuk Bumi Kita. PanganNews 11 Januari 2025

No comments: