Komisi Flu Burung Indonesia
Merekomendasikan Kampanye Vaksinasi AI yang Lebih Kuat
Ketua Komite Koordinasi Flu Burung Indonesia pada 14 Juni 2007
merekomendasikan program vaksinasi yang lebih intensif serta langkah-langkah
lain untuk mengendalikan influenza avian pada populasi unggas. Bayu
Krisnamurthi mengumumkan rekomendasi baru ini setelah melakukan konsultasi
selama dua hari dengan para pakar internasional di Jakarta.
“Kami telah banyak belajar dalam beberapa tahun terakhir mengenai
pengendalian virus, dan kami harus menerapkan pengetahuan ini untuk
meningkatkan dan memperluas program AI guna memastikan bahwa masyarakat di
seluruh kepulauan ini tidak lagi berisiko,” kata Bayu Krisnamurthi, Kepala
Eksekutif Komite Koordinasi Nasional untuk Pengendalian Influenza Burung dan
Kesiapsiagaan Pandemi Influenza (KOMNAS FBPI).
Bayu Krisnamurthi menjelaskan bahwa meskipun vaksinasi sudah dilakukan di
banyak wilayah, hanya sekitar 25% peternakan kecil dan pedesaan yang
mendapatkan vaksinasi dengan benar. Rekomendasi baru ini bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas program vaksinasi.
Menurut Bayu Krisnamurthi, saat ini terdapat tiga jenis strain vaksin yang
harus digunakan, yaitu vaksin inaktivasi berbasis emulsi minyak homolog H5N1,
atau vaksin heterolog H5N2 dan H5N9. Ia menekankan perlunya program vaksinasi
yang terintegrasi, mencakup setiap tahapan proses, mulai dari pemilihan vaksin,
logistik, hingga sumber daya manusia. Efektivitas vaksin juga menjadi perhatian
utama.
"Semua vaksin yang digunakan harus mendapat persetujuan dari
Kementerian Pertanian dan diberikan kepada unggas yang sehat di bawah
pengawasan dokter hewan. Program vaksinasi yang sukses harus memiliki pendanaan
yang cukup, tenaga vaksinator yang berkualifikasi, serta dukungan logistik yang
memadai," tegas Bayu Krisnamurthi.
Selain itu, semua vaksin harus terdaftar dan mendapat izin dari Kementerian
Pertanian. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menghubungkan vaksinasi
dengan langkah-langkah biosekuriti, memperluas cakupan vaksinasi untuk mencakup
ayam dan unggas lainnya, serta menargetkan kampanye vaksinasi di daerah
berisiko tinggi. Ia juga menekankan bahwa hanya ternak yang sehat yang boleh
divaksinasi, dengan pengawasan dokter hewan.
Proses vaksinasi dan jenis vaksin yang digunakan perlu dievaluasi secara
berkala sesuai dengan perkembangan virus di lapangan. Setelah berkonsultasi
dengan para pakar, Bayu Krisnamurthi menekankan bahwa masih banyak pekerjaan
yang harus dilakukan, termasuk memperkuat dan memperluas layanan kesehatan
hewan serta merestrukturisasi industri unggas dari tahap produksi hingga
penjualan. Para pakar berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan Pemerintah
Indonesia dan mendukung KOMNAS FBPI dalam upaya mengendalikan virus pada unggas
serta mengurangi ancaman pandemi.
“Kemampuan virus H5N1 untuk menyebabkan penyakit dan kematian pada manusia,
serta potensi munculnya virus pandemi influenza yang besar, telah meningkatkan
kekhawatiran para pejabat secara drastis,” kata Laurence Gleeson, Kepala
Regional Pusat Darurat Penyakit Hewan Lintas Batas di Organisasi Pangan dan
Pertanian (FAO).
Virus influenza avian merupakan virus yang sangat patogenik dan terutama
menyerang unggas. Dalam kasus yang jarang terjadi, penyakit ini dapat menular
ke manusia. Para pakar khawatir bahwa flu burung dapat bermutasi menjadi virus
influenza baru yang mudah menyebar antar manusia, dengan potensi memicu pandemi
influenza global.
Langkah-langkah yang Dapat Dilakukan untuk Mengurangi
Risiko Infeksi H5N1:
1.
Jangan menyentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur menyentuh,
segera cuci tangan dan laporkan ke otoritas setempat.
2.
Cuci tangan dan peralatan makan dengan sabun serta air sebelum makan atau
memasak. Pastikan unggas dan telur dimasak dengan matang.
3.
Pisahkan unggas yang baru dibeli dari yang lama selama dua minggu.
4.
Segera pergi ke klinik kesehatan jika mengalami demam dengan gejala mirip
flu dan memiliki riwayat kontak dengan unggas.
SUMBER:
KOMNAS FBPI