Tuesday, 4 October 2016
Tiga Daerah Percontohan Bersiap untuk ‘One Health’
Posted by Drh.Pudjiatmoko,PhD at 10:27 0 comments
Labels: One Health
Monday, 3 October 2016
Zoonotic Diseases Action Package - ZDAP
Paket Aksi Penyakit Zoonosis (Zoonotic Diseases Action Package - ZDAP)
I. Bagaimana negara pemimpin ZDAP melibatkan negara peserta lainnya?
1.Mendorong partisipasi negara-negara dan organisasi lain dalam ZDAP serta mengupayakan agar mereka bergabung dan/atau memainkan peran kepemimpinan dalam ZDAP.
2.Semua negara peserta GHSA harus memperkuat penggunaan PVS secara selaras dengan IHR 2005 dalam kerangka JEE dan alat lainnya, sesuai dengan target yang tercantum dalam Road Map ZDAP, dengan mempertimbangkan pelajaran yang telah diperoleh serta praktik terbaik yang diterapkan di negara lain.
II. Apa tantangan dan peluang dalam pelaksanaan peta jalan Paket Aksi GHSA?
Tantangan dan peluang yang diidentifikasi dalam penggunaan PVS dan IHR 2005 dalam alat JEE, khususnya di bidang koordinasi, kolaborasi, dan keseimbangan representasi sektor, harus diperbaiki.
III. Kegiatan Terkini (2014 - 2016)
1.Membangun komitmen global terhadap pendekatan multisektoral untuk menangani penyakit zoonosis yang muncul dalam mendukung GSHA dalam kerangka kesehatan masyarakat.
2. Strategi ASEAN untuk Eliminasi Rabies dan Rencana Aksinya.
3. Pembaruan kegiatan dengan kelompok pengarah GHSA.
4. Konferensi OIE di Paris pada Juni 2015.
5. Konferensi Internasional ZDAP di Vietnam (Rencana Aksi ZDAP).
6.Lokakarya Asia-Pasifik tentang Kolaborasi Multisektoral untuk Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis di Sapporo, Jepang, tahun 2015.
7. Eliminasi global rabies yang ditularkan anjing: The Time is Now serta pertemuan teknis awal dengan Pusat Kolaborasi WHO di Jenewa, 2015.
8. Mengirim penilai untuk JEE.
9. Pertemuan kedua ZDAP di Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, 22 Agustus 2016.
IV. Apa mekanisme koordinasi dan upaya untuk memperkuat Paket Aksi?
1.Meningkatkan komunikasi (non-teknis) tentang pentingnya dan relevansi zoonosis serta pendekatan One Health kepada masyarakat dan pembuat kebijakan, termasuk dengan kementerian keuangan, dalam negeri, perencanaan, dan interior.
2.Semua negara peserta GHSA harus memperkuat penggunaan PVS dalam harmoni dengan JEE dan alat lainnya sesuai target yang tercantum dalam Road Map ZDAP, dengan mempertimbangkan pelajaran yang telah diperoleh serta praktik terbaik yang diterapkan di negara lain.
V. Apa praktik terbaik yang dapat dibagikan?
1. Program pencegahan dan pengendalian zoonosis yang terintegrasi.
2.Peningkatan pengetahuan dan keterampilan di kalangan pekerja kesehatan dan sektor pendidikan.
3. Pemberdayaan masyarakat terintegrasi melalui IEC.
4. Sistem surveilans terpadu, investigasi wabah, dan pelaporan dari kabupaten/kota, provinsi, hingga tingkat pusat (seperti flu burung, rabies, antraks).
5. Surveilans sentinel untuk zoonosis.
6. Jaringan Epidemiologi dan Laboratorium Zoonosis (Empat Arah Penghubung).
7.Pertemuan pakar tentang kesehatan manusia dan hewan yang terintegrasi untuk zoonosis.
Alat, Panduan, dan
Praktik Terbaik untuk Kolaborasi 2016
a. Pusat Operasi Darurat (Emergency Operations Center - EOC) dan ZDAP di
Vietnam.
b. Rencana Strategis Eliminasi Rabies pada Manusia di Kenya (2014-2020).
c. Proyek dan Mitra GHSA di Vietnam.
d. Tanya Jawab tentang Rabies.
e. Komik Elektronik tentang Zoonosis.
f. Buku Saku Flu Burung.
Koordinasi, Kerja Sama, dan Kemitraan Antar Sektor untuk Pengendalian Zoonosis di Indonesia (1972-2016)
1.MOU tahun 1972 (Dirjen P2P Kemenkes dan Dirjen Peternakan, Kementan): Memperkuat pengendalian zoonosis.
2.Keputusan Tiga Menteri tahun 1978 (Menteri Kesehatan, Pertanian, Dalam Negeri): Pedoman pengendalian rabies.
3. Komisi Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Pandemi tahun 2006 (Keputusan Presiden No. 7 Tahun 2006): Rencana Strategis Nasional untuk Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Pandemi Influenza.
4.Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis tahun 2011 (Keputusan Presiden No. 30 Tahun 2011): Rencana Strategis Nasional untuk Pengendalian Zoonosis Terintegrasi, 2012.
Model Logika ZDAP
1. Input:
a. Kebijakan dan regulasi: Panduan Teknis GHSA dan dokumen IHR.
b. Tenaga kerja dan pelatihan.
c. Dana.
d. Material: Manual dan protokol.
e. Mitra nasional: Pemerintah terkait, sektor publik, dan swasta.
f. Mitra internasional: WHO, FAO, OIE, Bank Dunia, negara mitra GHSA.
2. Aktivitas/Proses:
a. Penilaian dan perencanaan.
b. Pengembangan dan implementasi kerangka kerja.
c. Pengembangan tenaga kerja.
d. Kebijakan pencegahan.
e. Tanggap darurat wabah.
f. Kemitraan dan kolaborasi.
g. Komunikasi dan pelaporan.
3. Pemantauan dan Evaluasi
4. Hasil:
a. Jangka pendek (1-3 tahun):
Sistem kesehatan, laboratorium, dan surveilans mampu mendeteksi penyakit zoonosis prioritas.
Kebijakan nasional untuk mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan wabah zoonosis.
Respons wabah bersama terhadap ancaman zoonosis secara real-time.
Pelatihan staf kesehatan hewan dan masyarakat dalam implementasi pendekatan One Health.
b. Jangka menengah (3-4 tahun):
Mengurangi waktu deteksi ancaman zoonosis.
Pemberitahuan dini wabah zoonosis di sektor kesehatan hewan dan manusia.
Inovasi dalam pencegahan, deteksi, dan respons penyakit zoonosis.
c. Jangka panjang (5+ tahun):
Pencegahan epidemi zoonosis yang dapat dicegah pada hewan dan manusia.
Mengurangi dampak wabah alami serta pelepasan patogen berbahaya secara internasional atau tidak sengaja.
6. Apakah perlu bantuan eksternal untuk memperkuat implementasi Paket Aksi?
1. Meningkatkan kapasitas dan jumlah sumber daya manusia.
2.Dukungan bantuan teknis (WHO dan FAO) untuk pakar zoonosis: rabies, pes, leptospirosis, antraks, dll.
3. Penguatan kapasitas laboratorium untuk zoonosis.
4. Dukungan pengembangan penelitian tentang zoonosis.
7. Tonggak dan Kegiatan Utama untuk 2016
1. Kolaborasi pelatihan IHR dan PVS untuk layanan kesehatan manusia dan hewan.
2.Meningkatkan dan memperkuat surveilans serta diagnosis (deteksi dini) kesehatan manusia dan hewan dengan memanfaatkan sistem yang ada.
3.Advokasi kebijakan dan regulasi tentang perdagangan dan produksi unggas serta ternak untuk pemangku kepentingan multisektoral nasional.
4.Memperkuat real-time bio-surveillance untuk implementasi pada hewan dan manusia.
5. Sosialisasi zoonosis bersama untuk tenaga kesehatan manusia dan hewan.
8. Rencana Aksi Lima Tahun
1. Menekankan pendekatan One Health di semua sektor pemerintah yang relevan.
2. Melaksanakan program pelatihan gabungan IHR dan PVS untuk layanan kesehatan manusia dan hewan.
3.Meningkatkan kompatibilitas data surveilans diagnostik hewan dan manusia yang ada.
4.Mengembangkan kebijakan nasional multisektoral dan pedoman regulasi yang mendukung produksi serta pemasaran unggas dan ternak.
5.Mendukung implementasi arsitektur nasional untuk real-time bio-surveillance, mencakup populasi hewan dan manusia untuk pemantauan dan pelaporan penyakit.
6.Secara aktif mengusulkan kompetensi inti dan persyaratan sistem untuk implementasi sistem surveilans.
7.Meningkatkan, menghubungkan, dan memperluas kemampuan analitis dalam sistem pelaporan penyakit untuk memastikan informasi yang relevan diterima WHO, FAO, dan OIE.
8.Memperkenalkan kerangka operasional yang mendukung pemberitahuan multisektoral untuk wabah yang dicurigai berasal dari zoonosis pada tahap awal kemunculannya.
9.Memperkenalkan sistem yang mendorong penelitian komplementer untuk tujuan kesehatan masyarakat.
9. Penutup
One Health-driven Risk Mapping harus dilanjutkan dan/atau diperluas untuk membantu mengarahkan program berbasis bukti.
Melaksanakan prioritas road map di negara masing-masing.
SUMBER:
Posted by Drh.Pudjiatmoko,PhD at 15:53 0 comments
Labels: GHSA
Friday, 30 September 2016
Bukti Nyata Pengendalian Rabies Yang Efektif
Posted by Drh.Pudjiatmoko,PhD at 12:31 0 comments
Labels: Penyakit Zoonosis
Indonesia Melawan Ancaman Pandemi Baru
Posted by Drh.Pudjiatmoko,PhD at 11:38 0 comments
Labels: New Emerging Disease