Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, 3 February 2020

Pernyataan II Komite Darurat: Wabah 2019-nCoV

 

Pernyataan tentang Pertemuan Kedua Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional (2005) terkait Wabah Virus Korona Baru (2019-nCoV)

 

Pertemuan kedua Komite Darurat yang diadakan oleh Direktur Jenderal WHO berdasarkan Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) (2005) terkait wabah virus korona baru 2019 di Republik Rakyat Tiongkok, dengan penyebaran ke negara lain, berlangsung pada hari Kamis, 30 Januari 2020, dari pukul 13.30 hingga 18.35 waktu Jenewa (CEST). Peran Komite adalah memberikan nasihat kepada Direktur Jenderal, yang membuat keputusan akhir terkait penentuan Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (PHEIC). Komite juga memberikan saran kesehatan masyarakat atau mengusulkan Rekomendasi Sementara formal yang sesuai.

 

Proses Pertemuan

 

Anggota dan penasihat Komite Darurat diundang untuk mengikuti telekonferensi.

Direktur Jenderal menyambut Komite dan mengucapkan terima kasih atas dukungan mereka. Beliau menyerahkan pertemuan kepada Ketua, Profesor Didier Houssin.

 

Profesor Houssin juga menyambut Komite dan memberikan kesempatan kepada Sekretariat untuk memulai.

 

Seorang perwakilan dari departemen kepatuhan, manajemen risiko, dan etika memberikan pengarahan kepada anggota Komite tentang peran dan tanggung jawab mereka.

 

Anggota Komite diingatkan tentang kewajiban mereka untuk menjaga kerahasiaan dan tanggung jawab untuk mengungkapkan hubungan pribadi, keuangan, atau profesional yang dapat dianggap sebagai konflik kepentingan. Semua anggota yang hadir disurvei, dan tidak ditemukan konflik kepentingan yang relevan dengan pertemuan tersebut. Tidak ada perubahan sejak pertemuan sebelumnya.

 

Ketua kemudian meninjau agenda pertemuan dan memperkenalkan para penyaji.

 

Perwakilan Kementerian Kesehatan Republik Rakyat Tiongkok melaporkan situasi terkini dan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang diambil. Saat ini terdapat 7.711 kasus yang dikonfirmasi dan 12.167 kasus yang dicurigai di seluruh negeri. Dari kasus yang dikonfirmasi, 1.370 bersifat parah dan 170 orang meninggal dunia. Sebanyak 124 orang telah pulih dan dipulangkan dari rumah sakit.

 

Sekretariat WHO memberikan gambaran situasi di negara lain. Saat ini terdapat 83 kasus di 18 negara. Dari jumlah tersebut, hanya 7 kasus yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok. Penularan antar manusia telah terjadi di 3 negara di luar Tiongkok. Satu kasus tersebut bersifat parah, dan belum ada kematian yang dilaporkan.

 

Pada pertemuan pertama, Komite mengemukakan pandangan yang berbeda tentang apakah peristiwa ini memenuhi kriteria PHEIC atau tidak. Saat itu, nasihatnya adalah bahwa peristiwa tersebut belum memenuhi kriteria PHEIC, namun anggota Komite sepakat tentang urgensi situasi dan menyarankan agar pertemuan dilanjutkan pada hari berikutnya, di mana kesimpulan yang sama dicapai.

 

Pertemuan kedua ini berlangsung mengingat peningkatan signifikan dalam jumlah kasus dan laporan tambahan dari negara-negara lain.

 

Kesimpulan dan Nasihat

 

Komite menyambut baik kepemimpinan dan komitmen politik dari tingkat tertinggi pemerintah Tiongkok, komitmen mereka terhadap transparansi, dan upaya yang dilakukan untuk menyelidiki serta menahan wabah saat ini. Tiongkok dengan cepat mengidentifikasi virus dan membagikan urutannya sehingga negara lain dapat mendiagnosisnya dengan cepat dan melindungi diri, yang telah memungkinkan pengembangan alat diagnostik secara cepat.

 

Langkah-langkah kuat yang diambil oleh negara tersebut mencakup komunikasi harian dengan WHO dan pendekatan multi-sektoral yang komprehensif untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Tiongkok juga telah mengambil langkah-langkah kesehatan masyarakat di kota-kota dan provinsi lain; melakukan studi tentang tingkat keparahan dan penyebaran virus, serta berbagi data dan bahan biologis. Negara ini juga sepakat untuk bekerja sama dengan negara lain yang membutuhkan dukungan mereka. Langkah-langkah yang diambil oleh Tiongkok sangat bermanfaat, tidak hanya untuk negara tersebut tetapi juga untuk dunia.

 

Komite mengakui peran kepemimpinan WHO dan mitra-mitranya.

 

Komite juga mengakui bahwa masih banyak hal yang belum diketahui. Kasus-kasus telah dilaporkan di lima wilayah WHO dalam satu bulan, dan penularan antar manusia telah terjadi di luar Wuhan dan di luar Tiongkok.

 

Komite percaya bahwa penyebaran virus masih dapat dihentikan, asalkan negara-negara menerapkan langkah-langkah yang kuat untuk mendeteksi penyakit secara dini, mengisolasi dan merawat kasus, melacak kontak, serta mempromosikan langkah-langkah pembatasan sosial yang sesuai dengan tingkat risiko. Penting untuk dicatat bahwa seiring dengan perkembangan situasi, tujuan strategis dan langkah-langkah untuk mencegah serta mengurangi penyebaran infeksi juga akan berkembang. Komite sepakat bahwa wabah ini sekarang memenuhi kriteria sebagai Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern atau PHEIC) dan mengusulkan saran berikut untuk dikeluarkan sebagai Rekomendasi Sementara.

 

Komite menekankan bahwa deklarasi PHEIC harus dilihat sebagai bentuk dukungan dan apresiasi terhadap Tiongkok, rakyatnya, serta tindakan yang telah diambil Tiongkok di garis depan wabah ini dengan transparansi, dan diharapkan dapat berhasil. Sesuai dengan kebutuhan akan solidaritas global, Komite merasa bahwa diperlukan upaya terkoordinasi secara global untuk meningkatkan kesiapsiagaan di wilayah lain di dunia yang mungkin membutuhkan dukungan tambahan.

 

Saran untuk WHO

 

Komite menyambut baik misi teknis multidisiplin WHO yang akan datang ke Tiongkok, yang melibatkan pakar nasional dan lokal. Misi ini harus meninjau dan mendukung upaya untuk menyelidiki sumber hewan dari wabah ini, spektrum klinis penyakit dan tingkat keparahannya, sejauh mana penularan antarmanusia di masyarakat dan fasilitas kesehatan, serta upaya untuk mengendalikan wabah. Misi ini akan memberikan informasi kepada komunitas internasional untuk membantu memahami situasi dan dampaknya serta memungkinkan berbagi pengalaman dan langkah-langkah yang berhasil.

 

Komite ingin kembali menekankan pentingnya mempelajari kemungkinan sumber untuk menyingkirkan penularan yang tersembunyi dan memberikan informasi bagi langkah-langkah pengelolaan risiko.

 

Komite juga menekankan perlunya peningkatan surveilans di wilayah luar Hubei, termasuk pengurutan genom patogen, untuk memahami apakah terjadi siklus penularan lokal.

 

WHO harus terus menggunakan jaringan ahli teknisnya untuk menilai cara terbaik untuk mengendalikan wabah ini secara global.

 

WHO harus memberikan dukungan yang lebih intensif untuk persiapan dan tanggapan, terutama di negara dan wilayah yang rentan.

 

Langkah-langkah untuk memastikan pengembangan dan akses cepat terhadap vaksin potensial, diagnostik, obat antivirus, dan terapi lainnya untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah harus dikembangkan.

 

WHO harus terus memberikan semua dukungan teknis dan operasional yang diperlukan untuk merespons wabah ini, termasuk melalui jaringan luas mitra dan institusi kolaborasinya, mengimplementasikan strategi komunikasi risiko yang komprehensif, dan memungkinkan kemajuan penelitian serta pengembangan ilmiah terkait coronavirus baru ini.

 

WHO harus terus mengeksplorasi kelayakan menciptakan tingkat peringatan antara kemungkinan biner PHEIC atau bukan PHEIC, tanpa harus membuka kembali negosiasi terhadap teks IHR (2005).

 

WHO harus meninjau situasi dengan transparansi secara tepat waktu dan memperbarui rekomendasinya yang berbasis bukti.

 

Komite tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan atau perdagangan berdasarkan informasi saat ini.

 

Direktur Jenderal menyatakan bahwa wabah 2019-nCoV merupakan PHEIC, menerima saran Komite, dan mengeluarkan saran ini sebagai Rekomendasi Sementara berdasarkan IHR.

 

Kepada Republik Rakyat Tiongkok

Lanjutkan untuk:

  • Menerapkan strategi komunikasi risiko yang komprehensif guna secara teratur menginformasikan populasi tentang perkembangan wabah, langkah-langkah pencegahan dan perlindungan bagi masyarakat, serta langkah-langkah tanggapan yang diambil untuk penanggulangan wabah.

  • Meningkatkan langkah-langkah kesehatan masyarakat untuk penanggulangan wabah saat ini.

  • Memastikan ketahanan sistem kesehatan dan melindungi tenaga kesehatan.

  • Meningkatkan surveilans dan pencarian kasus aktif di seluruh Tiongkok.

  • Bekerja sama dengan WHO dan mitra untuk melakukan penyelidikan guna memahami epidemiologi dan evolusi wabah ini serta langkah-langkah untuk menanggulanginya.

  • Berbagi data relevan tentang kasus manusia.

  • Terus mengidentifikasi sumber zoonosis dari wabah ini, khususnya potensi sirkulasi, dengan WHO segera setelah data tersedia.

  • Melakukan penyaringan keberangkatan di bandara dan pelabuhan internasional, dengan tujuan mendeteksi dini pelancong yang menunjukkan gejala untuk evaluasi dan pengobatan lebih lanjut, sambil meminimalkan gangguan terhadap lalu lintas internasional.

 

Kepada Semua Negara

Kemungkinan ekspor internasional kasus lebih lanjut dapat muncul di negara mana pun. Oleh karena itu, semua negara harus siap untuk melakukan penanggulangan, termasuk surveilans aktif, deteksi dini, isolasi dan manajemen kasus, pelacakan kontak, dan pencegahan penyebaran infeksi 2019-nCoV lebih lanjut, serta berbagi data lengkap dengan WHO. Saran teknis tersedia di situs web WHO.

 

Negara-negara diingatkan bahwa mereka diwajibkan secara hukum untuk berbagi informasi dengan WHO berdasarkan IHR.

 

Setiap deteksi 2019-nCoV pada hewan (termasuk informasi tentang spesies, uji diagnostik, dan informasi epidemiologis yang relevan) harus dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) sebagai penyakit yang baru muncul.

 

Negara-negara harus memberikan penekanan khusus pada pengurangan infeksi manusia, pencegahan penularan sekunder, dan penyebaran internasional, serta berkontribusi pada tanggapan internasional melalui komunikasi dan kolaborasi lintas sektor serta partisipasi aktif dalam peningkatan pengetahuan tentang virus dan penyakit ini, serta kemajuan penelitian.

 

Komite tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan atau perdagangan berdasarkan informasi saat ini.

 

Negara-negara harus memberi tahu WHO tentang langkah-langkah perjalanan yang diambil, sebagaimana diwajibkan oleh IHR. Negara-negara diingatkan untuk tidak melakukan tindakan yang mempromosikan stigma atau diskriminasi, sesuai dengan prinsip Pasal 3 IHR.

 

Kepada Komunitas Global

Sebagai coronavirus baru, dan dengan pengalaman sebelumnya bahwa virus sejenis membutuhkan upaya substansial untuk memungkinkan berbagi informasi dan penelitian secara teratur, komunitas global harus terus menunjukkan solidaritas dan kerja sama, sesuai dengan Pasal 44 IHR (2005), untuk saling mendukung dalam mengidentifikasi sumber virus baru ini, potensi penuh penularan antarmanusia, kesiapsiagaan terhadap kemungkinan impor kasus, dan penelitian untuk mengembangkan pengobatan yang diperlukan.

 

Berikan dukungan kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk memungkinkan tanggapan mereka terhadap kejadian ini, serta memfasilitasi akses terhadap diagnostik, vaksin potensial, dan terapi.

 

Sesuai Pasal 43 IHR, Negara-negara Pihak yang menerapkan langkah kesehatan tambahan yang secara signifikan mengganggu lalu lintas internasional (penolakan masuk atau keluar pelancong internasional, barang bawaan, kargo, kontainer, alat angkut, barang, dan sebagainya, atau keterlambatan lebih dari 24 jam) wajib mengirimkan alasan dan justifikasi kesehatan masyarakat kepada WHO dalam waktu 48 jam sejak pelaksanaannya. WHO akan meninjau justifikasi tersebut dan dapat meminta negara-negara untuk mempertimbangkan kembali langkah-langkah mereka. WHO wajib berbagi dengan Negara-negara Pihak lainnya informasi tentang langkah-langkah tersebut dan justifikasi yang diterima.

 

Komite Darurat akan diadakan kembali dalam waktu tiga bulan atau lebih awal, atas kebijakan Direktur Jenderal.

 

Direktur Jenderal menyampaikan terima kasih kepada Komite atas pekerjaannya.

 

Sumber:

Pernyataan WHO, 30 Januari 2020



Friday, 31 January 2020

(New) Strain of Coronavirus (2019-nCoV)

Coronavirus ini sebenarnya nama yang diberikan untuk satu group keluarga besar virus yang umumnya menyebabkan penyakit pada binatang seperti burung, atau mamalia lain, termasuk manusia.  Virus ini  sering menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas, batuk pilek, atau kadang diare. Dalam keluarga Coronavirus ini ada beberapa anggota (strain virus) yang mengalami mutasi dan jadi bandel banget, salah satunya strain Coronavirus penyebab outbreak SARS 2003 (SARS-CoV) dan MERS 2012 (MERS-CoV). Sementara saat ini, seperti yang kita tahu semua,  sepupu mereka, Wuhan virus (2019-nCoV) yang sedang mencuri perhatian.

Gejala Wuhan virus ini sebenarnya sama saja dengan gejala batuk pilek atau infeksi saluran pernafasan lainnya tapi kemudian kenapa jadi sumber masalah?

Karena: Strain virus baru ini berpotensi menyebar dengan cepat melalui human-to-human transmission DAN berpotensi menyebabkan infeksi parah hingga penderita meninggal. “This novel coronavirus has the potential to cause severe disease and death” – CDC

Saat ini karakteristik khusus dari Wuhan virus, masa inkubasi, bagaimana dia bisa menginfeksi orang lain dalam waktu cepat, dsb masih dalam investigasi.

Gejala yang bisa dipantau sementara ini untuk membantu diagnosa:

- batuk, demam

- sesak nafas/difficulty breathing

*beberapa laporan juga menyatakan tidak semua penderita memiliki gejala demam.

- penderita memiliki epidemiologic risk.

(14 hari sebelum gejala keluar, ada riwayat travel dari daerah outbreak di China) atau

(14 hari sebelum gejala keluar, ada riwayat close contact dengan penderita yang diduga terkena infeksi ; atau yang sudah terkonfirmasi terinfeksi 2019-nCoV).

- Sementara, virus ini berpotensi menyebabkan kematian pada pasien usia lanjut dengan pre-exixsting conditions (diabetes, liver cirrhosis, chronic lung disease, etc).

Di Jepang sendiri - update: 28 Januari 2020 - ada tujuh kasus yang sudah dikonfirmasi sebagai kasus terkait Wuhan virus.

Kasus 1: Pria, 30 tahun. Dilaporkan demam sejak 3 Januari. Tgl 6 Januari kembali dari Wuhan, masuk Jepang. Tgl 10 Januari pasien masuk RS. Hasil tes influenza negative. Dilakukan tes molekular RT-PCR, dan ditemukan fragment sequencing matched dengan sequence virus 2019-nCoV. Tgl 15 Januari resmi dinyatakan sebagai kasus pertama Coronavirus. Gejala membaik dan pasien sudah keluar RS.

Kasus2: Pria, 40 tahun. Traveler yang tinggal di Wuhan. China. Demam dilaporkan sejak 14 Januari. Medical check dilakukan 15 dan 17 Januari dengan hasil tidak ada radang paru. Masuk Jepang tgl 19 Januari. Kembali diperiksa tgl 20 Januari- observasi. Tgl 22 Januari, demam, radang tenggorokan tidak membaik, dan ditemukan gambaran radang paru.  Saat ini pasien masih dalam perawatan.

Kasus 3 : Wanita, 30 tahun.  Traveler yang tinggal di Wuhan, China. Masuk ke Jepang 18 Januari tidak ada gejala sakit. Tgl 21 Januari mulai batuk dan demam. Tgl 23 Januari pemeriksaan lanjutan di insitusi medis.

Kasus 4: Pria, 40 tahun. Traveler, tinggal di Wuhan, Cina. Masuk ke Jepang tgl 22 Januari, tidak ada gejala sakit. Tgl 23 Januari keluar gejala demam. Tgl 24 Januari, demam berlanjut diikuti nyeri persendian. Pasien datang ke institusi medis di Aichi-ken. Hasil x-ray dan CT positif gambaran radang paru, dirawat masuk RS. Tgl 26 Januari, dilaporkan kondisi pasien stabil.

28 Januari 2020 (14:00)

Kasus5: Pria, 40 tahun. Traveler yang tinggal di Wuhan. China. Datang ke Jepang 20 Januari, tanpa gejala. Tgl 22 Januari mulai tidak enak badan, tgl 23 Januari demam 37.2°C. Tgl 26 Januari demam 37.5°C , pemeriksaan lanjutan di insitusi medis-Aichi ken. Tgl 28 Januari, suhu 36.6°C, tidak ada gejala lain yang jelas.

28 Januari 2020 (16:00)

Kasus6: Pria, 60 tahun. Japanese, tidak ada riwayat pergi ke Wuhan. Tapi memiliki riwayat kontak dengan sebagai supir bus dari turis yang berasal dari Wuhan (8-11 Januari, dan 12-16 Januari). Gejala mulai dirasakan sejak 14 Januari (batuk, demam, nyeri persendian). Tgl 17 Januari tidak ditemukan abnormalities yang mencurigakan - follow up. Tgl 22 Januari, gejala eksaserbasi. Hasil x-ray menunjukkan adanya abnormalitas di kedua paru. Pemeriksaan lanjutan dan masuk RS tgl 26 Januari.

28 Januari 2020 (18:00)

Kasus7: Wanita, 40 tahun. Traveler yang tinggal di Wuhan. China. Masuk Jepang 21 Januari, sightseeing di Hokkaido sejak 22 Januari. Tgl 26 Januari, batuk dan demam. Tgl 27 Januari, ditemukan radang paru dan masuk RS di Hokkaido. Tgl 28 Januari, demam- kondisi stabil.

Investigasi, riset, dsb tentang Wuhan virus saat ini masih berjalan. Informasi juga masih banyak yang berubah ubah mengikuti perkembangan laporan yang ada dari berbagai negara. Genetic sequencing code dari Wuhan virus sudah di-share oleh Chinese researchers ke dalam GenBank dan GISAD yang merupakan public health database. Semoga ke depannya akan lebih banyak informasi yang bisa dipakai untuk segera mengatasi outbreak ini.

Tokyo, 25 Januari 2020.

(update: 28 Januari 2020)

https://www.niid.go.jp/niid/ja/from-idsc/2482-2020-01-10-06-50-40/9303-coronavirus.html

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-nCoV/clinical-criteria.html

Wabah Coronavirus 2019-NCov: Sains Bertemu Takdir

Oleh Pak Ahmad
Memang ada batas tipis antara percaya diri dan kesombongan. Titanic tenggelam, sehari setelah dinyatakan sebagai kapal yang tidak akan tenggelam. Tanggal 1 Oktober, PM Cina Xi Jinping dengan meyakinkan menyatakan bahwa Cina tidak akan dihentikan oleh kekuatan apapun. Meskipun konteks pidato Jinping adalah pesan tegas ke kekuatan geopolitik tertentu yang tidak disebutkan namanya, kita sulit untuk tidak melihat kontras pidato tersebut 3 bulan setelahnya, yakni pemandangan jalan yang sepi di kota Wuhan, metropolis yang merupakan rumah bagi 11 juta penduduk, kampus ternama, termasuk laboratorium virus yang canggih di dunia. Demikian juga 50 juta lebih penduduk Cina, meskipun bukan seluruh Cina, tidak lagi bisa beraktifitas bebas, terisolir secara sukarela, grind to a halt. Terhenti.
Sungguh betapa lemahnya manusia. وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
“Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah." (QS An Nisa: 2)

Beberapa dekade terakhir Cina memanggil pulang diaspora  ilmuwan berbakat Cina kembali ke tanah airnya. Hasilnya, Cina menunjukkan pamor sains dan teknologi yang mengagumkan.  Meskipun sempat terguncang akibat SARS di tahun 2003, Cina bangkit.
Setahun sebelumnya, tepatnya bulan Februari 2019, Peng Zhao, peneliti di Institute of Virology mempublikasikan artikel tentang potensi wabah yang diakibatkan oleh virus corona yang berasal dari kelelawar (Fan et al 2019). Alasannya, coronavirus penyebab SARS dan MERS berasal dari kelelawar yang sudah berubah genetiknya akibat rekombinasi. Cina memang dikenal memiliki biodiversitas kelelawar yang tinggi, dan habitat mereka pun dalam radius yang terjangkau manusia. Apakah ini Weruh sedurunge Winarah (kata jawa yang artinya mengetahui kejadian sebelum terjadi)?
 "...it is highly likely that future SARS- or MERS-like coronavirus outbreaks will originate from bats, and there is an increased probability that this will occur in China." - Peng Zhou (Wuhan Institute of Virology, China) ".. sangat mungkin terjadi bahwa wabah seperti SARS atau MERS akibat infeksi coronavirus akan bersumber dari kelelawar, dan ada kemungkinan besar akan terjadi di Cina" (Peng Zhou, Peneliti Wuhan Institute of Virology)
عن عَبد الله بن عَمْرو ، أنه قال : لاَ تقتلوا الضفادع فإن نقيقها تسبيح ، ولا تقتلوا الخفاش فإنه لما خرب بيت المقدس قال : يا رب سلطني على البحر حتى أغرقهم

Dan di paper yang sama, peneliti mengatakan bahwa mengkonsumsi kelelawar yang merupakan tradisi di Cina menunjukkan 'dekatnya' interaksi antara manusia dan kelelawar di sana. Artinya risiko untuk paparan memang tinggi, apalagi membunuhnya untuk konsumsi pun dalam kondisi sesegar mungkin (Fan et al 2019) "Chinese food culture maintains that live slaughtered animals are more nutritious, and this belief may enhance viral transmission." Sedangkan buat umat Islam  hukum membunuh kelelawar tidak dianjurkan, dan mengkonsumsinya haram.
Dengan pemahaman yang benar, Islam yang Rahmatan lil Alamin bukan sekedar slogan tapi diamalkan sehingga hidup menjadi tentram, dinamis dan produktif. 
Dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia berkata : “Janganlah kalian membunuh katak, karena suaranya adalah tasbiih. Dan jangan kalian membunuh kelelawar, karena ketika Baitul-Maqdis roboh ia berkata : ‘Wahai Rabb, berikanlah kekuasaan padaku atas lautan hingga aku dapat menenggelamkan mereka.” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 9/318 & Ash-Shughraa 8/293 no. 3907 & Al-Ma’rifah hal. 456 – Al-Baihaqiy berkata : “Sanadnya shahih”].
Memahami Makna Takdir, Apakah Pasrah?  Apa yang terjadi di Cina saat ini bisa menjadi ilustrasi bagi umat Islam, bagaimana seharusnya kita memahami takdir, sebagaimana pepatah yang berbunyi,"Belajarlah hingga pergi ke (atau, tepatnya saat ini mengamati apa yang terjadi di) Cina" Umat islam meyakini takdir sebagaimana yang dikabarkan oleh hadist yang terkenal: Ketika Jibril ‘alaihis salaam bertanya, فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ
Hari Akhir bagi umat Islam, bukan sekedar diyakini sebagai "hari ketika semua orang masuk surga", tetapi adalah Hari Berdiri (Kiamat, dari bahasa arab Qiyam), yaitu berdiri masing-masing di hadapan Allah ta'ala untuk mempertanggungjawabkan aktifitas di dunia yang merupakan pilihannya. Kenapa hanya manusia yang dimintai pertanggungjawaban? Karena manusia diberikan kemampuan yang unik yaitu akal budi untuk memilih sebagian aktifitas kehidupan berdasarkan informasi yang manusia ketahui.
“Kabarkanlah kepadaku, apa itu iman?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Engkau beriman kepada (1) Allah, (2) malaikat-Nya, (3) kitab-kitabNya, (4) para Rasul-Nya, (5) hari akhir, dan beriman kepada (6) takdir, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk.” (HR. Muslim no. 8)
Sebelum kita menuju poin 'takdir baik/buruk', kita ingat bahwa sebagai umat islam keyakinan tentang "hari akhir" juga erat kaitannya dengan informasi tuntunan hidup dari "kitab2Nya" yang dibawa oleh "RasulNya" sebagai "perantara informasi" dari Allah ta'ala.
Manusia tidak akan ditanya kenapa dia dilahirkan dari keluarga di Menteng atau di Priok? dari keluarga kaya atau keluarga miskin? Tetapi dia akan dimintai pertanggungjawabkan kenapa seseorang yang lahir dari keluarga kaya dan berpendidikan memilih memperkosa ratusan pria?
Informasi tersebut adalah informasi tentang apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, yang wajib atau yang dilarang, dan konsekuensi yang akan dihadapi sebagai balasannya: Surga atau Neraka. Berdasarkan informasi aturan tersebut, manusia akan berdiri di hari Akhir untuk mempertanggungjawabkan pilihan-pilihannya sendiri. Dalam bahasa agama, informasi itu terkumpul secara kolektif dikenal sebagai Syariat Islam. Maka dalam Islam, fungsi Nabi atau Rasul adalah menyampaikan ke manusia rambu-rambu terhadap hukum perbuatan.
 وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul [QS. Al-Isra': Ayat 15] Namun secara realita, tidak semua aktifitas atau perbuatan atau kejadian yang menimpa manusia adalah pilihan. Penumpang pesawat nahas yang kecelakaan tidak akan dimintai pertanggungjawaban, karena bukan pilihannya. Namun, bunuh diri adalah aktifitas yang merupakan pilihannya dan itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Korban yang tewas memang tidak punya pilihan dan tidak akan dimintai pertanggungjawaban terkait situasi yang menghantarkan ke kematiannya. Namun, manusia yang sehat masih memiliki pilihan yang pasti akan dipertanggungjawabkan. Apa saja kemungkinan pilihan itu?
Demikian juga korban meninggal akibat wabah virus 2019-Ncov juga tidak akan dimintai pertanggungjawaban kenapa mereka mati akibat paparan virus tersebut. Tetapi manusia yang menghalangi upaya penghentian laju virus atau lalai menyiapkan precaution untuk melindungi negerinya pasti akan ditanya tanggung jawabnya.
Seseorang tertimpa musibah atau menerima hadiah di luar kehendaknya adalah ketetapan (Qadla) dari Allah yang harus diterima, baik ketetapan yang baik maupun yang buruk. Maka poin terakhir dari rukun iman adalah meyakini 'takdir baik/buruk' (force majeur) di luar kemampuan manusia untuk memilih atau menghindar.
- pilihan untuk mencari tahu penyebab wabah
Bagi umat islam memahami ketentuan ini penting, karena tidak semua adalah 'force majeur'. Kedhaliman dan kriminalitas bukanlah takdir, karena kita punya kapasitas untuk mencegah dan melawannya.
Lalu bagaimana dengan wabah Wuhan akibat virus corona 2019-NCov? - pilihan untuk apatis, pasrah
Apa yang bisa kita saksikan di Cina saat ini adalah Science Par Excellence, yaitu ketika ilmuwannya melakukan dan mengeluarkan seluruh aset terbaiknya untuk mencari tahu dan mengunci identitas biang keladi virus dengan teknologi molekuler terbaik (NGS NextGeneration Sequencing) untuk discovery, dilanjutkan dengan real time PCR untuk diagnosis. Hasil kerja mereka dipublikasikan di Lancet dan disampaikan protokol diagnostiknya ke WHO agar negara lain di dunia segera menyiapkan lab masing-masing untuk melakukan skrining, sehingga populasi yang terjangkit virus Wuhan bisa dibedakan secara spesifik dari kasus pernafasan biasa.
- pilihan untuk menghentikan wabah dengan seluruh aset yang dimiliki
Sebagai seorang muslim, pasrah bukan pilihan yang benar untuk hal-hal yang manusia secara kolektif memiliki pengetahuan. Semasa jaman kekhilafahan Islam dulu, Khalifah al Muqtadir dari Khilafah Abbasiyah memerintahkan investigasi mengapa ada satu pasien yang meninggal dunia ketika diterapi. Ketika diketahui adanya malpraktik seorang dokter, Khalifah mewajibkan semua dokter di Baghdad untuk melakukan uji kompetensi ulang di bawah pengawasan Sinan Thabit, seorang Ketua Dokter Kekhalifahan. Dari 860 dokter yang dites, 160 ternyata gagal (Miller A 2006). Meski bagi pasien yang meninggal, kematian tidak dia kehendaki secara sadar, bagi yang masih hidup terutama pemangku kebijakan adalah wajib untuk mencari tahu kenapa musibah bisa terjadi, supaya tidak terulang kembali.
Kapan kita mengetahui kita memiliki pilihan?
Di sini kita perlu memahami konsep Qadar.
Ayat Quran ini memotivasi saya pribadi untuk senang meneliti
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
"Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya" (Al Furqan 25:3).
Titik tekan ayat tersebut terletak pada frasa "fa qaddarahu taqdeeran" [Dia telah menetapkan ukuran (qadar) dengan serapi2nya].
Kasus Wuhan juga menggambarkan bagaimana Allah telah menetapkan ukuran-ukuran atau spesifikasi pada virus yang bisa dan yang tidak bisa menimbulkan penyakit.
Sebagai manusia kita tahu, bahwa kita tidak punya pilihan, kecuali untuk bernafas dengan organ respiratory. Kita perlu hidung, tenggorokan, hingga paru. Kita bukan ikan yang menggunakan insang, sehingga mampu mengekstraksi oksigen dari air. Artinya Allah telah tetapkan paru sebagai organ pernafasan kita, itu adalah Qadla (ketetapan Allah). Kita juga tidak bisa kendalikan naik turunnya nafas, itu sudah otomatis, tanpa kita suruh, rongga dada kita sudah naik turun sendiri. Artinya kita tidak akan dipertanyakan kelak mengapa bernafas menggunakan hidung, tidak menggunakan mata?
Dan sebagai ilmuwan, saya juga belajar ukuran-ukuran atau spesifikasi yang diperlukan manusia untuk bernafas. Kita bisa mempelajari dampak menghirup asap rokok ke paru kita. Kita bisa mempelajari mutasi gen yang diakibatkan oleh asap rokok. Dan kita juga bisa menguji apakah mutasi gen menimbulkan penyakit secara spesifik. Kita bisa identifikasi kuman Mycobacterium sebagai penyebab Tuberculosis yang menyerang paru, dan kita bisa pelajari antibiotik untuk mengobatinya dan juga mengenali mutasi kuman mycobacterium TB sehingga bisa menjadi resisten. Ukuran-ukuran inilah yang bisa kita pelajari dan kita gunakan untuk memprediksi risiko penyakit apabila kita mengkonsumsi atau terpapar asap rokok. Kita bisa gunakan ilmu statistik risiko terjadinya kanker paru. Kita bisa buat kebijakan untuk mengendalikan konsumsi rokok (kalau memang mau).
Dari ukuran2 (Qadar) yang Allah telah tetapkan tadi terkait gen, mekanisme mutasi, dampak fisiologi, kita tahu bagaimana mekanisme penyakit. Maka kita tahu bahwa merokok adalah pilihan kita, kita sendiri yang memilih untuk merusak organ pernafasan kita yang Allah ta'ala telah berikan secara cuma-cuma.
Dan disini kisahnya menjadi menarik. Coronavirus memiliki dua gen penting untuk bahasan ini. Pertama, adalah gen RDRP (RNA dependent RNA polymerase). Gen ini berfungsi untuk memperbanyak RNA virus sehingga bisa memperbanyak virus itu sendiri. Ketika di cek, susunan cukup sama. Namun perbedaan yang mencolok ada di satu gen yang penting untuk infeksi, yaitu pada gen S (Spike). Penamaan corona pada virus ini karena seakan memiliki banyak tanduk seakan seperti memiliki mahkota. Tanduk atau Spike ini adalah protein coronavirus yang fungsinya untuk melekatkan dirinya ke sel target. Coronavirus dari kelelawar yang masih 'asli' tidak bisa menginfeksi manusia karena susunan genetik pada gen S menyandi protein yang tidak mampu berikatan dengan protein pada permukaan sel manusia.
Tim Beijing (Zhu et al 2020) mengkarakterisasi 3 pasien yang terkena wabah, mempelajari kandungan cairan yang ada di paru mereka (Bronchoalveolar Lavage). Kandungan tersebut mereka bagi dua. Pertama untuk mengisolir partikulat yang berpotensi menyebabkan pneumonia. Sedangkan bagian kedua, mereka isolir materi genetik dari cairan tersebut. Untuk membuktikan bahwa ada sesuatu yang menimbulkan kerusakan di paru, mereka mengambil jaringan paru dari hasil bedah paru kasus kanker untuk menumbuhkan jaringan sel paru. Mereka juga menumbuhkan jaringan sel selain paru sebagai kontrol. Kandungan cairan paru dari pasien, mereka filter, lalu hasil filtrasi di paparkan ke jaringan sel paru dan juga jaringan sel selain paru. Hasilnya, mereka melihat terjadi efek cytopathic (kerusakan sel pada jaringan paru tapi tidak pada jaringan lain). Artinya, penyebabnya ditemukan.
Bukti terjadinya cytophatic effect yang terjadi paska sel manusia dipaparkan filtrat  2019-NCov (Zhu et al 2020)
Penampakan coronavirus 2019-Ncov (Zhu et al 2020)
Tapi apa wujud penyebab tersebut. Mereka lalu cek materi genetik dengan teknik NGS dimana semua materi genetik (yang ada, kalau memang ada) diperbanyak, lalu sequence yang ditemukan di bandingkan ke database kuman (bakteri, virus, atau pun jamur). Apa yang mereka temukan?
Perbedaan mendasar dari coronavirus wuhan 2019-NCov ada di susunan gen penyandi protein S (spike atau tanduk sebagai protein kunci untuk mentargetkan sel manusia. Sekuens yang berbeda ini bisa dipelajari untuk mengembangkan vaksin yang efektif atau inhibitor yang memblok proses infeksi).
Mereka temukan materi genetik yang mirip dengan coronavirus penyebab SARS (2003) dan MERS (2012), yang keduanya berasal dari coronavirus kelelawar tetapi telah mengalami rekombinasi genetik. Tapi mirip bukan identik, artinya, kita sekarang tahu bahwa ada materi genetik yang sangat mirip dengan coronavirus sebelumnya, tapi tetap berbeda. Namun satu hal yang mereka tahu, 'tulang punggung' susunan genetik ini menunjukkan struktur yang sama pada coronavirus kelelawar Bat_SARS-like_coronavirus|bat-SL-CoVZC45.
Genom coronavirus wuhan 2019-NCov berbeda dari coronavirus SARS dan MERS. Di sinilah pentingnya memahami Qadar (atau konsep ukuran atau spesifikasi yang Allah telah tetapkan). Ketika kita mengetahaui spesifikasi patogen dan mekanisme kerjanya kita bisa memikirkan cara penanggulannya.
Pada kasus coronavirus penyebab SARS susunan genetik gen S nya akan menyandi protein S yang akan mengikat pada protein ACE2 (Angiotensin Convertase Enzyme) Receptor protein di permukaan sel manusia. Pentingnya keberadaan ACE2 ini dibuktikan secara in vivo dimana mencit yang direkayasa untuk tidak lagi memiliki protein ACE2 di permukaan selnya, mencit ini akan terlindungi dari SARS akibat infeksi coronavirus.
Protein Spike (tanduk) Coronavirus SARS berfungsi untuk mengikat reseptor ACE2 sel manusia sebagai pintu masuk infeksi
Sel yang tidak memiliki reseptor ACE2 akan terhindar dari penyakit SARS (severe acute respiratory syndrome)Sedangkan coronavirus penyebab MERS akan masuk ke sel manusia tidak melalui ikatan ACE2 tetapi protein reseptor dipeptidyl peptidase 4 (DPP4). Demikian juga virus HIV penyebab AIDS menginfeksi sel T manusia melalui reseptor yang spesifik yaitu melalui kombinasi reseptor CCR5/CXCR4 (CC chemokine receptor). Jadi dari Qadar tadi nampak adanya spesifisitas yang tidak random. Itu sebabnya mengapa virus tidak sama, mereka memiliki struktur bangun yang berbeda dengan target berbeda dan menimbulkan penyakit yang berbeda pula. Berbekal dengan mengetahui Qadar Allah maka ilmuwan kini bisa menahan infeksi HIV apabila pasien AIDS diberikan transplantasi sel yang ada variasi pada susunan gen yang menyandi CCR5.
Coronavirus wabah Wuhan, kini dinamai 2019-NCov, pada struktur gen S (Spike/tanduk) hanya cocok 68% dari coronavirus kelelawar lainnya (termasuk dari coronavirus SARS dan MERS). Artinya ada 30% lebih susunan genetik yang berbeda pada gen S, yang menentukan target protein inang. Kenapa bisa berbeda?
Virus RNA seperti Coronavirus umumnya memiliki tingkat 'salah ketik' dalam proses replikasi/perbanyakan materi genetiknya, dibandingkan virus DNA, yang dikenal memiliki sistem proof-reading enzyme. Karena 'salah ketik' tersebut, mutasi bisa rentan terjadi.
Implikasinya, target protein reseptor sel manusia bukan lagi ACE2 atau DPP4. Berbekal perbedaan sekuens baru itu tentu membuka peluang untuk menemukan protein reseptor yang menjadi target infeksi sehingga bisa mengembangkan antibodi (vaksin) atau inhibitor yang akan memblok interaksi 2019-NCov pada manusia.
oses deduksi dalam memahami Qadar
Untuk memahami Qadar (ukuran atau spesifikasi, dalam hal ini mekanisme penularan wabah), proses deduksi bisa digunakan. Huang C et al 2020 dalam papernya di Lancet yang terbit 24 januari silam menunjukkan profil 41 pasien dan 60% diantara mereka ternyata pernah bersinggungan, bekerja, atau bertandang ke pasar Huanan, pasar yang menjual hewan liar di Wuhan.
Grafik sebaran profil pasien dimana warna merah adalah proporsi pasien yang pernah bertandang ke pasar Huanan yang menjual hewan liar untuk dikonsumsi.
Data ini dan juga dikuatkan oleh data sequencing memberikan konsistensi bahwa 2019-NCov memang berasal dari hewan liar (baca: kelelawar) yang telah mengalami mutasi terutama di gen S. Apakah karena transmisi 2019-Ncov berawal dari konsumsi daging kelelawar? Ini belum diketahui pasti meski kemungkinan itu ada. Tapi yang menjadi keprihatinan adalah transmisi 2019-NCov ini sudah melalui moda manusia ke manusia sebagaimana yang dideskripsikan oleh tim Hongkong juga diterbitkan oleh Lancet di tanggal yang sama (Chan et al 2020).
Tim Hongkong melaporkan satu keluarga yang 7 anggotanya terkena infeksi semua. Awalnya 6 anggota keluarga berjalan bersama ke Wuhan lalu kembali ke kota asal. Di kota asal, 6 anggota ini kembali berkumpul dengan 1 anggota keluarga yang tidak ikut ke Wuhan. Walhasil, 1 anggota yang tidak turut ke Wuhan akhirnya terjangkit juga. Kisah keluarga ini merupakan bukti awal bahwa terjadi transmisi virus dari manusia ke manusia tanpa perantara binatang. Maka tidak heran salah satu tanda bahwa seorang penderita pneumonia adalah pneumonia akibat infeksi 20109-NCov adalah pernah berinteraksi di Wuhan atau berinteraksi dengan orang yang pernah ke Wuhan. Namun untuk memastikan, perlu dicek keberadaan RNA dari virus 2019-Ncov. Isolat sampel dari 7 anggota keluarga ini juga menunjukkan keberadaan RNA dari virus 2019-NCov.
Dari deduksi tentang moda penularan virus ini, kita kini mengetahui darimana sumbernya (berawal dari pasar Huanan), identitas penyebabnya (2019-Ncov) yang disequencing oleh 3 laboratorium yang berbeda,  bagaimana modus penyebarannya (kontak manusia), dan bagaimana menegakkan diagnosa (dengan teknik Real Time PCR dengan sampel dari lower respiratory tract seperti sputum, karena virus ini nampaknya memberikan dampak pada lower bukan upper respiratory tract).
Dari Qadar yang ditemukan, maka containment wabah atau proses karantina bisa dimonitor secara efektif.
Rasulullah bersabda, "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu," (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Implikasi analisa Qadar untuk mitigasi Dharar(Bahaya atau Risiko Bahaya)
Maka literasi tentang Dharar (bahaya dalam konteks kesehatan yaitu terjadinya penyakit dan dampak mortalitas/kematian dan morbiditas/kesakitan) juga perlu dibenahi agar manusia bisa membuat pilihan, supaya jangan membahayakan diri sendiri, apalagi kalau sampai membahayakan orang lain.
Saat saya menulis ini total korban yang terkonfirmasi positif terkena infeksi 2019-NCov hampir 4600 jiwa dan 106 diantaranya telah meninggal dunia. Tingkat kematian 0.2%. Sebagai perbandingan wabah akibat coronavirus SARS adalah sekitar 10%. Sekilas ketika melihat angka tingkat kematian wabah Wuhan, nampaknya 'kecil', namun dari sisi kesehatan masyarakat ini tetap berimplikasi serius karena infeksi virus ini perlu waktu inkubasi dan orang yang terinfeksi tidak selalu menampakkan gejalanya (Chan et al 2020).
Di sini ada konsep penting, bahwa hubungan "sebab-akibat" antara 'zat penyebab X' dengan dampak 'kematian penyakit Y' tidak harus berkorelasi 100%. Dengan kata lain, meskipun paparan X hanya menimbulkan dampak 'kecil' terhadap 'kematian penyakit Y, tidak berarti kita bisa meremehkan paparan X tersebut. Konsep ini susah dimengerti masyarakat luas terutama ketika berbicara rokok sebagai penyebab kematian dan/atau penyakit kanker paru. Risiko terjadinya kanker paru pada perokok 'hanya' sekitar 20%. Dengan kata lain, 80% perokok bisa 'pulang' dengan senang. Akan tetapi, orang lupa bahwa risiko terjadinya kanker paru pada non-perokok jauh lebih kecil lagi yaitu 0.2%. Artinya paparan rokok berdampak pada peningkatan risiko kanker hampir 100 kali lipat!
Kuba, K., Imai, Y., Rao, S. et al. A crucial role of angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) in SARS coronavirus–induced lung injury. Nat Med 11, 875–879 (2005). https://doi.org/10.1038/nm1267
Dharar sendiri juga tidak harus dipahami sebagai 'kematian'. Ini juga menjadi masalah dalam memahamkan masyarakat tentang pentingnya vaksinasi standar seperti vaksinasi MMR. Biaya perawatan seorang anak yang terkena penyakit Rubella bisa menghabiskan dana lebih dari 500 juta, hanya karena suatu komunitas tertentu bersikeras untuk menolak vaksinasi secara massal.
Seorang guru berasal India, yang merupakan salah satu korban wabah 2019-NCov dirawat di rumah sakit yang dirawat sejak 11 januari yang lalu menghabiskan dana 2 milyar rupiah. Maka dharar disini tidak selalu diartikan sebagai kematian, namun juga morbiditas dengan konsekuensi finansial yang berat.
Khatimah
Manusia memang ada keterbatasan. Dalam banyak hal, manusia tidak mampu untuk menentukan nasib atau pilihannya sendiri. Kapan dia lahir, bagaimana hidupnya berakhir. Namun di banyak hal lain, manusia memiliki pilihan dalam hidupnya. Sebagai orang islam, pilihan kita di dunia akan kita lihat konsekuensinya di dunia dan juga di akhirat kelak. Kita tidak boleh pasrah dalam segala hal, tapi juga tidak boleh jumawa dihadapan Sang Pencipta. Maka tidak heran, jangankan 'semut' bisa mengalahkan 'gajah', virus yang kasat mata bisa menghentikan mobilitas 11-50 juta manusia..
Referensi
Fan, Yi; Zhao, Kai; Shi, Zheng-Li; Zhou, Peng. 2019. "Bat Coronaviruses in China." Viruses 11, no. 3: 210.
Du, L., He, Y., Zhou, Y. et al. The spike protein of SARS-CoV — a target for vaccine and therapeutic development. Nat Rev Microbiol 7, 226–236 (2009). https://doi.org/10.1038/nrmicro2090
Chan, Jasper Fuk-Woo, Shuofeng Yuan, Kin-Hang Kok, K K W To and Kwok-yung Yuen. “A familial cluster of pneumonia associated with the 2019 novel coronavirus indicating person-to-person transmission: a study of a family cluster.” The Lancet (2020). (HongKong Team describing human to human transmission, variation of S(pike) gene in the RBD motif distinct from the closest Bat variant, as well as previous SARS, using Oxford Nanopore NGS )
Zhu, Na et al. “A Novel Coronavirus from Patients with Pneumonia in China, 2019.” The New England journal of medicine (2020): n. pag. (Beijing Team isolated virus particle from patients to demonstrate cytophatic effect on primary human lung airway epithelial cells, perform evolutionary analyses based on sequencing data Illumina and Nanopore)
Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., & Cao, B. (2020). Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The Lancet. (First description of market involvement, initiated clinical trial using anti HIV inihibitor lopinavir and ritonavir)
Miller, Andrew C “Jundi-Shapur, Bimaristans, and the Rise of Academic Medical Centres,” Journal of the Royal Society of Medicine 99, no. 12 (December 2006): 615–17.
Sumber:
Wabah Coronavirus 2019-NCov: Sains Bertemu Takdir, Oleh Pak Ahmad

Australia Rencanakan Karantina Pulau


Australia merencanakan karantina pulau ketika orang asing meninggalkan Wuhan


Australia berencana untuk mengkarantina pengungsi di pulau Chirmas yang letaknya 2.000 km (1.200 mil) dari daratan benua Australia.

Jepang, AS, dan UE juga akan memulangkan warganya.

British Airways telah menangguhkan semua penerbangan ke dan dari Cina daratan, karena Kantor Luar Negeri Inggris memperingatkan terhadap "semua kecuali perjalanan penting" di sana.

Beberapa maskapai lain telah mengambil langkah serupa. United Airlines dan Cathay Pacific membatasi penerbangan, sementara Lion Air - salah satu maskapai terbesar di kawasan itu - menghentikan penerbangan ke China mulai Sabtu.

Cathay Pacific juga menangguhkan layanan troli dalam pesawat, mengubah beberapa aspek penawaran makannya, dan tidak lagi membagikan handuk panas, bantal, selimut, dan majalah dalam upaya mencegah penyebaran virus.

Tim sepak bola wanita nasional China sedang dikarantina di Australia setelah tiba di sana untuk bermain di turnamen kualifikasi Olimpiade, yang dilaporkan oleh media Australia.
Tiga puluh dua pemain dan staf akan tetap terisolasi di sebuah hotel di Brisbane sebagai tindakan pencegahan hingga 5 Februari, kata para pejabat. Tim, yang melewati Wuhan pekan lalu, dijadwalkan bermain melawan Thailand pada tanggal 3 Februari.

Ada berapa kasus?

Seorang pakar dari Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengatakan, butuh 10 hari lagi untuk merebaknya wabah.

Jumlah kematian akibat virus ini meningkat menjadi 132 di Cina.

Seperti virus SARS dan influenza yang serupa, coronavirus baru adalah risiko khusus untuk orang lanjut usia dan mereka yang memiliki penyakit yang sudah ada sebelumnya.
Peningkatan tajam dalam kasus sebagian disebabkan oleh peningkatan kesadaran, pemantauan dan pengujian dalam beberapa hari terakhir.

Jumlah kasus coronavirus baru telah mencapai hampir 6.000 di Cina, melebihi jumlah kasus Sars di negara itu pada wabah 2003.

Virus ini diduga muncul dari satwa liar yang diperdagangkan secara ilegal di pasar makanan laut di Wuhan, ibukota provinsi Hubei.
Ini menyebabkan infeksi pernapasan aku
t yang parah dan tidak ada pengobatan atau imunisasi khusus. Namun, sejumlah orang telah pulih setelah perawatan.

Siapa yang sedang dievakuasi?

600 pengungsi Australia akan ditahan di Pulau Christmas selama dua minggu, kata Perdana Menteri Scott Morrison.

Pengumuman itu memicu kontroversi karena pulau itu terkenal karena pusat penahanan imigrasi yang baru dibuka kembali, yang dikritik karena kondisinya.

Saat ini hanya menampung satu keluarga empat orang Sri Lanka, fasilitas itu dibangun untuk menampung lebih dari 1.000 orang.

Selandia Baru akan bekerja sama dengan Canberra untuk membawa 53 warganya pulang bersama para pengungsi Australia.

Selama lebih dari seminggu sekarang, orang-orang Australia yang terperangkap di Wuhan - banyak dari mereka anak-anak - telah meminta pemerintah mereka untuk membantu mengeluarkan mereka.

Tetapi pengumuman karantina dua minggu di Pulau Christmas telah membuat banyak orang berpikir.

Wilayah eksternal - lebih dekat ke Indonesia daripada daratan Australia - telah lama memiliki reputasi buruk.

Sejak 2003, Australia menjadi salah satu tempat utama di lepas pantai tempat Australia menahan para pencari suaka, dalam kondisi yang dikritik oleh PBB.

Tetapi apa yang akan terjadi pada keluarga empat orang Sri Lanka ketika yang lain tiba? Dan apakah fasilitas medis di pulau itu memadai untuk para pengungsi?
Orang Cina-Australia juga bertanya mengapa anak-anak mereka dikirim bermil-mil jauhnya, dari rumah sakit di daratan.
Apakah ini akan terjadi, mereka bertanya, untuk orang Australia yang sedang berlibur di Inggris?

Sekitar 200 warga negara Jepang telah diterbangkan dari Wuhan dan telah mendarat di bandara Haneda Tokyo.

Sekitar 650 lainnya mengatakan mereka ingin dipulangkan, dan pemerintah Jepang mengatakan penerbangan baru sedang direncanakan.

Menurut media Jepang, beberapa dari mereka yang kembali menderita demam atau batuk. Semua akan dibawa ke rumah sakit, terlepas dari apakah mereka menunjukkan gejala.
Mereka kemudian akan diuji di bangsal karantina sebelum mereka bisa pulang, dan akan diberitahu untuk tidak meninggalkan rumah mereka sampai hasilnya diketahui.

Sekitar 200 orang Amerika - termasuk pekerja dari konsulat AS setempat - akan tiba di California setelah meninggalkan Wuhan dengan penerbangan evakuasi.

CNN mengutip pejabat kesehatan di Alaska, tempat pesawat itu pertama kali mendarat di tanah Amerika, yang mengatakan mereka menjalani pemeriksaan kesehatan dan kemudian diizinkan untuk melanjutkan ke California.

Kantor Luar Negeri Inggris mengatur evakuasi sekitar 200 warga Inggris yang ingin meninggalkan daerah itu. Tetapi beberapa warga negara Inggris telah mengkritik pemerintah, mengklaim kurangnya dukungan untuk kembali ke rumah.

·         Australia akan menghidupkan kembali pusat penahanan pulau
·         Orang-orang Wuhan berteriak 'tetap kuat' dari jendela
·         Bisakah memakai topeng menghentikan penyebaran virus?

Korea Selatan mengatakan sekitar 700 warga negaranya akan berangkat dengan empat penerbangan minggu ini. Baik Malaysia dan Filipina juga mengatakan mereka akan mengevakuasi warganya di dan sekitar Wuhan.

Sementara itu, Hong Kong mengumumkan rencana untuk memangkas perjalanan lintas batas antara kota dan daratan Cina.

Wuhan - serta provinsi Hubei yang lebih luas - sudah efektif dalam kuncian dengan pembatasan transportasi yang ketat.

Kazakhstan menutup semua perjalanan penumpang dengan tetangganya dan Papua Nugini telah mengumumkan bahwa para pelancong dari Asia akan dilarang masuk.

Apa yang terbaru tentang virus itu sendiri?

Konfirmasi penularan dari orang ke orang di Jerman, Vietnam, Taiwan dan Jepang - sebagai lawan dari pelancong yang membawa virus dari Cina - telah meningkatkan kekhawatiran tentang penyebaran virus.

Uni Emirat Arab telah mengkonfirmasi kasus pertama di Timur Tengah - sebuah keluarga yang baru saja tiba di negara itu dari Wuhan.


·       Bagaimana cara pasien coronavirus dirawat?
Pakar pernapasan Tiongkok terkemuka Zhong Nanshan mengatakan kepada kantor berita Xinhua: "Saya pikir dalam satu minggu atau sekitar 10 hari, itu akan mencapai klimaks dan kemudian tidak akan ada peningkatan skala besar."

China telah sepakat bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengirim para pakar internasional ke negara itu.

Presiden Xi bertemu dengan kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Beijing dan berkata: "Virus itu iblis dan kita tidak bisa membiarkan iblis bersembunyi."

Sumber :

BBC News, 29 Januari 2020.  Coronavirus: Australia plans island quarantine as foreigners leave Wuhan.