Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, 16 May 2007

PBB Pulihkan Perikanan di Wilayah Tsunami

 

PBB dan Palang Merah AS Pulihkan Perikanan di Wilayah Terdampak Tsunami

 

Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) baru-baru ini mengumumkan kemitraannya dengan Palang Merah Amerika untuk membantu komunitas nelayan di Provinsi Aceh yang terdampak parah akibat tsunami 2004.

 

Proyek yang berlangsung selama tiga tahun ini bertujuan untuk mempromosikan pengelolaan perikanan dan akuakultur yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, mengingat sektor ini menjadi sumber pangan dan mata pencaharian bagi masyarakat pesisir. FAO menekankan bahwa pengawasan yang lebih ketat dalam sektor ini sangat penting untuk mencegah penangkapan ikan berlebihan dan menghindari kerusakan lebih lanjut pada ekosistem yang masih dalam tahap pemulihan pascatsunami, seperti dikutip dari Pusat Berita PBB.

 

Wilayah pesisir barat Provinsi Aceh dan Pulau Nias, Sumatera Utara, mengalami kehancuran akibat gempa bumi berkekuatan 8,9 magnitudo dan tsunami dahsyat pada 26 Desember 2004. Bencana ini merusak sebagian besar infrastruktur, termasuk pelabuhan dan pasar ikan di wilayah tersebut.

 

SUMBER:

Antara, 13 Mei 2007

RI, Brunei Strengthen Cooperation in Fishery Sector

Denpasar - The Indonesian delegation to an international fisheries conference here held a meeting with its counterpart from Brunei Darussalam on Friday to strengthen the two countries'' cooperation in the field.
The meeting was held on the sidelines of the "Regional Ministerial Meeting on Promoting Responsible Fishing Practices in the Region," attended by representatives from 12 countries, namely Australia, Malaysia, Vietnam, Cambodia, the Philippines, Timor Leste, Singapore, Thailand, China, Brunei Darussalam, Japan and Indonesia, Sau P Hutagalung, chief information officer of the fisheries and marine resources ministry, said.
The Indonesian delegation was led by Fisheries and Marine Resources Minster Freddy Numberi while the delegation from Brunei was led by Industry and Primary Resources Minister Dr Haji Ahmad.
On the occasion, Freddy Numberi emphasized the importance of the implementation of "the Bali Plan of Action" agreed upon in Bali in 2005 at the "APEC Ocean Related Ministerial Meeting."
He also emphasized the importance of expanding the two countries'' cooperation by involving the private sectors from both countries to invest in fish catching, processing and marketing.
Numbery also said investment opportunities were wide open in the facility- and industry-related fishery development.
Dr Jahi Ahmad on the occasion appreciated the initiative Indonesia had taken with Australian support to organize the meeting to promote fishery resources especially in areas that border with other countries.
Hutagalung said during the two countries'' meeting the two ministers exchanged information about their fishery policies especially in sea fishing and fishery development.
The two ministers also agreed to increase cooperation in the field of fishery and to provide an umbrella for international cooperation in the sector. (Source: Antara060507)

Indonesia Tingkatkan Produksi Kapas

 

Indonesia akan meningkatkan produksi kapas hingga 70.000 Ton pada 2010


Indonesia berencana meningkatkan produksi kapas hingga 70.000 ton pada tahun 2010 untuk mengurangi ketergantungan pada impor, kata Direktur Jenderal Perkebunan, Achmad Manggabarani, di Jakarta pada Senin.

 

Ia menjelaskan bahwa kebutuhan kapas dalam negeri saat ini mencapai 550.000 ton per tahun, tetapi hanya 5.000 ton yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sementara sisanya harus diimpor.
"Untuk mencapai target produksi tersebut, kami berencana membuka 50.000 hektare lahan perkebunan kapas hingga tahun 2010 serta meningkatkan produktivitas hingga 1,4 ton per hektare," ujarnya.

 

Saat ini, produktivitas perkebunan kapas di Indonesia hanya mencapai 0,6 ton per hektare karena petani masih menggunakan benih berkualitas rendah. Program pengembangan perkebunan kapas ini akan dilaksanakan di 55 kabupaten yang tersebar di tujuh provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

 

Dengan tingkat produksi 70.000 ton per tahun, kontribusi perkebunan kapas nasional terhadap industri tekstil dan produksi tekstil dalam negeri diperkirakan akan mencapai 4,7 persen, meningkat 0,5 persen dari tingkat saat ini.


Pada tahun 2006, pengembangan perkebunan kapas telah mencapai 8.980 hektare dengan produksi 4.191 ton kapas mentah, setara dengan 1.397 ton kapas olahan, yang menyumbang 0,3 persen terhadap industri tekstil dan produksi tekstil.

 

Manggabarani menyebutkan bahwa ada tiga perusahaan yang akan terlibat dalam pengembangan kapas ini, yaitu PT Nusa Farm di Nusa Tenggara Barat, PT Sukun di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Bali, serta PT Sebo Fajar di Sulawesi Selatan.

 

Direktur utama PT Ade Agroindustry, Ii' Tjahyadi, menjelaskan bahwa industri tekstil membutuhkan kapas dengan serat panjang dalam jumlah besar. "Benih kapas sebagian besar masih diimpor, dan hasilnya cukup baik," katanya.

 

Ia juga menambahkan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk pengembangan perkebunan kapas, tetapi masih menghadapi kendala dalam hal irigasi karena sebagian besar perkebunan berada di lahan marginal.

 

Terkait masalah irigasi, Direktur Pengelolaan Air dari Direktorat Pengelolaan Air dan Lahan Kementerian Pertanian, Gatot Irianto, mengatakan bahwa pihaknya akan berupaya memanfaatkan sumber air dangkal dan air permukaan untuk perkebunan kapas.


"Kami akan menggunakan peralatan lokal agar lebih mudah dioperasikan oleh petani setempat," ujarnya.

 

SUMBER:
Antara, 15 Mei 2007

RI to Develop Oil Palm Plantations in Tanzania

Jakarta - The Indonesian government is looking into the possibility of investing in oil palm plantations in Tanzania, Agriculture Minister Anton Apriyantono said Tuesday.
"In the era of globalization, we can develop plantations not only at home but also abroad,” he said in commenting on the results of his recent visit to the African country.
He said Tanzania now has around 59 million hectares of oil palm plantations and its climate which is not much different from Indonesia's is worth considering to make investment.
Every hectare of oil palm plantation in Tanzania now can produce 6 tons of palm oil, making opportunities to invest in the sector wide open, he said.
He said his office will soon send an expert team to Tanzania to look into the possibility of investment in the country''s oil palm plantations.
Indonesia and Malaysia currently supply 80 percent of the global need for palm oil, while the remaining 20 percent come from Thailand and India, he said.
Data from the Agriculture Ministry show Indonesia''s crude palm oil (CPO) output reaches 16 million tons per year, 12 million tons of which are exported. (Source: Antara080507)