Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday, 10 July 2012

Surra


1.  Etilogik
Trypanosomiasis yang umum disebut Surra.  Surra disebabkan oleh parasit darah yaitu Trypanosoma evansi. Tempat predileksi parasit ini adalah darah, limpa, dan cairan serebrospinal.
2.  Penularan  

Penyakit ini ditularkan secara mekanik murni oleh vektor, secara congenital lewat induk atau plasma, mukosa kelamin, mukosa usus, dan bisa melalui luka terbuka. Di dalam tubuh lalat parasit hidup bertahan selama kurang lebih 6-12 jam.

3. Patogenesis

Vektor utama adalah lalat dan nyamuk Stomoxys calcitrans, Lyperosia, Glossina dan Tabanus. Trypanosoma evansi diketahui hanya berbentuk tunggal (monomorfik) berbeda dengan spesies lain yang berbentuk ganda (pleomorfik). Dalam keadaan tertentu, protozoa ini tidak dapat tertangkap saat dilakukan pemeriksaan karena dapat bersembunyi di dalam kelenjar limfe.

Penyakit Tripanosomiasis ditularkan secara mekanik melalui gigitan vektor ketika menghisap darah penderita, baik pada hewan ternak maupun anjing. Setelah memasuki peredaran darah, trypanosoma segera memperbanyak diri dengan pembelahan secara biner.

Dalam waktu singkat penderita mengalami parasitemia dan suhu tubuh biasanya meningkat. Sel darah merah penderita yang tersensitisasi oleh parasit segera dikenali oleh makrofag dan dimakan oleh sel darah putih tersebut. Bila sel darah merah yang dimakan makrofag cukup banyak anjing penderita segera mengalami anemia normositik dan normokromik. Sebagai akibat anemia, penderita tampak lesu, malas bergerak, bulu kusam, nafsu makan menurun dan mungkin juga terjadi oedem di bawah kulit maupun serosa.

Jenis Trypanosoma yang dalam siklus hidupnya hanya terdapat satu stadium, contoh T. Equiperdum dan T. Evansi, disebut monomorf, dan memperbanyak diri dengan cara pembelahan biner. Trypanosoma yang dalam hidupnya terdapat 2 atau lebih stadium, disebut polimorf, sebagai contohnya T. Gambiense, T. Rhodesiense, dan T. Brucei.

Di dalam tubuh vertebrata, stadium terakhirnya adalah Trypanosoma. Jika bersama darah stadium tadi ditelan oleh serangga, dalam saluran pencernaan parasit itu mengalami perubahan bentuk melalui satu stadium atau lebih, yaitu stadium Leishmania, Leptomonas, atau Chritidia. Tiga macam stadium itu tidak infektif bagi vertebrata. Stadium yang infektif adalah tripanosoma metasiklik. Parasit bentuk infektif ini dikeluarkan bersama tinja serangga, dan penularan terjadi bila tinja yang mengandung tripanosoma metasiklik itu kontak langsung dengan kulit inang vertebrata. Masuknya parasit bentuk infektif ke dalam tubuh inang dipermudah oleh luka karena gigitan serangga atau karena luka goresan atau garukan.

4. Gejala Klinis
Suhu badan naik, demam bersalang-seling,
nemia, muka pucat
Nafsu makan berkurang,
Sapi menjadi kurus, berat badan menurun
Penderita tak mampu bekerja karena letih
Bulu rontok, kelihatan kotor, kering seperti sisik
Gerakan berputar-putar tanpa arah (bila parasit menyerang otak atau syaraf)
5. Differential Diagnosa
T. equiperdum
Parasit ini terdapat di seluruh dunia, menyerang pada kuda, sapi, keledai yang menimbulkan penyakit Dourine.  Parasit ini ditemukan pada darah dan limfe, menyerupai T. evansi, tetapi parasit ini menyebabkan penyakit kelamin yang ditularkan melalui coitus (kawin).
Pada Jantan menimbulkan peradangan pada penis, praeputium dan organ genital lain akhirnya bisa menjadi ulcer.
Pada betina menyebabkan vaginitis disertai demam. Pada stadium sekunder timbul urtikaria, reaksi dermatologis dan hemoragi kulit. Pada stadium tertier timbul gangguan sistem saraf pusat, paralisa, refleks extremitas menurun dan gangguan beberapa nervus mata/muka. Pada Dourine menciri pada sekresi cairan genital, infeksi kulit.
Diagnosa immunologis dilakukan dengan CBR.
6. Diagnosa
Penentuan diagnosa didasarkan pada ditemukannya parasit dalam pemeriksan darah natif atau dengan pengecatan HE atau dengan trypan-blue. Pada stadium akut atau awal dari penyakit ini, tripanosoma dapat ditemukan di dalam aliran darah perifer. Usapan darah tebal lebih baik dipakai daripada usapan darah tipis pada pemeriksaaan ini. Protozoa ini lebih banyak ditemukan di dalam kelenjar limfa. Parasit ini juga dapat ditemukan di dalam usapan cairan yang diperoleh dari tusukan kelenjar limfa yang segar atau yang telah diwarnai. Pada stadium lebih lanjut dapat ditemui pada cairan serebrospinal.

7. Prognosa
Sebagian besar hewan yang terkena penyakit tripanosomiasis ini mengalami kematian. Penyakit ini lebih menahun pada sapi dan banyak yang menjadi sembuh. Pada kuda, bagal, dan keledai sangat rentan, begitu juga domba, kambing, dan onta sangat rentan yang tanda-tandanya sangat mirip dengan kuda.

8.  Penanganan
Tindakan preventif terhadap tripanosomiasis ditujukan penyelamatan ternak dengan cara mengendalikan reservoir , menghindarkan kontaminasi mekanis yang tidak disengaja, pengelolaan tanah, dan pengendalian biologik.
Dilakukan surveilans yang berkelanjutan; pengobatan secara masal dan berkala pada semua hewan; atau penyembelihan semua hewan yang terserang.
Menghilangkan tempat berkembangbiak lalat secara besar-besaran karena lalat berkembang biak di bawah semak-semak sepanjang sungai atau di lokasi-lokasi lain yang bersemak.
Pelepasan lalat jantan steril untuk mengendalikan populasi lalat dan penyemprotan tanah dengan insektisida.
Untuk menyembuhkan infeksi T. evansi pada kuda dan anjing dianjurkan penggunaan kuinapiramin diberikan secara subkutan; Suramin diberukan secara Intra Vena; Diminazene aceturat, dan Isometamedium diberikan secara intra muskuler.

Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis


Indonesia masih menghadapi permasalahan zoonosis yaitu penyakit hewan yang secara alami dapat menular ke manusia atau sebaliknya. Ancaman zoonosis di Indonesia maupun di dunia cenderung terus meningkat dan berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi, keamanan, dan kesejahteraan rakyat.  Zoonosis perlu dikendalikan karena dalam kondisi tertentu berpotensi menjadi wabah atau pandemi. 

Dalam rangka pengendalian zoonosis, Presiden RI mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 30 Tahun 2011 Tentang Pengendalian Zoonosis. Perpres terdiri atas 7 bab dan 43 pasal. Perpres ini mulai berlaku pada tanggal 20 Mei 2011.  

Di dalam Perpres No. 30/2011 diatur langkah-langkah komprehensif dan terpadu yang melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, organisasi profesi, lembaga non pemerintah, perguruan tinggi, lembaga internasional dan pihak terkait lainnya serta seluruh lapisan masyarakat.

Strategi pengendalian zoonosis dilakukan dengan mengutamakan prinsip pencegahan penularan kepada manusia dengan meningkatkan upaya pengendalian zoonosis pada sumber penularan. Strategi ini dilaksanakan melalui penguatan koordinasi lintas sektor, sinkronisasi, pembinaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, strategi dan program perencanaan terpadu dan percepatan pengendalian melalui surveilans, pengidentifikasian, pencegahan, tata laksana kasus dan pembatasan penularan, penanggulangan wabah atau kejadian luar biasa (KLB) dan pandemi serta pemusnahan sumber zoonosis pada hewan apabila diperlukan. 

Strategi lain yang harus dilaksanakan yaitu penguatan perlindungan wilayah yang masih bebas terhadap penularan zoonosis baru; Peningkatan upaya perlindungan masyarakat dari ancaman penularan zoonosis; Penguatan kapasitas sumber daya manusia, logistik, pedoman pelaksanaan, prosedur teknis pengendalian, kelembagaan dan anggaran pengendalian zoonosis; Penguatan penelitian dan pengembangan zoonosis; Pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan dunia usaha, perguruan tinggi, LSM, dan organisasi profesi, serta pihak-pihak lain. 

Dalam Perpres No. 30/2011 diatur juga pembentukan Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis yang bertindak sebagai Pusat Pengendalian Zoonosis saat terjadi kejadian luar biasa/wabah dan pandemi akibat zoonosis. Komisi Nasional diketuai oleh Menko Kesra. Wakil Ketua Komisi Nasional terdiri dari Menkes, Mentan dan Mendagri. Anggota Komisi Nasional terdiri dari Menlu, Menhan, Menkeu, Menhut, Mendiknas, Menristek, Menkominfo, Menhub, Men LH, Kepala Bappenas, Men PP dan PA, Menbudpar, Panglima TNI, Kapolri, Sesneg, dan Ketua Umum PMI. 

Sekretaris Komisi Nasional adalah Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Kesehatan, Kependudukan, dan Keluarga Berencana. Wakil Sekretaris Komisi Nasional terdiri dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian dan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan.

Sunday, 8 July 2012

Pertemuan Tingkat Tinggi Jepang Indonesia


Pada hari Senin, 18 Juni, dimulai dari pukul 10.10 waktu Meksiko atau pukul 23:10 WIB selama kurang lebih 50 menit, Perdana Menteri Yoshihiko Noda dan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang tengah berkunjung ke Los Cabos, Meksiko untuk menghadiri G-20 Los Cabos Summit, telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi Indonesia dan Jepang.
Turut mendampingi dari pihak Indonesia: Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan lain-lain. Sementara dari pihak Jepang: Menteri Keuangan Jun Azumi, Wakil Menteri Sekretaris Negara Hiroyuki Nagahama, Wakil Menteri Luar Negeri Tsuyoshi Yamaguchi, Penasihat Perdana Menteri Shunichi Mizuoka dan lain-lain.
Pada kesempatan pembicaraan kali ini, Perdana Menteri Noda memberikan cindera mata kepada Presiden Yudhoyono berupa baju karate dengan ban pinggang hitam bertuliskan Yudhoyono yang ditulis dalam huruf Jepang Katakana.
1. Pembukaan
(1)
Presiden Yudhoyono menyampaikan bahwa hubungan bilateral kedua negara amat baik dan ingin lebih ditingkatkan. Selain itu juga disampaikan bahwa penguatan kerja sama secara regional oleh kedua negara juga merupakan hal penting.
(2)
Menanggapi hal ini, Perdana Menteri Noda mengatakan bahwa beliau menyambut penyelenggaraan pertemuan tingkat tinggi yang pertama ini. Selain itu, beliau menyatakan bahwa peran kemitraan strategis kedua negara bagi stabilitas dan kemakmuran kawasan semakin bertambah, sehingga kerja sama yang erat dengan Presiden Yudhoyono diperlukan tidak hanya pada hubungan bilateral namun juga bagi pemecahan isu-isu kawasan dan global.

2. Hubungan Bilateral
(1)
Umum
Kedua pemimpin negara sepakat bahwa saling pengertian di semua level adalah mutlak demi menuju penguatan hubungan. Oleh karena itu, keduanya sepakat untuk secara pasti menyelenggarakan 3 pertemuan tingkat menteri ( (1) dialog strategis tingkat menteri, (2) pertemuan ekonomi tingkat menteri, (3) pertemuan antara menteri pertahanan) dan dialog kebijakan di semua level, yang telah disepakati untuk diselenggarakan secara regular pada waktu kunjungan Presiden Yudhoyono ke Jepang tahun lalu.
Selain itu, Perdana Menteri Noda menilai perkembangan kerja sama yang nyata akhir-akhir ini, seperti di bidang politik dan keamanan, antara lain kerja sama antara Direktorat Jenderal Kementerian Pertahanan, Bali Democracy Forum, kerja sama trilateral bantuan bagi Palestina, ASEAN Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF DiREx) dan lain-lain, dan kedua belah pihak sepakat untuk lebih menguatkan kerja samanya.
(2)
Hubungan perekonomian
Perdana Menteri Noda menyatakan bahwa perkembangan kuat dari kekuatan ekonomi Indonesia merupakan motor penggerak perekonomian kawasan dan melalui kerja sama pembenahan infrastruktur khususnya terkait Metropolitan Priority Area (MPA) yang menjadi fokus Indonesia, maka perkembangan hubungan timbal balik di bidang ekonomi sangat diharapkan.
Menanggapi hal ini, Presiden Yudhoyono memberikan penjelasan mengenai kebijakan ekonomi makro Indonesia. Beliau juga menyampaikan bahwa Jepang merupakan negara sahabat yang lama sehingga mengharapkan partisipasi Jepang dalam perkembangan ekonomi Indonesia termasuk pembenahan infrastruktur dan bidang energi.

3. Situasi kawasan
(1)
Perdana Menteri Noda memberikan penilaian atas peranan Indonesia sebagai Ketua ASEAN Summit tahun lalu dan karena tahun depan merupakan tahun peringatan 40 tahun dimulainya pertukaran antara Jepang-ASEAN maka kedua pemimpin negara sepakat untuk lebih meningkatkan kerja sama. Kedua pemimpin negara juga sepakat agar East Asian Summit (EAS) dikembangkan menjadi forum yang dipimpin oleh pemimpin negara sehingga menghasilkan kerja sama yang nyata.
(2)
Mengenai Laut Cina Selatan, kedua pemimpin negara menyadari bahwa isu seputar Laut China Selatan merupakan hal yang menjadi perhatian bersama masyarakat internasional. Selain memberikan penegasan akan perlunya negara-negara terkait untuk menetapkan dan melaksanakan komitmen kepada peraturan yang riil seperti jaminan pelayaran yang bebas, hormat dan taat pada peraturan internasional, pemecahan konflik secara damai maka kedua pemimpin negara menyadari dan sepakat untuk bekerja sama bagi perdamaian dan stabilitas Laut Cina Selatan.
(3)
Mengenai Korea Utara, kedua pemimpin negara menyadari dan sepakat pentingnya untuk mencegah tindakan provokasi yang lebih dengan cara masyarakat internasional menunjukkan sikap yang teguh kepada Korea Utara atas peluncuran peluru kendali pada bulan April. Perdana Menteri Noda juga meminta pengertian dan kerja sama Indonesia terkait isu penculikan. Menanggapi ini Presiden Yudhoyono menyampaikan bahwa Indonesia pun berpendapat peluncuran peluru kendali Korea Utara hanya menimbulkan ketegangan di kawasan. Mengenai isu penculikan beliau mengatakan ingin melanjutkan kerja sama dengan Jepang.
Sumber : Press Release Kedutaan Besar Jepang

Special SOM AMAF ke 33 dan Special SOM AMAF+3 ke 11


Pertemuan Special SOM AMAF ke-33 dan Special SOM AMAF+3 (Cina, Jepang, Korea) ke-11 akan diselenggarakan pada tanggal 9-12 Juli 2012 di Hotel Sheraton, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pertemuan ini akan dihadiri oleh kurang lebih 100-150 delegasi dari negara-negara anggota ASEAN dan negara-negara Plus Three yaitu Cina, Jepang dan Korea serta Lembaga Internasional diantaranya FAO, ADB dan OIE. Khusus pada pertemuan kali ini juga akan datang perwakilan dari negara GCC (Gulf Cooperation Council) dan India.
Rangkaian agenda pertemuan akan diawali dengan pertemuan special SOM AMAF ke-33 pada tanggal 9-10 Juli 2012 dan dilanjutkan dengan pertemuan Special SOM AMAF+3 ke-11 pada tanggal 11 Juli 2012 dan diakhiri dengan kunjungan lapang pada tanggal 12 Juli 2012 dengan tujuan ke Kebun Salak di Sleman, Peternakan Koi, dan Candi Borobudur.
Pertemuan akan dibuka secara resmi pada hari Rabu, tanggal 11 Juli 2012, pada saat negara-negara Plus Three datang dan rencananya pembukaan ini akan diresmikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubowono X.
Adapun isu-isu penting yang akan diangkat pada pertemuan ini diatantaranya adalah:
1.     Memantapkan ketahanan pangan kawasan regional ASEAN melalui evaluasi pelaksanaan kegiatan ASEAN Integrated Food Security Framework (AIFS) dan Strategic Plan of Action of Food Security (SPAFS)
2.     Mengevaluasi dan memantapkan kerjasama dengan negara-negara Plus Three dan Development partner (lembaga international)
3.     Mengatasi dampak-dampak terhadap penularan penyakit hewan di kawasan regional ASEAN
4.     Mengevaluasi pelaksanaan Asean Economic Community (AEC) Blueprint dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi AEC Blueprint sesuai dengan tenggat waktu yang ditentukan.

Hasil dari pertemuan ini akan dibawa ke pertemuan tingkat menteri ASEAN Ministerial Meeting on Agriculture and Forestry (AMAF) untuk disahkan pada tanggal 24-30 September 2012 di Laos.

Sumber: Kemtan