Ringkasan
Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS)
adalah penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV ditandai dengan demam, batuk, pneumonia
fibrinosa akut, dan infektivitas tinggi (Chang, 2005). Wabah SARS terjadi selama 2003 menyebabkan kekhawatiran di seluruh dunia sebagai ancaman serius bagi kesehatan masyarkat dunia. Pencegahan komprehensif dan langkah-langkah pengobatan dilakukan dengan pendekatan One-Health, lintas sektor, lintas disiplin ilmu secara global. Sementara pada saat yang sama penelitian tentang SARS-CoV dan pengembangan vaksin vaksin, obat-obatan terapeutik dan produk biologis harus segera dilakukan. Penelitian telah berhasil dan banyak kemajuan telah dibuat dalam semua bidang tersebut (Chow et al., 2003). Chao-Yang Fua et al. melakukan penelitiannya dengan imunisasi
ayam spesific pathogen free (SPF) dengan
SARS-CoV yang inaktif dan telurnya dipanen secara berkala. Immunoglobulin Yolk (IgY) diekstraksi dari telur ayam-ayam tersebut
menggunakan metode pengenceran air, diteruskan dengan pemurnian pada kolom
Sephadex G-75. Dilanjutkan uji
menggunakan SDS-polyacrylamide gel
electrophoresis (SDS-PAGE), hasil Western
blot dan uji netralisasi menunjukkan bahwa IgY yang diperoleh memiliki
kemurnian tinggi dan memiliki reaktifitas yang kuat dengan titer netralisasi 1:640.
Pada uji stabilitas menunjukkan bahwa IgY anti-SARS-CoV yang sudah diliofilisasi
memiliki sifat fisik yang menjanjikan, tanpa pengurangan yang signifikan dalam reaktifitas
dan stabilitas termal yang baik. Dari datanya menunjukkan bahwa IgY anti-SARS-CoV
bisa menjadi produk biologis yang bermanfaat untuk terapi antivirus spesifik
terhadap SARS.
Imunisasi Pasif
Analisis urutan nukleotida dan
asam amino menunjukkan bahwa urutan nukleotida dari SARS-CoV bukan termasuk ke
dalam salah satu dari tiga subkelompok coronavirus yang dikenal dan karenanya pada
saat itu telah diidentifikasi sebagai coronavirus jenis lain/baru (Wang dan
Ding, 2003).
Kemajuan terbaru telah dibuat
dalam produksi material biologis untuk menanggulangi SARS-CoV. Material
tersebut adalah antiserum terhadap SARS-CoV manusia. Setelah melalui beberapa percobaan telah
terbukti mampu menghambat pembiakan virus SARS-CoV. Mempunyai prospeknya yang menjanjikan layak
setelah dikonfirmasi imunitas pasif terhadap pasien yang terinfeksi SARS-CoV dan
orang yang tidak terinfeksi tetapi berisiko terinfeksi.
Imunisasi pasif dan perlindungan
jangka pendek dengan titer antibodi tinggi secara historis merupakan cara yang
efektif untuk memerangi penyakit menular yang mematikan. Selama wabah SARS di Tiongkok
pada tahun 2003, beberapa hasil positif dicapai dengan imunisasi pasif ketika
serum pasien SARS yang pulih digunakan. Hasil pengamatan tidak terdapat reaksi
merugikan pada sukarelawan yang diimunisasi pertama.
Untuk memberikan imunisasi pasif baru
dan efektif terhadap SARS, studi dasar tentang antibodi SARS-CoV harus
dilakukan. Studi-studi ini harus termasuk mencari sumber antibodi yang lebih bermutu
baik, meningkatkan output dan meningkatkan teknik produksi dan pemurnian. Dalam
penelitiannya, Chao-Yang Fua et al.
telah berhasil mengimunisasi ayam spesific
pathogen free (SPF), dan kemudian memurnikan imunoglobulin kuning telurnya
(SARY) coronavirus dengan titer antibodi tinggi yang bisa menetralkan SARS-CoV.
Pembuatan IgY SARS-CoV
Antigen SARS-CoV dibuat dengan
menggunakan virus SARS BJ01 yang disediakan oleh Akademi Ilmu Kedokteran Militer
Tiongkok, Beijing, Tiongkok. Kultur virus diinaktivasi dengan propiolactone dan
dimurnikan pada sentrifugasi sucrosegradient seperti yang dijelaskan sebelumnya
(Yin dan Liu, 1997). Tiga puluh ekor ayam Leghorn SPF umur 17 minggu disediakan
oleh Pusat Hewan Eksperimental dari Institut Penelitian Veteriner Harbin,
Akademi Ilmu Pengetahuan Pertanian Tiongkok, Harbin, Tiongkok. Ayam-ayam
diimunisasi dengan menyuntikkan 0,18 mg antigen coronavirus SARS ke dalam otot
dada. Suntikan booster kedua dan ketiga dari 0,30 mg antigen diberikan 2 dan 4
minggu kemudian.
Serum darah ayam dikumpulkan sebelum dan setelah setiap
imunisasi dan telur dipanen ketika baru keluar dari ayam percobaan. Pemisahan
IgY dari telur individu ayam dilakukan dengan menggunakan protokol yang
dijelaskan oleh Akita dan Nakai (1993). Secara singkat, putih telur dipisahkan
dari kuning telur dan dibuang. Kuning telur dicampur dengan air steril dan
dibiarkan semalam pada suhu 4oC. Campuran kemudian disentrifugasi
pada 1200×g pada suhu 4oC selama 30 menit, dan supernatan dimurnikan
dengan kromatografi. Protein konsentrasi dalam eluat yang dipanen diukur dengan
menggunakan thin-layergel scan.
Banyaknya perolehan protein kasar sebelum
kromatografi ditemukan sebanyak 56% sedangkan kemurniannya adalah 92% setelah
kromatografi. Eluat menjadi sasaran analisis dengan SDS-polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) dan Westernblot.
IgY yang dipisahkan memiliki kemurnian yang tinggi sebagaimana dikonfirmasikan
dengan SDS-PAGE dan IgY yang dimurnikan memiliki aktivitas biologis yang baik
sebagaimana dikonfirmasikan dengan Western Blot. Aktivitas IgY dalam serum dan
kuning telur yang diencerkan pada 1: 200 dalam larutan buffer fosfat (PBS) dari
hewan yang diimunisasi diuji menggunakan uji ELISA tidak langsung seperti yang
dijelaskan sebelumnya (Huang et al., 2005). Setelah imunisasi ayam SPF dengan
antigen SARS-CoV, terdapat antibodi yang dapat terdeteksi terhadap SARS-CoV dalam
kuning telur yang dikeluarkan dari ayam dalam 3 minggu pertama setelah
imunisasi pertama. Produksi antibodi anti-SARSV dalam kuning telur ditemukan 2
minggu setelah IgY diproduksi dalam serum ayam.
Uji Netralisasi Virus
Uji netralisasi virus dilakukan dalam laminar-flow safety cabinets. Secara
singkat, sampel IgY yang diencerkan secara serial diinkubasi dengan 200 TCID50
SARS-CoV pada 37oC selama 1 jam, kemudian diinokulasikan ke sel VERO
E6 dan diinkubasi dalam inkubator CO2 pada suhu 37oC. Sel
VERO E6 yang tidak terinfeksi dan serum SARS-CoV positif atau serum ayam SPF
digunakan sebagai kontrol untuk eksperimen ini. IgY tidak bereaksi dengan sel
Vero jika diuji dengan teknik antibodi fluoresen tidak langsung. Dosis Infektivitas
dihitung menggunakan uji TCID50 standar. Pengenceran antibodi tertinggi
yang menghambat cytopathogenic effect
(CPE) pada 50% sel VERO E6 yang diinokulasi dengan pengenceran ini dianggap
sebagai titer netralisasi 50%. Hasil uji netralisasi menunjukkan bahwa antibodi
kuning telur sampai pengenceran 1:640 efektif dalam menetralkan SARS-CoV, dan konsisten
dengan hasil ELISA ketika antibodi hasil ekstraksi kuning telur digunakan.
Hasil Stabilitas IgY setelah diliofilisasi
Untuk prosedur liofilisasi, kuning
telur dipisahkan dan dicampur dengan larutan salin fosfat dengan perbandingan 1
: 9 (v / v), diikuti dengan sentrifugasi dan pembuangan lemak. Aliquot dimasukkan ke dalam botol 4-ml yang
ditambahkan kurang dari 0,01% (g / ml) meriolat. Setiap botol disedot dan
diliofilisasi menurut metode standar. Sampel diuji titer antibodinya sebelum
dan setelah liofilisasi. IgY setelah
pengeringan menunjukkan sifat fisik yang baik termasuk warna kuning pucat. Reaktivitas
IgY dalam ELISA tidak berubah secara signifikan setelah liofilisasi. Hasil pengujian
stabilitas IgY setelah diliofilisasi menunjukkan bahwa reaktivitas IgY tidak
menurun secara signifikan sampai suhu mencapai 90oC selama 15 menit
dalam air panas, hal ini menunjukkan bahwa IgY memiliki stabilitas panas yang
baik. Tidak ada perubahan reaktivitas IgY di bawah kondisi asam dari pH 7 ke pH
2 setelah pengobatan pada 37oC selama 2 jam. Selanjutnya, dilakukan Uji
ketahanan dalam penyimpanan IgY yang sudah diliopilisasi. IgY tidak berubah setelah penyimpanan 5 bulan
pada suhu - 20oC, 4oC atau◦suhu kamar.
Keuntungan dari IgY ayam SPF
IgY dari ayam SPF menyediakan sumber
antibodi yang kaya yang mudah diperoleh dan hemat biaya. Keuntungan dari IgY ayam
SPF dibandingkan antibodi dari mamalia lain termasuk konsentrasi tinggi dan bebas
dari patogen spesifik, membuat penggunaan IgY mempunyai prospek yang lebih luas
untuk dikembangkan (Schade et al., 1992; Tini et al., 2002). IgY yang diperoleh
dari telur ayam SPF dalam studi ini mempertahankan aktivitas biologis dan
netralisasi yang baik pada kondisi lingkungan panas dan asam. Tingkat perolehan
IgY setelah pemurnian dengan pengenceran air dan tingkat kemurnian IgY setelah
pemurnian lebih lanjut menjanjikan, pengikatan IgY tetap tidak berubah setelah
diliofilisasi, juga membuatnya layak untuk produk yang telah disiapkan dengan metode
ini bisa digunakan untuk imunisasi pasif dan perlindungan jangka pendek.
Wabah pertama penularan SARS-CoV telah bisa
dikendalikan dan potensi epidemi telah diatasi dengan isolasi pasien yang
dicurigai dikombinasi dengan terapi obat, berdasarkan karakteristik klinis dan
epidemiologis dari SARS. Namun, pengendalian jangka panjang SARS akan
membutuhkan kombinasi imunisasi aktif dan pasif, terapi obat, dan tindakan
komprehensif lainnya.
Oleh karena itu sangat penting untuk
dapat menghasilkan vaksin dan produk imunisasi pasif untuk pengendalian SARS
yang efektif.
Potensi diproduksi secara komersial
Pengembangan IgY anti-SARS-CoV tingkat
tinggi yang dijelaskan dalam penelitian ini tampaknya berpotensi sebagai produk
biologis anti-SARS baru untuk imunisasi pasif, karena secara efektif bisa
menetralkan SARS-CoV. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chao-Yang Fua et al. ini bahwa IgY
anti-SARS sudah disiapkan sebagai produk kasar dan murni, sedangkan uji ELISA tidak
langsung digunakan untuk kontrol kualitas produksi IgY. Untuk memfasilitasi
proses produksi massal IgY yang dimurnikan, teknik pembuangan lemak dan
pemurnian akan menjadi kunci penting untuk studi berikutnya. Setelah evaluasi
menggunakan model hewan yang terinfeksi secara eksperimental, IgY anti-SARS
yang diproduksi dalam penelitiannya memiliki potensi untuk diproduksi secara
komersial. Efisiensi kapsul yang dihasilkan dari IgY kasar atau bubuk semprot
dan larutan intra-vena yang diproduksi dari IgY yang lebih tinggi akan perlu
ditentukan sebagai langkah selanjutnya dalam pengembangan produk IgY.
DAFTAR PUSTAKA
1. Akita, E.M., Nakai, S., 1993. Comparison of four
purification methods for theproduction
of immunoglobulins from
eggs laid by
hens immunized withan
enterotoxigenicE. coli2
strain. J. Immunol.
Methods 160, 207–214.
2. Chang, S.C., 2005.
Clinical findings, treatment
and prognosis in
patientswith severe acute
respiratory syndrome (SARS).
Chin. Med. Assoc.
68,106–107.
3. Chao-Yang Fua, He Huangb, Xiao-Mei Wanga, Yong-Gang Liua, Zhi-Guo
Wanga,Shang-Jin Cuia, Hong-Lei Gaoa, Zan Lia, Jing-Peng Lib, Xian-Gang Konga.
2006. Preparation and evaluation of anti-SARS coronavirus IgY fromyolks of
immunized SPF chickens. Journal of Virological Methods 133 (2006) 112–115.
4. Chow, K.Y., Hon, C.C., Hui, R.K., Wong, R.T., Yip, C.W.,
Zeng, K., Leung,E.C., 2003. Molecular
advances in severe
acute respiratory syndrome-associated coronavirus
(SARS-CoV). Genomics Proteomics
Bioinf. 1,247–262.
5.
Huang, H., Fu,
C., Wang, Z.,
Cui, S., Gao,
H., Wang, X.,
Li, Z., Li,
J.,Kong, X., 2005.
Establishment of the
detection method of
anti SARSyolk antibody and serum
antibody. Heilongjiang Ani. Sci. Vet. Med. 282,51–52.
6. Schade, R., Schniering,
A., Hlinak, A.,
1992. Polyclonal avian
antibodiesextracted from egg yolk as an alternative to the production of
antibodiesin mammals—a review.
ALTEX 9, 43–56.
7. Tini, M., Jewell, U.R., Camenisch, G., Chilov, D.,
Gassmann, M., 2002. Gen-eration and application of chicken egg-yolk antibodies.
Comp. Biochem.Physiol. A Mol.
Integr. Physiol. 131,
569–574.
8. Wang, H., Ding,
Q., 2003. SARS
coronaviruses. Chin. Virol.
18, 303–306.Yin, Z.,
Liu, J., 1997.
Animal Virology, second
ed. Science Press,
Beijing,pp. 303–323.
No comments:
Post a Comment