Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Friday, 20 July 2018


PENGENDALIAN INCLUSION BODY HEPATITIS (IBH)
Drh. Pudjiatmoko, Ph.D., Medik Veteriner Madya, Direktorat Kesehatan Hewan
Inclusion Body Hepatitis (IBH) merupakan penyakit akut, menyerang ayam muda, yang ditandai dengan adanya anemia, sayap terkulai, jengger dan pial pucat dan biasanya kematian berlangsung mendadak tanpa menunjukkan gejala klinis yang jelas, sering terjadi pada ayam umur kurang 6 minggu, angka kematian biasanya lebih dari 7%.  Kejadian penyakit sering diikuti oleh infeksi penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus (Pudjiatmoko et. al. 2012).
A. PENGENALAN PENYAKIT
1. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh Aviadenovirus, familia Adenoviridae. IBH disebabkan paling sedikit 3 serotipe dari DNA Adenovirus.  Diperkirakan terdapat 12 serotipe Aviadenovirus (AAV) yang dideteksi dari ayam, kalkun, angsa dan entok, namun virus yang paling sering ditemukan pada kasus IBH masuk ke serotipe 4 dan 8 (Pedro Villegas, 2017 dan Fraser CM, et al. 1991).  Virus IBH berkembang biak pada inti sel dari hewan yang terserang dan pada umumnya menimbulkan intranuklear inklusion bodi yang meluas.  Virus terbagi dalam 3 grup antigen, yang masing-masing dapat dideteksi melalui uji Agar Gel Presipitation Test (AGPT) dan Neutralisation Test (NT).  Virus AAV tersusun oleh asam dioksinukleat (DNA), protein dan lemak.  Kapsidnya tersusun atas 252 capsomer, berbentuk kuboid dan mempunyai tipe simetri ikosahedral yang bergaris tengah 69 - 76 nm. Kapsid ini tidak mempunyai selubung. Virus stabil pada suhu 56°C selama 3 jam, tahan dalam keadaan asam dan tahan terhadap ether dan chloroform. Tetapi Virus ini tidak tahan terhadap disinfektan yang mengandung formaldehid dan Iodin.
2. Spesies Rentan
Spesies yang rentan adalah ayam umur 3 - 7 minggu tetapi telah dilaporkan juga baik pada ayam masih berumur seminggu maupun ayam yang sudah tua berumur 20 minggu (Morad R dan Zahra MSH, 2015).  Spesies lain yang pernah dilaporkan terserang IBH yaitu kalkun, burung puyuh, angsa dan itik.  Matos, M. et al. (2016) melaporkan hasil eksperimentalnya bahwa ayam SPF broiler lebih rentan dibanding dengan ayam SPF layer, yang ditunjukan kecepatan replikasi virus pada organ target, hati dan pankreas.
3. Pengaruh Lingkungan
Beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi penyakit ini adalah umur, ayam muda lebih sensitif dibanding ayam dewasa, kemudian adanya maternal antibodi dan komplikasi dengan infeksi virus lain seperti Infectious Bursal Disease Virus (IBD) dan Chicken Anemia Virus (CAV).  AAV tahan terhadap pengaruh lingkungan, tetapi dapat menyebar dengan cepat secara mekanik.  Hasil penelitian Gomis S et al (2006) menunjukkan tidak terdapat hubungan IBH dengan infeksi IBDV dan CAV, tetapi mendukung hipotesis bahwa Infeksi AAV saja pada ayam pedaging tidak mempengaruhi imunosupresif.
4. Cara Penularan
Penularan penyakit terjadi secara horisontal dan vertikal. Secara horisontal bisa melalui kotoran (feses), makanan, air atau minuman dan lingkungan yang tercemar virus atau langsung dari hewan sakit kepada hewan sehat. Penularan secara vertikal telah terjadi pada anak ayam yang berasal dari peternakan pembibit yang terinfeksi dengan serotipe AAV 4 dan 8 (Pedro Villegas et al., 2017).  Transmisi horizontal juga bisa terjadi karena anak ayam yang masih kecil kontak dengan ayam yang terinfeksi lainnya. Karena sifat virusnya tahan terhadap lingkungan maka kemungkinan virus dapat menyebar secara perlahan lahan dari satu kandang ke kandang lainnya.  Infeksi yang tidak menunjukkan gejala klinis diduga dapat menjadi agen penyebar penyakit terutama pada ayam yang terganggu sistem kekebalannya.
5. Distribusi penyakit
Penyakit ini telah menyebar keseluruh dunia, kejadian penyakit pernah dilaporkan di Kanada, Amerika, Inggris, Itali, Irak, Iran dan Australia. Virus ini akhirnya dapat diisolasi dari beberapa peternakan ayam di India. Penyakit ini pernah ada hampir di semua daerah di Indonesia, dan pernah didiagnosa secara histopatologi dari ayam ras petelur.
B.  GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSA
1. Gejala Klinis
Hampir semua infeksi Adenovirus tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas. Jengger kelihatan pucat, pial dan kulit muka juga pucat, depresi, lemah dan kemungkinan diikuti dengan penyakit lainnya. Gangguan pernafasan sering terjadi pada anak ayam dan pada ayam dewasa kadang terjadi penurunan produksi telur. Hepatitis dapat terjadi pada 4 hari pasca infeksi, sumsum tulang, hati dan beberapa organ lainnya terlihat pucat. Morbiditas lebih rendah daripada mortalitas, hewan yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala-gejala yang khas tetapi hanya beberapa jam kemudian mati. Angka kematian (mortalitas) meningkat selama 3-5 hari, bertahan selama beberapa hari kemudian menurun.  Kematian mendadak biasanya terlihat pada ayam berumur kurang dari 6 minggu. Kematian biasanya berkisar antara 2% - 40%, terutama saat ayam berusia kurang dari 3 minggu. Namun, dalam beberapa wabah, angka kematiannya bisa mencapai 80%. Tingkat kematian juga bervariasi tergantung pada patogenisitas virus dan infeksi dengan agen virus atau bakteri lainnya. Bisa muncul tanda yang terkait dengan penyakit yang disebabkan oleh patogen lain (misalnya bakteri, jamur, atau virus) biasanya terjadi jika ayam terkena imunosupresi.
2. Perubahan Patologi
Perubahan patologi-anatomis yang terlihat antara lain : hati membengkak berwarna kuning kecoklatan, terdapat bercak perdarahan, ptechiae dan echymotic dibawah membran dan dalam parenchyma, serta konsistensinya lembek. Ginjal tampak pucat dan bengkak serta perdarahan. Limpa dan bursa Fabrisius mengecil. Otot dada dan kaki terlihat ikhterus dan perdarahan. Usus dan alat visceral juga terlihat kemerahan. Beberapa ayam terlihat adanya aplasia dari sumsum tulang dan terjadi anemia.  Hasil studi Morad R dan Zahra MSH (2015) semua kasus Inclusion Body Hepatitis (IBH) menunjukkan perubahan patologi-anatomis hati membesar, berwarna kuning, pucat dan lunak disertai beberapa perdarahan ptechiae.  Pada kantung perikardial jantung terdapat transudat berwarna kekuning-kuningan.  Pada pemeriksaan histopatologis, edema miokard di jantung ditemukan degenerasi, nekrosis, dan infiltrasi sel mononuklear ringan.  Di hati ditemukan Inclusion Body intranuklear basofilik.
3. Diagnosa
Isolasi dilakukan dengan menggunakan biakan sel chicken embryo fibroblast (CEF), atau telur ayam berembrio umur 5-7 hari yang disuntikkan lewat kuning telur. Identifikasi dapat dilakukan dengan fluerescent antibody technique (FAT) baik langsung maupun tidak langsung atau secara serologi dengan metode virus neutralisation test (VNT), agar gel presipitation test (AGPT), atau enzyme linked immunosobent assay (ELISA). Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap adanya peningkatan degenerasi dan nekrosis pada hati dan intra nuklear inclusion bodi dalam sel parenkim.  Untuk mengklasifikasikan AAV yang diisolasi dari kasus klinis digunakan uji serologi, analisis enzim restriksi, dan Polymerase Chain Reaction (PCR).  Analisis filogenetik urutan gen hekson parsial merupakan metode yang tepat dan cepat untuk diferensiasi dan genotip AAV (Morad R. dan Zahra MSH., 2015).
Spesimen jaringan untuk pemeriksaan penyakit ini adalah hati dan bursa Fabricius yang dikirimkan dalam bahan pengawet Hank’s atau Glyserin 50% dalam keadaan dingin dan steril.  Untuk pemeriksaan serologis dapat dikirimkan serum ayam yang terinfeksi dalam keadaan dingin. Pemeriksaan histopatologis, organ yang dikirimkan disimpan dalam bahan pengawet buffer formalin 10%.
C. PENGENDALIAN
Pengobatan dilakukan seperti pada penyakit yang disebabkan virus lainnya, antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri. Sulfonamide akan menjadi kontra indikasi jika unggas menunjukkan adanya penyakit hematologi atau menunjukkan adanya immunosupresi.
Pencegahan infeksi paling baik dilakukan dengan praktek manajemen yang optimal, meliputi sanitasi dan desinfeksi yang ketat dan program pencegahan penyakit imunosupressif yang optimal. Untuk mencegah penularan secara vertikal dan mencegah penyakit pada anak ayam dilakukan vaksinasi AAV pada ayam pembibit sekitar 3 - 4 minggu sebelum bertelur.  Anak ayam yang memiliki antibodi maternal tinggi biasanya tahan terhadap infeksi awal.  Alvarado IR et al., (2007) melaporkan anak ayam dari grandparent yang divaksinasi pada umur 30 - 50 minggu bisa memperoleh kekebalan bawaan dari induk.  Hasil penelitian Toro H et. al. (2002) menyimpulkan bahwa anak ayam yang berasal dari induk yang divaksinasi AAV + CAV menghasilkan perlindungan lebih baik dari pada anak ayam yang berasal dari induk yang divaksinasi hanya dengan AAV saja.
D. DAFTAR PUSTAKA
1.     Alvarado IRVillegas PEl-Attrache JJensen ERosales GPerozo FPurvis LB.  2007. Genetic characterization, pathogenicity, and protection studies with an avian adenovirus isolate associated with inclusion body hepatitis.  Avian Disease. 51(1):27-32.
2.     Fraser CM, et al. 1991. The Merck Veterinary Manual, Merck & Co, Inc. Rahway, NY, USA, seventh edition 1550. Sander J 2002.
3.     Gomis S, Goodhope AR, Ojkic AD, Willson P.  2006. Inclusion body hepatitis as a primary disease in broilers in Saskatchewan, Canada. Avian Disease. 50(4):550-5.
4.     Matos, M., Grafl, B., Liebhart, D., and Hess, M. 2016. The outcome of experimentally induced inclusion body hepatitis (IBH) by fowl aviadenoviruses (FAdVs) is crucially influenced by the genetic background.  The Veterinary Research.
5.     Morad Rahimi and Zahra Minoosh Siavosh Haghighi. 2015. Adenovirus-like inclusion body hepatitis in a flock of broiler chickens in Kermanshah province, Iran.  Vet Res Forum. 6(1): 95–98.
6.     Pedro Villegas.  2017.  Overview of Inclusion Body Hepatitis/Hydropericardium Syndrome in Poultry in Merck Veterinary Manual. Merck & Co Inc. NJ USA.
7.     Pudjiatmoko, Muhammad Syibli, Sigit Nurtanto, Nilma Lubis, Syafrison, Siti Yulianti, Dhony Kartika N, Chornelly Kusuma Yohana, Erlyna Setiyaningsih, Nurhidayah, Dian Efendi, Esti Saudah, Ida Tiahjati, Gunarti, Suwarno, Abadi Sutisna, Suhardono, Sri Wijayanti, Budiantono, Umi Purwanti, Dadang Polrianto, Apriyani Lestariningsih, Sety Purnomo Edi.  2012. Inclusion body hepatitis (IBH) in Manual Penyakit Unggas, Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.
8.     Rima Morshed et al. 2017.  Fowl Adenoviruses D and E Cause.  Inclusion Body Hepatitis Outbreaks in Broiler and Broiler Breeder Pullet Flocks.  Avian diseases.
9.     Toro HGonzález CCerda LMorales MADooner PSalamero M.  2002.  Prevention of inclusion body hepatitis/hydropericardium syndrome in progeny chickens by vaccination of breeders with fowl adenovirus and chicken anemia virus.  Avian Disease. 46(3):547-54.
Sumber Warta Keswan : Edisi April 2018

No comments: