PENGENDALIAN
INCLUSION BODY HEPATITIS (IBH)
Drh.
Pudjiatmoko, Ph.D., Medik Veteriner Madya, Direktorat Kesehatan Hewan
Inclusion Body
Hepatitis (IBH) merupakan penyakit akut, menyerang ayam muda, yang ditandai
dengan adanya anemia, sayap terkulai, jengger dan pial pucat dan biasanya
kematian berlangsung mendadak tanpa menunjukkan gejala klinis yang jelas,
sering terjadi pada ayam umur kurang 6 minggu, angka kematian biasanya lebih
dari 7%. Kejadian penyakit sering
diikuti oleh infeksi penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan
virus (Pudjiatmoko et. al. 2012).
A. PENGENALAN
PENYAKIT
1. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh Aviadenovirus, familia Adenoviridae.
IBH disebabkan paling sedikit 3 serotipe dari DNA Adenovirus. Diperkirakan terdapat 12 serotipe Aviadenovirus (AAV) yang dideteksi dari
ayam, kalkun, angsa dan entok, namun virus yang paling sering ditemukan pada
kasus IBH masuk ke serotipe 4 dan 8 (Pedro Villegas,
2017 dan Fraser CM, et al.
1991). Virus IBH
berkembang biak pada inti sel dari hewan yang terserang dan pada umumnya
menimbulkan intranuklear inklusion bodi yang meluas. Virus terbagi dalam 3 grup antigen, yang
masing-masing dapat dideteksi melalui uji Agar
Gel Presipitation Test (AGPT) dan Neutralisation
Test (NT). Virus AAV tersusun oleh
asam dioksinukleat (DNA), protein dan lemak. Kapsidnya tersusun atas 252 capsomer, berbentuk
kuboid dan mempunyai tipe simetri ikosahedral yang bergaris tengah 69 - 76 nm.
Kapsid ini tidak mempunyai selubung. Virus stabil pada suhu 56°C selama 3 jam,
tahan dalam keadaan asam dan tahan terhadap ether dan chloroform. Tetapi Virus ini
tidak tahan terhadap disinfektan yang mengandung formaldehid dan Iodin.
2. Spesies Rentan
Spesies yang rentan adalah ayam umur 3 - 7 minggu tetapi telah dilaporkan juga baik pada
ayam masih berumur seminggu maupun ayam yang sudah tua berumur 20 minggu (Morad R dan Zahra MSH, 2015). Spesies lain yang pernah dilaporkan terserang
IBH yaitu kalkun, burung puyuh, angsa dan itik.
Matos, M. et al. (2016) melaporkan hasil
eksperimentalnya bahwa ayam SPF broiler lebih rentan dibanding dengan ayam SPF
layer, yang ditunjukan kecepatan replikasi virus
pada organ target, hati dan pankreas.
3. Pengaruh
Lingkungan
Beberapa
faktor yang mempengaruhi infeksi penyakit ini adalah umur, ayam muda lebih
sensitif dibanding ayam dewasa, kemudian adanya maternal antibodi dan
komplikasi dengan infeksi virus lain seperti Infectious Bursal Disease Virus (IBD) dan Chicken Anemia Virus (CAV).
AAV tahan terhadap pengaruh lingkungan,
tetapi dapat menyebar dengan cepat secara mekanik. Hasil
penelitian Gomis S et al (2006)
menunjukkan tidak terdapat hubungan IBH dengan infeksi IBDV dan CAV, tetapi
mendukung hipotesis bahwa Infeksi AAV saja pada ayam pedaging tidak
mempengaruhi imunosupresif.
4. Cara Penularan
Penularan penyakit terjadi secara
horisontal dan vertikal. Secara horisontal bisa melalui kotoran (feses),
makanan, air atau minuman dan lingkungan yang tercemar virus atau langsung dari
hewan sakit kepada hewan sehat. Penularan secara vertikal telah terjadi pada
anak ayam yang berasal dari peternakan pembibit yang terinfeksi dengan serotipe
AAV 4 dan 8 (Pedro Villegas et al., 2017).
Transmisi horizontal juga bisa terjadi karena anak ayam yang masih kecil
kontak dengan ayam yang terinfeksi lainnya. Karena sifat virusnya tahan
terhadap lingkungan maka kemungkinan virus dapat menyebar secara perlahan lahan
dari satu kandang ke kandang lainnya. Infeksi
yang tidak menunjukkan gejala klinis diduga dapat menjadi agen penyebar
penyakit terutama pada ayam yang terganggu sistem kekebalannya.
5. Distribusi
penyakit
Penyakit ini telah menyebar keseluruh dunia, kejadian
penyakit pernah dilaporkan di Kanada, Amerika, Inggris, Itali, Irak, Iran dan
Australia. Virus ini akhirnya dapat diisolasi dari beberapa peternakan ayam di
India. Penyakit ini pernah ada hampir di semua daerah di Indonesia, dan pernah
didiagnosa secara histopatologi dari ayam ras petelur.
B. GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSA
1. Gejala Klinis
Hampir semua infeksi Adenovirus tidak menunjukkan gejala
klinis yang jelas. Jengger kelihatan pucat, pial dan kulit muka juga pucat,
depresi, lemah dan kemungkinan diikuti dengan penyakit lainnya. Gangguan
pernafasan sering terjadi pada anak ayam dan pada ayam dewasa kadang terjadi
penurunan produksi telur. Hepatitis dapat terjadi pada 4 hari pasca infeksi,
sumsum tulang, hati dan beberapa organ lainnya terlihat pucat. Morbiditas lebih
rendah daripada mortalitas, hewan yang terinfeksi tidak menunjukkan
gejala-gejala yang khas tetapi hanya beberapa jam kemudian mati. Angka kematian
(mortalitas) meningkat selama 3-5 hari, bertahan selama beberapa hari kemudian
menurun. Kematian mendadak biasanya
terlihat pada ayam berumur kurang dari 6 minggu. Kematian biasanya berkisar
antara 2% - 40%, terutama saat ayam berusia kurang dari 3 minggu. Namun, dalam
beberapa wabah, angka kematiannya bisa mencapai 80%. Tingkat kematian juga
bervariasi tergantung pada patogenisitas virus dan infeksi dengan agen virus
atau bakteri lainnya. Bisa muncul tanda yang terkait dengan penyakit yang
disebabkan oleh patogen lain (misalnya bakteri, jamur, atau virus) biasanya
terjadi jika ayam terkena imunosupresi.
2. Perubahan Patologi
Perubahan patologi-anatomis yang terlihat antara lain :
hati membengkak berwarna kuning kecoklatan, terdapat bercak perdarahan, ptechiae dan echymotic dibawah membran dan dalam parenchyma, serta konsistensinya
lembek. Ginjal tampak pucat dan bengkak serta perdarahan. Limpa dan bursa
Fabrisius mengecil. Otot dada dan kaki terlihat ikhterus dan perdarahan. Usus
dan alat visceral juga terlihat kemerahan. Beberapa ayam terlihat adanya
aplasia dari sumsum tulang dan terjadi anemia. Hasil studi Morad R dan Zahra MSH (2015) semua kasus Inclusion
Body Hepatitis (IBH) menunjukkan perubahan patologi-anatomis hati membesar, berwarna kuning, pucat dan
lunak disertai beberapa perdarahan
ptechiae. Pada kantung perikardial jantung terdapat
transudat berwarna kekuning-kuningan. Pada
pemeriksaan histopatologis, edema miokard di jantung ditemukan degenerasi,
nekrosis, dan infiltrasi sel mononuklear ringan. Di hati ditemukan Inclusion Body intranuklear
basofilik.
3. Diagnosa
Isolasi dilakukan dengan menggunakan biakan sel chicken embryo fibroblast (CEF), atau
telur ayam berembrio umur 5-7 hari yang disuntikkan lewat kuning telur.
Identifikasi dapat dilakukan dengan fluerescent
antibody technique (FAT) baik langsung maupun tidak langsung atau secara
serologi dengan metode virus
neutralisation test (VNT), agar gel
presipitation test (AGPT), atau enzyme
linked immunosobent assay (ELISA). Pemeriksaan histopatologi dapat
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap adanya peningkatan degenerasi
dan nekrosis pada hati dan intra nuklear inclusion bodi dalam sel parenkim. Untuk mengklasifikasikan AAV yang diisolasi
dari kasus klinis digunakan uji serologi, analisis enzim restriksi, dan Polymerase Chain Reaction
(PCR). Analisis filogenetik urutan gen hekson parsial merupakan
metode yang tepat dan cepat untuk diferensiasi dan genotip AAV (Morad R. dan Zahra MSH., 2015).
Spesimen jaringan untuk pemeriksaan penyakit ini adalah
hati dan bursa Fabricius yang dikirimkan dalam bahan pengawet Hank’s atau Glyserin
50% dalam keadaan dingin dan steril. Untuk
pemeriksaan serologis dapat dikirimkan serum ayam yang terinfeksi dalam keadaan
dingin. Pemeriksaan histopatologis, organ yang dikirimkan disimpan dalam bahan
pengawet buffer formalin 10%.
C. PENGENDALIAN
Pengobatan dilakukan seperti pada penyakit yang disebabkan
virus lainnya, antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi sekunder oleh
bakteri. Sulfonamide akan menjadi kontra indikasi jika unggas menunjukkan
adanya penyakit hematologi atau menunjukkan adanya immunosupresi.
Pencegahan infeksi paling baik dilakukan dengan praktek
manajemen yang optimal, meliputi sanitasi dan desinfeksi yang ketat dan program
pencegahan penyakit imunosupressif yang optimal. Untuk mencegah penularan
secara vertikal dan mencegah penyakit pada anak ayam dilakukan vaksinasi AAV pada
ayam pembibit sekitar 3 - 4 minggu sebelum bertelur. Anak ayam yang memiliki antibodi maternal
tinggi biasanya tahan terhadap infeksi awal.
Alvarado IR et al., (2007) melaporkan anak ayam dari grandparent yang divaksinasi pada umur
30 - 50 minggu bisa memperoleh kekebalan bawaan dari induk. Hasil penelitian Toro H et. al. (2002) menyimpulkan bahwa anak ayam yang berasal dari induk
yang divaksinasi AAV + CAV menghasilkan perlindungan lebih baik dari pada anak
ayam yang berasal dari induk yang divaksinasi hanya dengan AAV saja.
D. DAFTAR PUSTAKA
1.
Alvarado IR, Villegas P, El-Attrache J, Jensen E, Rosales G, Perozo F, Purvis LB. 2007. Genetic characterization, pathogenicity, and
protection studies with an avian adenovirus isolate associated with inclusion
body hepatitis. Avian Disease. 51(1):27-32.
2.
Fraser CM, et al. 1991. The Merck Veterinary
Manual, Merck & Co, Inc. Rahway, NY, USA, seventh edition 1550. Sander J
2002.
3.
Gomis
S, Goodhope AR, Ojkic AD, Willson P.
2006. Inclusion body hepatitis as a
primary disease in broilers in Saskatchewan, Canada. Avian Disease. 50(4):550-5.
4.
Matos,
M., Grafl, B., Liebhart, D., and Hess, M. 2016. The outcome of experimentally
induced inclusion body hepatitis (IBH) by fowl aviadenoviruses (FAdVs) is
crucially influenced by the genetic background.
The Veterinary Research.
5.
Morad Rahimi and Zahra Minoosh Siavosh Haghighi. 2015. Adenovirus-like
inclusion body hepatitis in a flock of broiler chickens in Kermanshah province,
Iran. Vet Res Forum. 6(1): 95–98.
6.
Pedro Villegas. 2017.
Overview of Inclusion Body Hepatitis/Hydropericardium Syndrome in Poultry
in Merck Veterinary Manual. Merck
& Co Inc. NJ USA.
7.
Pudjiatmoko,
Muhammad Syibli, Sigit Nurtanto, Nilma Lubis, Syafrison, Siti Yulianti, Dhony
Kartika N, Chornelly Kusuma Yohana, Erlyna Setiyaningsih, Nurhidayah, Dian
Efendi, Esti Saudah, Ida Tiahjati, Gunarti, Suwarno, Abadi Sutisna, Suhardono,
Sri Wijayanti, Budiantono, Umi Purwanti, Dadang Polrianto, Apriyani
Lestariningsih, Sety Purnomo Edi. 2012. Inclusion body hepatitis (IBH) in Manual Penyakit Unggas, Direktorat Kesehatan Hewan,
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.
8.
Rima
Morshed et al. 2017. Fowl Adenoviruses D
and E Cause. Inclusion Body Hepatitis
Outbreaks in Broiler and Broiler Breeder Pullet Flocks. Avian diseases.
9.
Toro H, González C, Cerda L, Morales MA, Dooner P, Salamero M. 2002. Prevention of
inclusion body hepatitis/hydropericardium syndrome in progeny chickens by vaccination
of breeders with fowl adenovirus and chicken anemia virus. Avian Disease. 46(3):547-54.
Sumber
Warta Keswan : Edisi April 2018
No comments:
Post a Comment