Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, 24 September 2020

Manfaat Buah Plum


Menanam Pohon Plum dan Manfaat Buah Plum

 

Buah plum adalah buah dari subgenus Prunus. Buah ini banyak dijadikan sebagai konsumsi makanan sehat seperti plum kering. Saat buah sudah matang, maka buah akan dilapisi dengan lapisan putih berlilin.

Dengan lingkungan tempat tumbuh yang tepat, buah ini bisa tumbuh dengan subur dan menghasilkan banyak buah. Untuk budidaya supaya rimbun, biasanya pohon akan dipangkas pada ketinggian 5 hingga 6 meter. Jika tanpa pemangkasan, pohon bisa mencapai ketinggian 12 meter dan panjang 10 meter.

 

 Plum sendiri adalah buah dari pohon plum yang termasuk keluarga Rosaceae. Pada genus Prunus terdiri dari sekitar 200 spesies. Banyak yang ditanam dan dijadikan sebagai bahan makanan. Selain sebagai komoditi menjanjikan, bisa pula menjadi tanaman kebun dan perindang halaman rumah. Sifat-Sifat Pohon Buah Dan Bibit Plum Secara Umum Buah plum biasanya berukuran sedang, dengan diameter antara 2 s/d 7 sentimeter. Bentuknya adalah bundar hingga oval. Dagingnya sedikit asam dan berair. Sedangkan kulit buahnya lembut, dengan disertai lilin alami pada permukaannya yang melekat pada daging buah. Buah ini sendiri termasuk buah berbiji. Nantinya, biji ini bisa menghasilkan pohon jika ditebarkan ke tanah dengan kondisi yang sesuai dengan syarat tumbuhnya. Untuk bunganya sendiri, pohon ini akan menghasilkan bunga di awal musim semi. Ketika berbunga, maka pohon plum akan ditutupi bunga. Pada kondisi yang tepat, maka sekitar 50% bunga akan diserbuki dan menjadi buah plum. Pohon plum ini tidak bisa tumbuh di daerah yang terlalu kering. Jika iklim terlalu kering, pohon ini tidak akan berkembang baik. Buah akan jatuh dari pohon ketika masih muda.  Sedangkan jika iklim terlalu basah maka buah bisa beresiko untuk busuk. Hal ini biasa terjadi saat buah yang matang tidak segera dipanen. Karakter dan sifat lain buah ini bisa dilihat dari rasanya. Umumnya, buah ini memiliki variasi rasa yang manis hingga asam. Buah ini juga berair sehingga bisa dijadikan sebagai minuman. Banyak pula yang menyukai rasa buah saat masih segar dengan sensasi rasa yang enak. Pengolahan buah ini bisa beragam. Tidak hanya dapat dimakan langsung dan dibuat minuman, buah ini juga bisa dijadikan makanan olahan. Contohnya adalah plum kering yang menjadi camilan. Karena itulah, budidaya pohon ini selalu menguntungkan dengan berbagai keunggulan produk yang berdaya jual tinggi. Cara Budidaya Agar Buah Plum Tumbuh Dengan Baik Meskipun jarang tumbuh di Indonesia, pertumbuhan pohon ini dapat menjadi prospek bisnis yang menjanjikan. Cara menanam dan perawatan pohon yang relatif mudah membuat orang tertarik menanamnya. Tidak hanya itu, banyak petani yang telah berhasil menanam pohon ini di beberapa wilayah di Indonesia. Inilah yang bisa jadi inspirasi bagi petani lain untuk mengembangkan budidaya tanaman ini. Apalagi untuk mendapatkan bibit buah plum juga relatif mudah. Untuk lokasi budidayanya juga bisa dilakukan di dataran rendah. Dengan hasil panen yang maksimal, maka budidaya buah ini sangat layak untuk dikembangkan. Meskipun sebenarnya buah plum bukan tanaman asli Indonesia yang memiliki iklim tropis, namun mampu tumbuh dengan baik di tanah air. Agar upaya budidaya yang dilakukan berhasil, ada beberapa hal yang harus perhatikan. Karena syarat buah tumbuh dengan baik bukan hanya tergantung kondisi tanahnya saja. Mulailah mempersiapkan bibit unggul sebagai syarat tumbuh bagi tanaman yang satu ini. Selanjutnya adalah mempelajari bagaimana perawatan dan juga cara memanen buah yang baik. Untuk menanam bibit buah ini, maka ada panduan yang harus diperhatikan.


Cara menanam buah plum agar panen maksimal 1. Menanam plum di dataran rendah Budidaya tanaman ini dapat dilakukan saat bibit memiliki ketinggian sekitar 1 meter. Bibit ini ditanam di dataran rendah. Ketinggian tanah sangat penting. Hal ini karena jika ditanam di dataran tinggi 580 meter di atas permukaan laut, maka pertumbuhan kurang maksimal. Pada lingkungan tumbuh yang tidak tepat, pohon akan menjadi kurang produktif. Dengan lingkungan yang baik, maka hasil buah akan optimal ukuran dan jumlahnya. Buah ini memiliki warna hijau saat masih muda. Sedangkan buah yang matang akan berwarna coklat kehitaman. Hal ini ditandai dengan tekstur buah yang cukup lunak jika ditekan. Buah plum ini cocok untuk budidaya komersial serta menambah keanekaragaman spesies buah di Indonesia. 2. Menanam plum di dalam pot (tabulampot) Pohon ini tidak hanya dapat ditanam di area yang luas, tetapi juga dapat tumbuh dengan baik di pot. Lakukan penanaman dengan cara mencangkok untuk dapat hasil panen lebih cepat dan buah lebat. Hanya dalam kurun waktu sekitar 3-4 bulan setelah proses cangkok, bibit buah plum ini siap untuk dipindahkan ke pot. Metodenya adalah mencampur tanah dengan pupuk dari kotoran ternak. Bisa dari kotoran sapi atau kambing, dengan perbandingan 1 : 1. Penggunaan pupuk kandang dilakukan untuk memaksimalkan kesuburan tanah. Karena tanaman tersebut butuh nutrisi agar tumbuh dengan baik. Selain pemupukan, saat menanam bibit dalam pot, juga diperlukan air. Proses penyiraman dapat dilakukan sekali sehari jika media tanam sudah mulai kering. Tabulampot pohon buah ini harus diletakkan di lokasi yang langsung terkena sinar matahari. Dengan begitu, pertumbuhan buah plum akan lebih maksimal. 3. Menanam plum di perkebunan Untuk tujuan komersial, menanam buah plum memang direkomendasikan di tempat terbuka, luas dan terkena sinar matahari langsung. Untuk metode ini, berbeda dengan menanam tabulampot plum. Sebelum menanam bibitnya, maka harus membuat dulu lubang tanam. Kedalamannya adalah  sekitar 20-40 cm. Jarak antara bibit nantinya setidaknya sekitar 6 meter. Hal ini dikarenakan diameter pohon dapat mencapai lebih dari 10 cm pada saat pohon sudah mulai berbuah dan produktif. Untuk bisa panen, harus menunggu hingga pohon plum berusia sekitar 4-5 tahun. Tipe Dan Jenis Tanaman Plum Buah ini memiliki banyak sekali macam. Beberapa diantaranya bisa tumbuh di Indonesia dengan perawatan yang tepat. Berikut ini adalah jenis-jenis tanaman tersebut yang paling banyak ditemui : 1. European plum tree Pohon ini adalah yang paling populer. Ini adalah pohon yang dapat mencapai ketinggian 10 m. Batangnya lurus, kulitnya berwarna coklat gelap. Kadang-kadang ditutupi dengan beberapa ranting berduri dalam spesies liar. Sedangkan karakter daunnya bergigi, yang panjangnya mencapai 8 cm. Punggung daun ditutupi rambut dan batang halus. Sedangkan untuk buahnya cukup beragam warnanya. Ada yang  berwarna kuning hingga biru hitam. Tanaman ini banyak ditanam di Eropa. Baik tumbuh sebagai tanaman budidaya maupun liar, jenis ini bisa tumbuh dengan baik. Namun tanaman ini tidak ditemui di Eropa Utara. Alasannya adalah, jenis tanaman buah ini tidak tumbuh dengan baik di tempat yang dingin. 2. Plum Jepang Meskipun namanya plum “Jepang”, namun buah ini berasal dari Cina. Di sinilah, buah ini bisa ditemukan secara liar. Pohon ini menghasilkan buah yang populer di pasaran saat ini karena ukuran dan teksturnya. Inilah salah satu spesies tanaman buah yang juga terkenal dengan buahnya yang bisa dimakan secara segar maupun dalam bentuk olahan makanan. 3. Plum Amerika Pohon ini bisa tumbuh secara liar. Namun juga bisa dijadikan tanaman budidaya. Untuk diambil nilai ekonomisnya, maka tanaman ini bisa dipakai sebagai selai, selain dapat dimakan buahnya secara langsung. Pohon ini memiliki keunggulan berupa ketahanannya terhadap hama. Ada banyak jenis buah plum. Maka, untuk memilih berbagai jenis tanaman untuk budidaya, kenali dulu varietasnya. Dan juga yang tak kalah penting adalah memperhatikan keunggulan masing-masing jenis spesies atau varietasnya. Berbagai Manfaat Buah Plum Bagi Kesehatan Plum adalah salah satu makanan yang banyak disukai. Bukan hanya karena rasanya yang manis dan asam, buah ini juga menawarkan nilai gizi dan manfaat yang beragam. Karenanya, tak heran jika harga jual tanaman ini cukup mahal. Keunggulan buah ini adalah bisa berbuah sepanjang tahun. Buah plum muda berwarna hijau dengan bentuk buah bulat yang menyerupai apel. Namun ukurannya sedikit lebih kecil. Sedangkan buah yang matang menjadi sedikit gelap yang bisa ditekan akan terasa agak lunak. Di dalam buah plum akan ditemui tektur halus dan berserat yang membawa manfaat bagi kesehatan. Tanaman ini dari keluarga Rosaceae, hampir memiliki sifat yang sama dengan buah persik, aprikot, dan nektarin. Dengan berbagai kandungan di dalamnya, buah ini menawarkan banyak sekali manfaat dan kegunaan.


Berikut ini beberapa contoh manfaatnya 1. Menjaga sistem pencernaan yang sehat Manfaat buah plum yang paling dikenal adalah kemampuannya untuk mencegah sembelit. Serat buah plum menekan massa tinja dan mempercepat proses keluarnya cairan. Dengan demikian, maka akan bisa membantu mengurangi risiko kanker usus dan wasir. Sementara itu, serat buah plum yang tidak larut bertanggung jawab untuk menyediakan makanan bagi bakteri baik yang hidup di usus besar. Bakteri baik di usus menghasilkan asam lemak rantai pendek yang disebut asam butirat. Asam butirat adalah bahan bakar utama untuk sel-sel usus besar dan membantu menjaga kesehatan organ dalam. Bakteri baik di usus menciptakan dua asam lemak rantai pendek lainnya, propionik dan asetat. Keduanya digunakan sebagai bahan bakar oleh sel-sel hati dan otot. Bakteri baik ini juga memerangi bakteri patogen yang menyebabkan penyakit dan mencegah mereka bertahan hidup di saluran pencernaan. 2. Membantu menurunkan kolesterol Asam propionat yang diproduksi oleh serat plum adalah jenis serat yang tidak larut. Jenis kandungan ini memiliki sifat untuk menurunkan kolesterol. Asam propionat membantu menurunkan kolesterol darah dengan mengikat asam empedu dan menghilangkannya dari tubuh melalui tinja. Asam empedu adalah senyawa yang dimanfaatkan dalam mencerna lemak yang diproduksi oleh organ hati. Ketika asam empedu diekskresikan bersama dengan serat plum, hati harus menghasilkan asam empedu baru. Dengan demikian maka akan bisa membantu memecah lebih banyak kolesterol, dan mengurangi jumlahnya. Serat larut juga dapat mengurangi jumlah kolesterol yang diproduksi oleh hati. 3. Mengandung antioksidan tinggi Plum mengandung fitonutrien unik yang disebut asam klorida dan hidroklorida. Kedua zat tersebut diklasifikasikan sebagai fenol. Fenol adalah jenis antioksidan yang telah terbukti menetralkan radikal bebas berbahaya. Fenol juga bisa membantu mencegah kerusakan oksigen dalam lemak. Sel-sel tubuh, termasuk sel-sel otak dan molekul seperti kolesterol, sebagian besar terdiri dari lemak. Karenanya, penting untuk mencegah kerusakan radikal bebas. Salah satu caranya adalah dengan konsumsi buah plum. 4. Menjaga kesehatan jantung Pohon plum adalah sumber potasium yang baik. Sekaligus juga sebagai elektrolit yang membantu berbagai fungsi vital dalam tubuh. Mineral ini membantu menjaga irama jantung, impuls saraf, kontraksi otot jantung dan tekanan darah, yang dapat mengurangi risiko stroke. Karena tubuh tidak memproduksi kalium secara alami, konsumsi buah plum atau jusnya dapat membantu memenuhi kebutuhan kalium. 5. Mencegah anemia Nafas pendek, kulit pucat, dan kelelahan adalah tanda-tanda anemia ringan. Anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat. Untuk menghasilkan sel darah merah, tubuh maka dibutuhkan asupan zat besi yang cukup. Buah plum adalah sumber zat besi yang baik dan dapat membantu mencegah dan mengobati kekurangan zat besi. Karenanya, untuk menjaga kesehatan, perlu konsumsi buah plum sebagai alternatif penambah zat besi bagi tubuh. 6. Obat osteoporosis Plum kering merupakan sumber mineral yang penting. Inilah yang dapat membantu membentuk tulang dan otot yang kuat. Konsumsi buah plum juga dapat membantu meningkatkan koordinasi otot dengan mineral di dalamnya. Manfaat plum untuk kesehatan tulang juga lebih luas. Di dalamnya termasuk menghindari proses kehilangan kepadatan tulang akibat radiasi di sumsum tulang. 7. Membantu menurunkan gula darah Plum adalah makanan yang memiliki indeks glikemik rendah. Ini berarti bahwa buah ini dapat membantu mengontrol kadar gula darah dan mengurangi risiko diabetes tipe 2. Namun agar lebih aman, perlu panduan dan konsultasi dokter sebelum konsumsi buah ini. Cara Memilih Bibit Plum yang Unggul Mencari buah plum di Indonesia cukup sulit. Pasalnya, buah ini bukan buah asli Indonesia dan negara tropis. Karena itulah, sebagai salah satu solusi untuk mengatasinya adalah dengan menanam sendiri tanaman buah yang satu ini. Hal ini makin mudah karena sudah banyak tersedia penjual bibit buah terpercaya. Dengan memilih bibit yang baik akan menentukan kualitas buah dan juga kesehatan tanaman nantinya. Maka ketahui cara memilih bibit yang baik. Berikut ini adalah beberapa ciri bibit tanaman buah yang jadi rekomendasi untuk dibeli : Memiliki akar kuat Memiliki daun dengan warna segar dan tidak kering Batang tanaman kuat, tidak kecil atau bengkok.

 

 
SUMBER:
 
TanamanMart. Com

Monday, 21 September 2020

Risiko BSE atau Sapi Gila


Risiko Bovine spongiform encephalopathy (BSE) menurut Resolusi No. 11 (Prosedur yang Diadaptasi Mei 2020)

 

Risiko BSE yang dapat diabaikan / Risiko BSE yang dikendalikan / Zona dengan risiko BSE yang dapat diabaikan menurut Resolusi No. 11 (Prosedur yang diadaptasi Mei 2020)

 

Risiko BSE yang dapat diabaikan

Anggota OIE yang diakui memiliki risiko BSE yang dapat diabaikan sesuai dengan Chapter 11.4. dari Kode Terestrial:

Argentina

Hungaria

Panama

Australia

Islandia

Paraguay

Austria

India

Peru

Belgia

Israel

Polandia

Bolivia

Italia

Portugal (2)

Brazil

Japan

Rumania

Bulgaria

Korea Selatan

Serbia (3)

Chile

Latvia

Singapura

Kolombia

Liechtenstein

Slovakia

Kosta Rika

Lituania

Slovenia

Kroasia

Luksemburg

Spanyol (4)

Siprus

Malta

Swedia

Republik Ceko

Meksiko

Swiss

Denmark

Namibia

Belanda

Estonia

Selandia Baru

Amerika Serikat

Finland (1)

Nikaragua

Uruguay

Jerman

Norwegia

 

Risiko BSE yang dapat dikendalikan

Anggota OIE diakui memiliki risiko BSE yang dikendalikan sesuai dengan Chapter 11.4. dari Kode Terestrial

Kanada

Ekuador

Yunani

Taiwan

Prancis

Irlandia

 

Zona (5) dengan risiko BSE yang dapat diabaikan

Anggota yang diakui memiliki zona dengan risiko BSE yang dapat diabaikan sesuai dengan Chapter 11.4. dari Kode Terestrial

Republik Rakyat China:

Zona yang ditetapkan oleh Delegasi Tiongkok dalam dokumen yang ditujukan kepada Direktur Jenderal pada November 2013, terdiri dari Republik Rakyat Tiongkok dengan pengecualian Hong Kong dan Makau.

Britania Raya

Satu zona terdiri dari Irlandia Utara yang ditetapkan oleh Delegasi Kerajaan Inggris dalam dokumen yang ditujukan kepada Direktur Jenderal pada bulan September 2016.

satu zona yang terdiri dari Jersey yang ditunjuk oleh Delegasi Kerajaan Inggris dalam dokumen yang ditujukan kepada Direktur Jenderal pada Agustus 2019.

 

Zona (5) dengan risiko BSE dapat dikendalikan

Anggota yang diakui memiliki zona dengan risiko BSE yang terkontrol sesuai dengan Chalter 11.4. dari Kode Terestrial:

Britania Raya

Satu zona terdiri dari Inggris dan Wales yang ditetapkan oleh Delegasi Kerajaan Inggris dalam dokumen yang ditujukan kepada Direktur Jenderal pada bulan September dan Oktober 2016;

Satu zona terdiri dari Skotlandia yang ditetapkan oleh Delegasi Kerajaan Inggris dalam dokumen yang ditujukan kepada Direktur Jenderal pada September 2016 dan Oktober 2016 serta pada Desember 2018.

(1) Termasuk Kepulauan Ă…land.

(2) Termasuk Azores dan Madeira.

(3) Tidak termasuk Kosovo yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

(4) Termasuk Kepulauan Balearic dan Kepulauan Canary.

(5) Untuk informasi rinci tentang batasan zona Anggota OIE yang diakui memiliki risiko BSE yang dapat diabaikan atau dapat dikendalikan, pertanyaan harus ditujukan kepada Direktur Jenderal OIE.

 

SUMBER: 

OIE

https://www.oie.int/animal-health-in-the-world/official-disease-status/bse/list-of-bse-risk-status/

Povidone-iodine untuk COVID-19


Pertimbangan povidone-iodine sebagai intervensi kesehatan masyarakat untuk COVID-19


Pertimbangan povidone-iodine sebagai intervensi kesehatan masyarakat untuk COVID-19: Pemanfaatan sebagai "Alat Pelindung Diri" untuk penyedia garis depan yang terpapar dalam perawatan onkologi berbasis kepala dan leher dan tengkorak yang berisiko tinggi.


Dalam merespon virus corona baru SARS-CoV-2, sistem perawatan kesehatan telah ditantang untuk mengalokasikan sumber daya yang langka sambil berusaha mencapai keadilan distribusi untuk memenuhi kebutuhan kritis komunitas yang mereka layani. Meskipun ada uji coba acak yang sedang berlangsung yang mengevaluasi kegunaan terapi sistemik, serum pasca-pemulihan, dan pengembangan vaksin, intervensi ini mahal dan memakan waktu. Terapi alternatif dan tindakan pencegahan diperlukan saat ini, tidak hanya untuk mempercepat perataan kurva epidemiologi, tetapi juga melindungi penyedia dan pasien saat kami mengevaluasi ulang respons bedah berjenjang dan proses operasional ke depan.

Penyelidikan awal di China menunjukkan bahwa pasien kanker memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi secara keseluruhan dan bahwa pasien kanker yang terinfeksi, terutama mereka yang menerima kemoterapi atau menjalani operasi dalam waktu satu bulan setelah terinfeksi, lebih rentan terhadap kebutuhan perawatan kritis. dukungan pernapasan, dan kematian [1]. Di pusat virus Wuhan, penyebaran nosokomial dicurigai pada 12% pasien dan 29% profesional kesehatan di institusi perawatan tersier [2], sementara 63% dari populasi kota yang terinfeksi adalah petugas kesehatan [3]. Temuan ini menunjukkan bahwa pasien dengan keganasan tidak hanya merupakan populasi yang rentan terhadap peningkatan risiko infeksi, tetapi juga penyedia layanan kesehatan di garis depan.

Karena viral load tampak paling tinggi di nasofaring, dan tinggi dalam air liur manusia, area anatomi ini kemungkinan besar menyemai jalan napas bagian bawah dan berfungsi sebagai salah satu reservoir utama untuk transmisi aerosol dan perkembangan penyakit paru. Lebih lanjut, viral load pasien asimtomatik dan simptomatik serupa, menunjukkan potensi penularan dari pasien asimtomatik / simptomatik minimal [4]. Dengan demikian, ahli onkologi kepala dan leher serta ahli bedah dasar tengkorak termasuk di antara mereka yang memiliki risiko tertinggi penularan nosokomial. Kasus pertama yang dijelaskan, meskipun anekdot, dari penyebaran terkait operasi terjadi selama operasi hipofisis endoskopik di Wuhan, di mana empat belas personel menjadi terinfeksi [5]. Ada ketegangan dinamis yang menyebar antara tanggung jawab kita untuk meratakan kurva dan komitmen kita - sumpah Hipokrates kita - untuk pertama-tama tidak membahayakan, menyadari bahwa penundaan pengobatan kanker akan memengaruhi hasil penyakit. Bagaimana kita melindungi diri kita sendiri dan pasien kita sambil mencoba menyeimbangkan ketegangan ini? Menanggapi pertanyaan ini, telah ada banyak pedoman prosedural yang disarankan untuk mengurangi aerosolisasi dan deskripsi APD yang sesuai [5]. Di antara pendekatan tersebut, povidone-iodine (PVP-I), antiseptik topikal spektrum luas yang tersedia secara luas, telah disarankan untuk aplikasi hidung dan oral sebagai strategi pengendalian infeksi perioperatif.

Kegunaan dan profil keamanan yang sangat baik dari larutan oral dan nasal topikal PVP-I telah lama dikenal, terutama pada konsentrasi encer (misalnya 0,001%). Tinjauan rinci tentang aktivitas virucidal terhadap berbagai virus umum, termasuk SARS-CoV dan MERS-CoV coronavirus, berada di luar cakupan artikel ini [6]. Sebagai peringatan, penelitian in vitro menggunakan 10% dan 5% PVP-I telah menunjukkan silotoksisitas pada sel pernapasan manusia [7]. Namun penyelidikan lain menunjukkan efek virucidal lanjutan dari konsentrasi PVP-I yang diencerkan, tanpa bukti toksisitas silia pernapasan, fungsi penciuman berkurang, atau perubahan penampilan mukosa [8]. Studi in vitro dari 0,23% obat kumur PVP-I (pengenceran 1:30) dapat menonaktifkan SARS-CoV dan MERSCoV setelah paparan selama 15 detik [6]. Meskipun jarang, penggunaan lama larutan PVP-I 10% topikal (minggu-bulan) dapat meningkatkan risiko toksisitas yodium [9]. Alergi, sensitivitas kontak, dan reaksi kulit jarang terjadi [10].

Di sini kami menyajikan strategi intervensi baru yang memanfaatkan aplikasi topikal PVP-I untuk mengurangi penularan nosokomial COVID-19 di sekitar perawatan onkologi dasar kepala dan leher dan tengkorak. Mengingat bahwa penyedia garis depan yang terpapar pada prosedur aerodigestif terbuka dan endoskopik dapat berfungsi sebagai vektor penularan, protokol ini mengidentifikasi petugas layanan kesehatan sebagai populasi target potensial untuk intervensi pengobatan, terutama di daerah dengan prevalensi tinggi. 

Mengingat peningkatan penetrasi nasofaring dengan irigasi hidung volume besar, kami bertujuan untuk menggabungkan model pengobatan rinosinusitis kronis dan mengusulkan formulasi berikut untuk pemberian: 
(1) Irigasi hidung: 240 mL larutan PVP-I 0,4% (pengenceran 10 mL larutan tersedia secara komersial 10% PVP-I berair menjadi 240 mL saline normal dengan botol penghantar sinus rinse); dan 
(2) Pencucian mulut / orofaringeal: 10 mL larutan PVP-I 0,5% berair (pengenceran 1:20 dalam air steril atau suling); selain APD yang sesuai. Tentu saja, literatur mendukung keamanan dosis ini, dan konsentrasi PVP-I yang lebih tinggi dapat ditoleransi dengan baik tanpa toksisitas mukosiliar; kami merekomendasikan konsentrasi yang lebih rendah karena terlalu berhati-hati. 

Selain itu, meskipun irigasi hidung dapat menyebabkan peningkatan ketidaknyamanan dibandingkan dengan penyemprotan yang dikabutkan, cara pemberian ini menurunkan risiko teoretis dari partikel virus yang menyebabkan aerosol. 

Berikut garis besar pendekatan pengobatan bertingkat:

1. Terapkan PVP-I nasal dan oral setiap 2–3 jam, hingga 4x / hari pada pasien yang:

a. Memiliki dugaan / konfirmasi infeksi SARS-CoV-2

b. Sedang menjalani prosedur berisiko tinggi (misalnya yang melibatkan sekresi mukosa hidung, mulut, faring, dan paru)

c. Berasal dari hotspot COVID-19

2. Terapkan PVP-I nasal dan oral sebelum dan setelah kontak dengan pasien (dengan kontak berulang, lakukan setiap 2–3 jam, hingga 4x / hari) di penyedia layanan kesehatan yang:

a. Terlibat dalam perawatan pasien dengan dugaan / konfirmasi infeksi SARS-CoV-2

b. Terlibat dalam prosedur pasien berisiko tinggi di hotspot COVID-19

c. Kurang APD yang memadai (misalnya N95, PAPR)

3. Aplikasi opsional PVP-I nasal dan oral setiap 2–3 jam, hingga 4x / hari pada pasien dan / atau penyedia layanan kesehatan pada:

a. Prosedur berisiko tinggi pada pasien tanpa gejala

b. Hotspot COVID-19

Strategi ini memanfaatkan ketersediaan material yang luas, profil keamanan yang sangat baik, dan biaya rendah terkait. Mengingat kemudahan memperoleh materi, penyedia layanan kesehatan dapat segera menerapkan intervensi ini sebagai bentuk “alat pelindung diri” untuk menambah rekomendasi praktik saat ini. Penting untuk diketahui bahwa terdapat potensi risiko bahwa pengobatan profilaksis penyedia layanan kesehatan dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi SARS-CoV-2 dengan mempengaruhi fungsi mukosiliar atau imunitas lokal. Seperti yang disebutkan sebelumnya, dan layak untuk diulang, kami merekomendasikan konsentrasi yang lebih rendah dari kewaspadaan yang berlebihan untuk meminimalkan kemungkinan yang belum teruji ini. Meskipun kami menjelaskan protokol ini dalam konteks penyedia garis depan yang merawat pasien di bagian kepala dan leher dan tengkorak, strategi ini dapat diterapkan untuk praktisi tambahan dengan eksposur pekerjaan. Mari kita ratakan kurva epidemiologi dan pertahankan komitmen kita untuk pertama-tama tidak merugikan.

Referensi

1. Liang W., Guan W., Chen R. Cancer patients in SARS-CoV-2 infection: a nationwide analysis in China. Lancet Oncol. 2020;21(3):335–337. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]

2. Wang D., Hu B., Hu C. Clinical characteristics of 138 hospitalized patients with 2019 novel coronavirus-infected pneumonia in Wuhan, China. Jama. 2020 [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]

3. Wu Z., McGoogan J.M. Characteristics of and important lessons from the coronavirus disease 2019 (COVID-19) Outbreak in China: Summary of a report of 72314 cases from the Chinese Center for Disease Control and Prevention. Jama. 2020 [Google Scholar]

4. Zou L., Ruan F., Huang M. SARS-CoV-2 viral load in upper respiratory specimens of infected patients. N Engl J Med. 2020;382(12):1177–1179. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]

5. Vukkadala N., Qian Z.J., Holsinger F.C., Patel Z.M., Rosenthal E. COVID-19 and the otolaryngologist – preliminary evidence-based review. Laryngoscope. 2020 [PubMed] [Google Scholar]

6. Eggers M., Koburger-Janssen T., Eickmann M., Zorn J. In vitro bactericidal and virucidal efficacy of povidone-iodine gargle/mouthwash against respiratory and oral tract pathogens. Infect Dis Therapy. 2018;7(2):249–259. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]

7. Kim J.H., Rimmer J., Mrad N., Ahmadzada S., Harvey R.J. Betadine has a ciliotoxic effect on ciliated human respiratory cells. J Laryngol Otol. 2015;129(Suppl 1):S45–50. [PubMed] [Google Scholar]

8. Gluck U., Martin U., Bosse B., Reimer K., Mueller S. A clinical study on the tolerability of a liposomal povidone-iodine nasal spray: implications for further development. ORL; J Oto-rhino-laryngology Relat Special. 2007;69(2):92–99. [PubMed] [Google Scholar]

9. Ramaswamykanive H., Nanavati Z., Mackie J., Linderman R., Lavee O. Cardiovascular collapse following povidone-iodine wash. Anaesth Intensive Care. 2011;39(1):127–130. [PubMed] [Google Scholar]

10. Lachapelle J.M. A comparison of the irritant and allergenic properties of antiseptics. Eur J Dermatol: EJD. 2014;24(1):3–9. [PubMed] [Google Scholar]

Sumber:
Leila J. Mady, Mark W. Kubik, [...], and Nicholas R. Rowan. 2020.
Consideration of povidone-iodine as a public health intervention for COVID-19: Utilization as “Personal Protective Equipment” for frontline providers exposed in high-risk head and neck and skull base oncology care. Oral Oncology.

Sunday, 20 September 2020

Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome


Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome (PRRS)


Apa itu Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome (PRRS)?


Sindrom reproduksi dan pernapasan babi atau Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome (PRRS), juga disebut penyakit telinga biru, adalah penyakit yang terkenal yang menyerang babi domestik. Gejalanya termasuk kegagalan dalam kerentanan, dan kerentanan terhadap infeksi bakteri. Ini disebabkan oleh virus yang diklasifikasikan sebagai anggota genus Arterivirus .
PRRS pertama kali dikenali di Amerika Serikat pada tahun 1987, dan virus penyebab diidentifikasi di Belanda pada tahun 1991.

PRRS adalah penyakit yang dikumpulkan dalam Kode Kesehatan Hewan Teresterial OIE dan komitmen Anggota OIE untuk melaporkan wabah ke OIE sesuai dengan Kode Kesehatan Hewan Terestrial OIE.

 

Penularan dan penyebaran

Asal penularan virus PRRS secara praktis paling sering disebabkan oleh pergerakan hewan yang terinfeksi. Bayi yang lahir dari bendungan yang mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, tetapi masih bisa menjadi penular virus.

Namun, virus juga ditemukan di feses, urin, dan air mani dan dapat disebarkan melalui kendaraan atau persediaan dan bahkan serangga telah ditemukan sebagai sumber penyebaran yang potensial. Selain itu, ada kemungkinan penyebaran angin. Ada bukti bahwa penyakit ini juga bisa menyebar melalui inseminasi buatan saat air mani terkontaminasi virus.

 

Risiko kesehatan masyarakat

Tidak ada bukti infeksi manusia dengan virus PRRS.

 

Tanda-tanda klinis

Seperti namanya, ada dua sindrom yang terkait dengan PRRS; kegagalan percobaan pada babi betina, dan penyakit pernafasan pada babi muda. Kegagalan penanggulangan dengan kemandulan, aborsi, anak babi yang lemah yang sering mati segera setelah lahir karena penyakit saluran pernapasan dan infeksi sekunder. Tahap gestasi, status entitas induk, dan virulensi virus menentukan tingkat infeksi.

Pada babi hutan dan babi betina yang tidak dikawinkan, demam sementara dan anoreksia dapat diamati, tetapi sering

Virus memiliki kecenderungan untuk makrofag (sel darah putih) di paru-paru di mana ia berkembang biak sehingga mengurangi respons kekebalan. Sindrom pernapasan dikenali dari kesulitan bernapas, demam, kehilangan nafsu makan, dan kelesuan, perubahan warna tubuh menjadi merah, dan telinga biru. Hewan yang lebih muda lebih. Seringkali terdapat terdapat kematian yang tinggi, meskipun hewan yang terinfeksi juga tidak menunjukkan penyakit sama sekali. Dan terlepas dari namanya, telinga biru, karena suplai darah yang terbatas, hanyalah tanda sementara dari penyakit ini.

Dengan ketegangan yang lebih ganas, seperti yang terjadi pada wabah di China tahun 2006, babi dapat ditemukan mati tanpa tanda peringatan.

 

Diagnostik

Karena isolasi virus membutuhkan seleksi teknis, pengujian serologis dilakukan. Pedoman untuk mendiagnosis penyakit dalam OIE.

 

Pencegahan dan pengendalian

Jika penyakit ada di suatu negara atau zona, pengendalian yang diterapkan di tingkat peternakan individu dapat bekerja untuk mencegah masuknya penyakit. Hal ini membutuhkan status kesehatan dan babi, serta isolasi dan aklimatisasi yang tepat dari ternak yang masuk. Babi harus diuji ulang pada saat kedatangan di fasilitas isolasi dan 45-60 hari kemudian, sebelum masuk ke kawanan.

Jika penyakit merebak di peternakan, depopulasi dengan penyakit dan desinfeksi berikutnya dan pembuangan bangkai yang tepat telah digunakan untuk menghilangkan infeksi. Penggunaan produksi multisite dan penyapihan awal dengan pengujian terpisah dan pemindahan juga telah dicoba.

Ada vaksin dan efektif. Vaksin komersial, baik yang selamat hidup maupun mati, telah digunakan dan efektif dalam mengendalikan wabah dan mencegah kerugian ekonomi. Vaksin harus diproduksi dengan mengikuti OIE Manual of Diagnostic Tests and Vaccines for Terrestrial Animals terbaru .

 

Distribusi geografis

Sindrom pembinaan dan pernapasan babi sekarang ditemukan di sebagian besar wilayah dunia tempat babi dibesarkan. Selain Eropa dan Amerika Utara, ia diidentifikasi di Cina pada tahun 1995 dan terdapat di Jepang, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Korea di antara negara-negara lain di Asia. Australia, Selandia Baru, beberapa negara Eropa, sebagian Afrika dan India saat ini bebas dari penyakit tersebut.

Sumber : Animal Teresterial Health Code, OIE