Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, 6 February 2020

Mendorong Ekspor Produk Pertanian Indonesia


Peran Atase Mendorong Ekspor Produk Pertanian Indonesia


Sebagai duta pertanian di luar negeri, Atase Pertanian (Atani) Indonesia telah mengantongi banyak informasi berkaitan dengan peluang pasar ekspor produk pertanian Indonesia, serta peluang kerjasama teknis untuk mendorong dan meningkatkan daya saing dengan sejumlah negara. 

Peran Atani sangat penting dalam memobilisasi dan menarik berbagai bantuan teknis dan investasi, fasilitasi akses pasar untuk berbagai komoditas pertanian unggulan Indonesia ke pasar global, melakukan advokasi kebijakan dalam rangka meyakinkan mitra bilateral dan mempengaruhi kebijakan global agar lebih berpihak pada kepentingan sektor pertanian lokal di Indonesia, serta membuka pasar non-tradisional untuk komoditas pertanian unggulan.

"Saat ini pasar Uni Eropa sangat menekankan pentingnya precision farming dan post harvest handling, juga masalah food safety yang menjadi persyaratan mutlak. Peluang pasar untuk produk-produk unggulan pertanian di pasar UE di antaranya fine flavour cacao, aneka bumbu dapur seperti daun salam, kemangi," ujar Wahida, Atani Brussel dalam dalam Kegiatan Sinkronisasi Program dan Evaluasi Kinerja Atase Pertanian yang dihadiri oleh 120 peserta  yang terdiri dari Atase Kementan serta dari berbagai K/L, Asosiasi, Akademisi dan pelaku usaha pertanian, di Bali pada Kamis (7/2). 

Sementara pasar Jepang menurut Atani Tokyo, Sri Nuryanti menjelaskan bahwa Jepang lebih mementingkan penerapan standar higinitas produk, performa komoditas, keseragaman, pengemasan dan labeling. Buah pisang, mangga, dan pepaya lebih banyak di impor dari Filipina, Ekuador, dan Peru.

 "Sedangkan pasar Amerika Serikat terbuka untuk komoditas hortikultura seperti nanas, pisang, dan alpukat, serta rempah-rempah," kata Hari Edi Soekirno, Atani Washington

Berbeda halnya dengan pasar Italia. Menurut Ida Ayu Ratih, Atani Roma, untuk produk  nanas segar sedang di suspend karena tidak kompetitif harga jualnya. Sedangkan ekspor Nanas dalam kaleng RI ke Italia masih berjalan dengan nilai transaksi 3-3,5 juta USD. 

“Di semester pertama tahun 2019 ini, telah tercatat transaksi sebesar 1,8 juta USD untuk pemesanan nanas kaleng dari GGP (Great Giant Pineapple),” jelas Ida 

Kerjasama Teknis Muluskan Peluang Ekspor

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Pertanian (Kementan), Ade Candradijaya mengungkapkan bahwa komoditas pertanian Indonesia sangat beragam dan memiliki banyak keunggulan karena memiliki taste yang spesifik. Saat ini yang perlu dilakukan adalah mengatasi beberapa kendala seperti organisme pengganggu tumbuhan (OPT), masalah kontinuitas, dan logistik/pengiriman yang cukup mahal. 

"Misalnya buah Salak. Ketidaksiapan petani untuk kualitas produk, kurangnya pemahaman terkait Sanitary and Phytosanitary (SPS), serta tidak terpantau adanya perubahan kebijakan yang diterapkan negara tujuan ekspor. Dibutuhkan pemahaman yang terus menerus guna mempersiapkan suatu produk siap ekspor," tambahnya. 

Sebagai upaya mencari jalan keluar, atase pertanian RI telah membuka komunikasi yang membuahkan sejumlah potensi kerjasama teknis. Di antaranya dengan negara Jepang, yakni :
1.  Investasi agribisnis budidaya pisang dan pengolahan tepung pisang 
2.  Kerjasama Sheet Pipe System untuk irigasi lahan basah / rawa dari Kyouwa 
3.  Kerjasama sister City Yokote - Pasuruan untuk agribisnis apel, anggur, pear
4.  Kerjasama investasi infrastruktur ekspor mangga oleh Sumitomo Forestry 
5.  Kerjasama teknis pengembangan bahan bakar berbahan baku kelapa sawit Eco  SUPPORT - PTPN II – PPKS.

Dengan negeri paman Sam, Potensi Kerja Sama Teknis RI-Amerika Serikat:
1.  Upaya antisipasi terjadinya kendala di bidang perdagangan ekspor komoditas pertanian/pangan RI untuk masuk ke pasar Amerika Serikat, pihak GMA-SEF (Grocery Manufactures Association - Science and Education Foundation) dan STDF (Standards and Trade Development Facility) berencana menawarkan kerja sama dengan Pemri dalam bentuk pelatihan Training of Trainer (ToT).
2.  penawaran beasiswa bagi lulusan Polibangtan untuk melanjutkan studi ke Amerika Serikat oleh 4 State University di USA.

"Untuk negara Belgia, Kerja Sama Teknis dengan RI sudah berjalan dan harus ditingkatkan di antaranya pengembangan sapi potong Belgian Blue, serta bantuan expert pendirian museum pertanian dan museum tanah. Kini sedang dijajaki pengembangan pendidikan vokasi dengan salah satu universitas di Jerman," jelas Wahida.


Sumber:
Kementerian Pertanian Republik Indonesia
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan
Jakarta 12550, Indonesia
10 Februari 2019

SE Dirjen PKH Kewaspadaan Dini 2019-CoV


SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
NOMOR : 00964/SE/PK.320/F/02/2020

TENTANG
KEWASPADAAN DINI TERHADAP INFEKSI NOVEL CORONAVIRUS (2019-nCoV)

Menindaklanjuti laporan wabah novel Coronavirus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok beberapa waktu yang lalu dan telah menyebar ke 23 Negara, serta telah ditetapkannya keadaan Darurat Internasional dari World Health Organization (WHO) tanggal 30 Januari 2020 atas mewabahnya virus tersebut maka perlu disampaikan hal-hal sebagai berikut:
1.   Sampai dengan tanggal 1 Februari 2020, telah dikonfirmasi sebanyak 11.953 orang terinfeksi virus ini dan 259 di antara meninggal dunia. Selain Tiongkok, infeksi 2019-nCoV ini telah dilaporkan di 23 negara yaitu: Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Singapura, Australia, Malaysia, Kamboja, Filipina, Thailand, Nepal, Sri Langka, India, Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Finlandia, Jerman, Italia, Rusia, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Uni Emirat Arab.
2.   Gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi virus ini bervariasi, mulai dari tidak menunjukkan gejala klinis sampai dengan gangguan pernafasan yang parah dan menimbulkan kematian. Masa inkubasi diperkirakan berkisar antara 2-14 hari. Sampai dengan saat ini, belum ada vaksin atau obat yang efektif terhadap infeksi virus ini.

3.   Analisa genetik dari virus ini menunjukkan adanya kedekatan kekerabatan dengan Coronavirus yang ditemukan pada kelelawar. Namun, perlu investigasi lebih lanjut untuk dapat mengkonfirmasi bahwa hewan menjadi sumber penularan ke manusia. Sampai dengan saat ini, rute penularan yang dianggap paling berisiko adalah penularan dari manusia ke manusia.

4.   Berdasarkan informasi sementara yang diperoleh dari Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) yaitu: hasil analisa genetik virus 2019-nCoV menunjukan kedekatan virus ini dengan penyebab penyakit pernafasan lainnya, yang sebelumnya mewabah yaitu SARS {severe acute respiratory syndrome) dan MERS-CoV {Middle East respiratory syndrome-related coronavirus) dan penyakit pernafasan lainnya yaitu Avian Influenza.

5.   Perlu diwaspadai adanya indikasi bahwa penyakit ini berpotensi menular dari hewan ke manusia (zoonosis). Walaupun sampai saat ini belum ada bukti bahwa virus ini dapat menginfeksi hewan kesayangan (oleh WHO: anjing dan kucing), ular, musang, serta khusus untuk kelelawar dicurigai ada kedekatan kekerabatan genetik virus tersebut (OIE).

6.   Perlu dilakukan pengawasan lebih ketat terhadap lalu lintas masuknya hewan dan produk hewan dari negara tertular.

Berdasarkan hal tersebut di atas, disampaikan himbauan sebagai upaya kewaspadaan dini terhadap ancaman virus dimaksud dari aspek kesehatan hewan di Indonesia yaitu :

1.      Jika ditemukan adanya hewan dan satwa liar yang sakit atau mati, agar segera melaporkan kepada Petugas Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat atau melapor melalui Direktorat Kesehatan Hewan, HP 082112847072 atau 081316926767 atau ke email: keswan@pertanian.go.id

2.      Balai Besar Veteriner/Balai Veteriner agar melakukan surveilans, monitoring dan investigasi terhadap laporan kasus penyakit pada hewan dan satwa liar yang berkaitan dengan kasus dugaan infeksi 2019-nCoV pada manusia;

3.      Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Otoritas yang menangani satwa liar setempat, terutama jika ada laporan kasus yang menunjukan gejala klinis pneumonia (radang paru-paru) pada manusia;

4.      Melakukan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) pada kelompok risiko tinggi: dokter hewan, paramedik, peternak, pedagang/pengepul satwa liar dan pemilik hewan yang menangani hewan hidup dan produknya.

5.      Kepada masyarakat yang berisiko tinggi agar memperhatikan hygiene personal (menerapkan pola hidup bersih dan sehat), dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan sangat disarankan untuk memakai APD (Alat Pelindung Diri) setiap kali kontak dengan hewan dan produknya serta menjaga daya tahan tubuh dengan gizi, olah raga dan istirahat yang cukup.



Epidemi Coronavirus Melampaui Epidemi SARS 2003


Jumlah kasus coronavirus di seluruh dunia telah melampaui epidemi SARS, yang menyebar ke lebih dari dua lusin negara pada tahun 2003.

Ada sekitar 8.100 kasus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau sindrom pernafasan akut yang parah yang dilaporkan pada saat wabah selama delapan bulan.

Tetapi hampir 10.000 orang telah terinfeksi virus corona baru, sebagian besar di Cina, sejak munculnya pada bulan Desember 2019.  Lebih dari 100 kasus telah dilaporkan di luar Tiongkok, di 22 negara.

Jumlah kematian sejauh ini mencapai 213 - semuanya di Tiongkok.  Secara total, 774 orang meninggal karena SARS.

Pada hari Kamis (30 Desember 2019) WHO, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan darurat kesehatan global terdapat wabah baru.

Dua kasus virus dikonfirmasi untuk pertama kalinya di Inggris pada hari Jumat.  Sebagian besar kasus internasional terjadi pada orang yang pernah mengunjungi kota Wuhan di Cina di provinsi Hubei, tempat virus itu berasal.

Tetapi Jerman, Jepang, Vietnam, Amerika Serikat, Thailand dan Korea Selatan telah melaporkan kasus-kasus pasien yang terinfeksi oleh orang-orang yang bepergian ke Cina.

Ketua Partai Komunis Wuhan mengatakan pada hari Jumat bahwa kota itu seharusnya mengambil langkah-langkah cepat untuk mengendalikan virus.

"Jika langkah-langkah pengendalian yang ketat telah dilakukan sebelumnya, hasilnya akan lebih baik daripada sekarang," kata Ma Guoqiang kepada penyiar negara CCTV.  "Epidemi mungkin telah sedikit berkurang, dan tidak sampai pada situasi saat ini."

Bagaimana wabah ini dibandingkan dengan SARS ?

SARS adalah jenis coronavirus yang pertama kali muncul di provinsi Guangdong di Cina pada November 2002. Pada saat itu wabah berakhir pada bulan Juli tahun berikutnya, wabah itu telah menyebar ke lebih dari dua lusin negara.

Sedangkan Coronavirus baru muncul pada bulan lalu (Desember 2019).  Akan tetapi sejauh ini (baru sebulan kemudian), telah menyebar ke lebih sedikit negara dan - sementara lebih banyak orang telah terinfeksi secara global - itu telah mengakibatkan lebih sedikit kematian.

Pada hari Rabu (29 Januari 2020), jumlah kasus yang dikonfirmasi di China melampaui epidemi SARS.  SARS juga diperkirakan merugikan ekonomi global lebih dari $ 30 miliar.  Tetapi para ekonom mengatakan bahwa coronavirus baru dapat memiliki dampak yang lebih besar pada perekonomian dunia.  Ini telah memaksa perusahaan global termasuk raksasa teknologi, pembuat mobil dan agen penjualan untuk menutup sementara di Cina.

Cina juga dikritik oleh badan kesehatan global PBB karena menyembunyikan skala wabah SARS asli.  Cina telah dipuji karena merespon virus terbaru ini dengan melakukan langkah-langkah yang sulit, termasuk mengkarantina secara efektif jutaan penduduk di kota-kota. Lebih sulit dikenali dan lebih sulit dihentikan.

Mengapa wabah ini lebih sulit untuk dihentikan daripada SARS ?

Jawabannya bukan ke Cina - kecepatan dan skala respon negara terhadap virus baru ini secara luas dianggap belum pernah terjadi sebelumnya.  Perbedaannya adalah cara virus hidup di dalam sel tubuh manusia.  SARS adalah infeksi ganas yang tidak dapat anda lewatkan - pasien hanya menular ketika mereka memiliki gejala.  Hal ini membuat kita relatif mudah untuk mengisolasi orang sakit dan melakukan tidakan karantina terhadap siapapun yang mungkin telah terpapar.

Tetapi virus baru, 2019-nCov, lebih sulit dikenali dan karenanya lebih sulit untuk dihentikan penyebarannya. Dari sudut pandang virus, ia memiliki strategi bertahan evolusi yang jauh lebih pintar daripada SARS.

Perkiraan terbaik hanya satu dari lima kasus yang menyebabkan gejala parah, jadi alih-alih orang yang terinfeksi muncul di rumah sakit, anda harus keluar dan mencari mereka yang terinfeksi.

Dan kami mendapatkan rincian kasus terdokumentasi dari orang yang menyebarkan virus bahkan sebelum mereka memiliki gejala.

Ada kecenderungan untuk fokus hanya pada seberapa mematikan virus itu.  Tetapi inilah, dikombinasikan dengan kemampuan virus untuk menyebar, yang menentukan ancaman sebenarnya.

Bagaimana Cina menangani masalah ini?

Kasus yang dikonfirmasi di Tibet berarti virus tersebut telah mencapai setiap wilayah di daratan Cina. Provinsi pusat Hubei, tempat hampir semua kematian terjadi, berada dalam kondisi terkunci.  Provinsi berpenduduk 60 juta orang ini adalah rumah bagi Wuhan, yang merupakan jantung dari wabah ini.

Kota ini secara efektif telah ditutup dan China telah memberlakukan banyak pembatasan transportasi untuk mencegah penyebaran virus.  Orang-orang yang telah berada di Hubei juga disuruh bekerja dari rumah.

China mengatakan akan mengirim pesawat sewaan untuk membawa kembali warga Hubei yang berada di luar negeri "sesegera mungkin".  Seorang juru bicara kementerian luar negeri mengatakan ini karena "kesulitan praktis" yang dihadapi warga Tiongkok di luar negeri.

Virus ini mempengaruhi ekonomi China, terbesar kedua di dunia, dengan semakin banyak negara yang menyarankan warganya untuk menghindari semua perjalanan yang tidak penting ke negara itu.

Bagaimana tanggapan negara-negara di dunia?

Evakuasi sukarela dari ratusan warga asing dari Wuhan sedang berlangsung.  Inggris, Australia, Korea Selatan, Singapura, dan Selandia Baru diperkirakan akan mengkarantina semua pengungsi selama dua minggu untuk memantau gejala dan menghindari penularan.

Australia berencana untuk mengkarantina pengungsi di Pulau Christmas, 2.000 km (1.200 mil) dari daratan di pusat penahanan yang telah digunakan untuk menampung para pencari suaka.

Informasi perkembangan terakhir yang lain adalah sebagai berikut:
   Rusia mengatakan dua warga China telah ditempatkan dalam isolasi setelah mereka dinyatakan positif virus.
   Singapura menutup perbatasannya untuk semua pelancong dari Tiongkok.
   Italia mengumumkan keadaan darurat selama enam bulan setelah dua turis Tiongkok di Roma didiagnosis mengidap virus Corona.
   Thailand mengkonfirmasi kasus penularan dari manusia ke manusia yang pertama.
   Mongolia menghentikan sementara semua kedatangan dari Cina hingga 2 Maret.  Dan Mongolia juga melarang warganya bepergian ke negara itu.
   Di AS, pejabat kesehatan Chicago melaporkan kasus pertama penularan dari manusia ke manusia
   Rusia memutuskan untuk menutup perbatasan timur laut dengan China sepanjang 4.300 km (2.670 mil).
   Jepang menaikkan tingkat penasehat penyakit menularnya ke Cina.
   Sekitar 250 warga negara Prancis dievakuasi dari Wuhan
   India mengkonfirmasi kasus pertama virus - seorang siswa di negara bagian selatan Kerala yang belajar di Wuhan.
   Israel melarang semua koneksi penerbangan dengan Cina.
   Korea Utara menangguhkan semua penerbangan dan kereta api ke dan dari China, kata duta besar Inggris untuk Korea Utara.

Sumber:
Coronavirus: Worldwide Cases Overtake 2003 SARS Outbreak.  ZBC News. 31 January 2020.

Monday, 3 February 2020

Pernyataan II Komite Darurat: Wabah 2019-nCoV

 

Pernyataan tentang Pertemuan Kedua Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional (2005) terkait Wabah Virus Korona Baru (2019-nCoV)

 

Pertemuan kedua Komite Darurat yang diadakan oleh Direktur Jenderal WHO berdasarkan Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) (2005) terkait wabah virus korona baru 2019 di Republik Rakyat Tiongkok, dengan penyebaran ke negara lain, berlangsung pada hari Kamis, 30 Januari 2020, dari pukul 13.30 hingga 18.35 waktu Jenewa (CEST). Peran Komite adalah memberikan nasihat kepada Direktur Jenderal, yang membuat keputusan akhir terkait penentuan Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (PHEIC). Komite juga memberikan saran kesehatan masyarakat atau mengusulkan Rekomendasi Sementara formal yang sesuai.

 

Proses Pertemuan

 

Anggota dan penasihat Komite Darurat diundang untuk mengikuti telekonferensi.

Direktur Jenderal menyambut Komite dan mengucapkan terima kasih atas dukungan mereka. Beliau menyerahkan pertemuan kepada Ketua, Profesor Didier Houssin.

 

Profesor Houssin juga menyambut Komite dan memberikan kesempatan kepada Sekretariat untuk memulai.

 

Seorang perwakilan dari departemen kepatuhan, manajemen risiko, dan etika memberikan pengarahan kepada anggota Komite tentang peran dan tanggung jawab mereka.

 

Anggota Komite diingatkan tentang kewajiban mereka untuk menjaga kerahasiaan dan tanggung jawab untuk mengungkapkan hubungan pribadi, keuangan, atau profesional yang dapat dianggap sebagai konflik kepentingan. Semua anggota yang hadir disurvei, dan tidak ditemukan konflik kepentingan yang relevan dengan pertemuan tersebut. Tidak ada perubahan sejak pertemuan sebelumnya.

 

Ketua kemudian meninjau agenda pertemuan dan memperkenalkan para penyaji.

 

Perwakilan Kementerian Kesehatan Republik Rakyat Tiongkok melaporkan situasi terkini dan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang diambil. Saat ini terdapat 7.711 kasus yang dikonfirmasi dan 12.167 kasus yang dicurigai di seluruh negeri. Dari kasus yang dikonfirmasi, 1.370 bersifat parah dan 170 orang meninggal dunia. Sebanyak 124 orang telah pulih dan dipulangkan dari rumah sakit.

 

Sekretariat WHO memberikan gambaran situasi di negara lain. Saat ini terdapat 83 kasus di 18 negara. Dari jumlah tersebut, hanya 7 kasus yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok. Penularan antar manusia telah terjadi di 3 negara di luar Tiongkok. Satu kasus tersebut bersifat parah, dan belum ada kematian yang dilaporkan.

 

Pada pertemuan pertama, Komite mengemukakan pandangan yang berbeda tentang apakah peristiwa ini memenuhi kriteria PHEIC atau tidak. Saat itu, nasihatnya adalah bahwa peristiwa tersebut belum memenuhi kriteria PHEIC, namun anggota Komite sepakat tentang urgensi situasi dan menyarankan agar pertemuan dilanjutkan pada hari berikutnya, di mana kesimpulan yang sama dicapai.

 

Pertemuan kedua ini berlangsung mengingat peningkatan signifikan dalam jumlah kasus dan laporan tambahan dari negara-negara lain.

 

Kesimpulan dan Nasihat

 

Komite menyambut baik kepemimpinan dan komitmen politik dari tingkat tertinggi pemerintah Tiongkok, komitmen mereka terhadap transparansi, dan upaya yang dilakukan untuk menyelidiki serta menahan wabah saat ini. Tiongkok dengan cepat mengidentifikasi virus dan membagikan urutannya sehingga negara lain dapat mendiagnosisnya dengan cepat dan melindungi diri, yang telah memungkinkan pengembangan alat diagnostik secara cepat.

 

Langkah-langkah kuat yang diambil oleh negara tersebut mencakup komunikasi harian dengan WHO dan pendekatan multi-sektoral yang komprehensif untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Tiongkok juga telah mengambil langkah-langkah kesehatan masyarakat di kota-kota dan provinsi lain; melakukan studi tentang tingkat keparahan dan penyebaran virus, serta berbagi data dan bahan biologis. Negara ini juga sepakat untuk bekerja sama dengan negara lain yang membutuhkan dukungan mereka. Langkah-langkah yang diambil oleh Tiongkok sangat bermanfaat, tidak hanya untuk negara tersebut tetapi juga untuk dunia.

 

Komite mengakui peran kepemimpinan WHO dan mitra-mitranya.

 

Komite juga mengakui bahwa masih banyak hal yang belum diketahui. Kasus-kasus telah dilaporkan di lima wilayah WHO dalam satu bulan, dan penularan antar manusia telah terjadi di luar Wuhan dan di luar Tiongkok.

 

Komite percaya bahwa penyebaran virus masih dapat dihentikan, asalkan negara-negara menerapkan langkah-langkah yang kuat untuk mendeteksi penyakit secara dini, mengisolasi dan merawat kasus, melacak kontak, serta mempromosikan langkah-langkah pembatasan sosial yang sesuai dengan tingkat risiko. Penting untuk dicatat bahwa seiring dengan perkembangan situasi, tujuan strategis dan langkah-langkah untuk mencegah serta mengurangi penyebaran infeksi juga akan berkembang. Komite sepakat bahwa wabah ini sekarang memenuhi kriteria sebagai Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern atau PHEIC) dan mengusulkan saran berikut untuk dikeluarkan sebagai Rekomendasi Sementara.

 

Komite menekankan bahwa deklarasi PHEIC harus dilihat sebagai bentuk dukungan dan apresiasi terhadap Tiongkok, rakyatnya, serta tindakan yang telah diambil Tiongkok di garis depan wabah ini dengan transparansi, dan diharapkan dapat berhasil. Sesuai dengan kebutuhan akan solidaritas global, Komite merasa bahwa diperlukan upaya terkoordinasi secara global untuk meningkatkan kesiapsiagaan di wilayah lain di dunia yang mungkin membutuhkan dukungan tambahan.

 

Saran untuk WHO

 

Komite menyambut baik misi teknis multidisiplin WHO yang akan datang ke Tiongkok, yang melibatkan pakar nasional dan lokal. Misi ini harus meninjau dan mendukung upaya untuk menyelidiki sumber hewan dari wabah ini, spektrum klinis penyakit dan tingkat keparahannya, sejauh mana penularan antarmanusia di masyarakat dan fasilitas kesehatan, serta upaya untuk mengendalikan wabah. Misi ini akan memberikan informasi kepada komunitas internasional untuk membantu memahami situasi dan dampaknya serta memungkinkan berbagi pengalaman dan langkah-langkah yang berhasil.

 

Komite ingin kembali menekankan pentingnya mempelajari kemungkinan sumber untuk menyingkirkan penularan yang tersembunyi dan memberikan informasi bagi langkah-langkah pengelolaan risiko.

 

Komite juga menekankan perlunya peningkatan surveilans di wilayah luar Hubei, termasuk pengurutan genom patogen, untuk memahami apakah terjadi siklus penularan lokal.

 

WHO harus terus menggunakan jaringan ahli teknisnya untuk menilai cara terbaik untuk mengendalikan wabah ini secara global.

 

WHO harus memberikan dukungan yang lebih intensif untuk persiapan dan tanggapan, terutama di negara dan wilayah yang rentan.

 

Langkah-langkah untuk memastikan pengembangan dan akses cepat terhadap vaksin potensial, diagnostik, obat antivirus, dan terapi lainnya untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah harus dikembangkan.

 

WHO harus terus memberikan semua dukungan teknis dan operasional yang diperlukan untuk merespons wabah ini, termasuk melalui jaringan luas mitra dan institusi kolaborasinya, mengimplementasikan strategi komunikasi risiko yang komprehensif, dan memungkinkan kemajuan penelitian serta pengembangan ilmiah terkait coronavirus baru ini.

 

WHO harus terus mengeksplorasi kelayakan menciptakan tingkat peringatan antara kemungkinan biner PHEIC atau bukan PHEIC, tanpa harus membuka kembali negosiasi terhadap teks IHR (2005).

 

WHO harus meninjau situasi dengan transparansi secara tepat waktu dan memperbarui rekomendasinya yang berbasis bukti.

 

Komite tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan atau perdagangan berdasarkan informasi saat ini.

 

Direktur Jenderal menyatakan bahwa wabah 2019-nCoV merupakan PHEIC, menerima saran Komite, dan mengeluarkan saran ini sebagai Rekomendasi Sementara berdasarkan IHR.

 

Kepada Republik Rakyat Tiongkok

Lanjutkan untuk:

  • Menerapkan strategi komunikasi risiko yang komprehensif guna secara teratur menginformasikan populasi tentang perkembangan wabah, langkah-langkah pencegahan dan perlindungan bagi masyarakat, serta langkah-langkah tanggapan yang diambil untuk penanggulangan wabah.

  • Meningkatkan langkah-langkah kesehatan masyarakat untuk penanggulangan wabah saat ini.

  • Memastikan ketahanan sistem kesehatan dan melindungi tenaga kesehatan.

  • Meningkatkan surveilans dan pencarian kasus aktif di seluruh Tiongkok.

  • Bekerja sama dengan WHO dan mitra untuk melakukan penyelidikan guna memahami epidemiologi dan evolusi wabah ini serta langkah-langkah untuk menanggulanginya.

  • Berbagi data relevan tentang kasus manusia.

  • Terus mengidentifikasi sumber zoonosis dari wabah ini, khususnya potensi sirkulasi, dengan WHO segera setelah data tersedia.

  • Melakukan penyaringan keberangkatan di bandara dan pelabuhan internasional, dengan tujuan mendeteksi dini pelancong yang menunjukkan gejala untuk evaluasi dan pengobatan lebih lanjut, sambil meminimalkan gangguan terhadap lalu lintas internasional.

 

Kepada Semua Negara

Kemungkinan ekspor internasional kasus lebih lanjut dapat muncul di negara mana pun. Oleh karena itu, semua negara harus siap untuk melakukan penanggulangan, termasuk surveilans aktif, deteksi dini, isolasi dan manajemen kasus, pelacakan kontak, dan pencegahan penyebaran infeksi 2019-nCoV lebih lanjut, serta berbagi data lengkap dengan WHO. Saran teknis tersedia di situs web WHO.

 

Negara-negara diingatkan bahwa mereka diwajibkan secara hukum untuk berbagi informasi dengan WHO berdasarkan IHR.

 

Setiap deteksi 2019-nCoV pada hewan (termasuk informasi tentang spesies, uji diagnostik, dan informasi epidemiologis yang relevan) harus dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) sebagai penyakit yang baru muncul.

 

Negara-negara harus memberikan penekanan khusus pada pengurangan infeksi manusia, pencegahan penularan sekunder, dan penyebaran internasional, serta berkontribusi pada tanggapan internasional melalui komunikasi dan kolaborasi lintas sektor serta partisipasi aktif dalam peningkatan pengetahuan tentang virus dan penyakit ini, serta kemajuan penelitian.

 

Komite tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan atau perdagangan berdasarkan informasi saat ini.

 

Negara-negara harus memberi tahu WHO tentang langkah-langkah perjalanan yang diambil, sebagaimana diwajibkan oleh IHR. Negara-negara diingatkan untuk tidak melakukan tindakan yang mempromosikan stigma atau diskriminasi, sesuai dengan prinsip Pasal 3 IHR.

 

Kepada Komunitas Global

Sebagai coronavirus baru, dan dengan pengalaman sebelumnya bahwa virus sejenis membutuhkan upaya substansial untuk memungkinkan berbagi informasi dan penelitian secara teratur, komunitas global harus terus menunjukkan solidaritas dan kerja sama, sesuai dengan Pasal 44 IHR (2005), untuk saling mendukung dalam mengidentifikasi sumber virus baru ini, potensi penuh penularan antarmanusia, kesiapsiagaan terhadap kemungkinan impor kasus, dan penelitian untuk mengembangkan pengobatan yang diperlukan.

 

Berikan dukungan kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk memungkinkan tanggapan mereka terhadap kejadian ini, serta memfasilitasi akses terhadap diagnostik, vaksin potensial, dan terapi.

 

Sesuai Pasal 43 IHR, Negara-negara Pihak yang menerapkan langkah kesehatan tambahan yang secara signifikan mengganggu lalu lintas internasional (penolakan masuk atau keluar pelancong internasional, barang bawaan, kargo, kontainer, alat angkut, barang, dan sebagainya, atau keterlambatan lebih dari 24 jam) wajib mengirimkan alasan dan justifikasi kesehatan masyarakat kepada WHO dalam waktu 48 jam sejak pelaksanaannya. WHO akan meninjau justifikasi tersebut dan dapat meminta negara-negara untuk mempertimbangkan kembali langkah-langkah mereka. WHO wajib berbagi dengan Negara-negara Pihak lainnya informasi tentang langkah-langkah tersebut dan justifikasi yang diterima.

 

Komite Darurat akan diadakan kembali dalam waktu tiga bulan atau lebih awal, atas kebijakan Direktur Jenderal.

 

Direktur Jenderal menyampaikan terima kasih kepada Komite atas pekerjaannya.

 

Sumber:

Pernyataan WHO, 30 Januari 2020