Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, 11 May 2011

Informasi Bahan Pangan yang Mengandung Radioactive

Tanya Jawab terkait dengan bahan pangan yang mengandung bahan radioactive.

Apa yang akan terjadi bila makanan yang mengandung bahan radioactive terkonsumsi?

Bila bahan radioactive ada di dalam makanan atau air terkonsumsi, maka akan tertinggal di dalam tubuh dan memancarkan radiasi. Emisi dari pembangkit nuklir Fukushima, yaitu Iodine 131 telah ditemukan pada susu, sayuran, dan air, memilki waktu paruh 8 hari, sehingga akan kehilangan separuh radiasinya dalam 8 hari dst. Iodine 131 tidak akan tertinggal di dalam tanah dalam waktu yang lama. Sementara itu, cesium 137 mempunyai waktu paruh selama 30 tahun, sehingga akan tertinggal di tanah atau produk pertanian dalam waktu yang lebih lama. Akan tetapi bila cesium 137 terkonsumsi, maka sebagian besar akan dikeluarkan dari dalam tubuh

Bagaimana bahan radioactive ini masuk ke dalam tubuh?

Iodine 131 dan cesium 137 masuk ke dalam tubuh lewat oral/konsumsi bahan pangan dan pernafasan. Iodine 131 bisa menempel di rumput, yang menjadi pakan sapi dan masuk ke manusia lewat konsumsi susu atau diary product, atau terkonsentrasi dalam ikan yang menjadi konsumsi manusia. Cesium 137 bisa masuk ke dalam tubuh lewat oral, pernafasan, atau kontak dengan tubuh saat kita melewati daerah yang terkontaminasi oleh Cesium 137.

Bagaimana bahan radioactive ini menempel pada bahan makanan?

Iodine dan Cesium dilepaskan dalam bentuk gas atau dust, lalu akan menempel pada permukaan tanaman yang berdaun lebar, seperti bayam, atau kobis. Mereka akan menempel di bagian permukaan, tetapi tidak mudah untuk masuk ke bagian dalam kubis atau bagian dalam tanaman. Direkomendasikan untuk mencucinya dengan air bersih, atau membuang bagian luar daun kobis, untuk menurunkan tingkat radiasinya.

Bagaimana pengaruh radioactive ini terhadap tubuh?

Anak-anak lebih sensitif terhadap pengaruh radioaktif dibandingkan dengan orang dewasa. Pada orang dewasa hanya sekitar 7 persen dari total Iodine yang masuk ke dalam tubuh akan disimpan dalam kelenjar tiroid, dan sisanya akan dikeluarkan oleh tubuh dalam waktu 24 jam. Sedangkan pada anak-anak Iodine akan tertinggal di dalam kelenjar tiroid sekitar 20 persen. Waktu paruh biologi Iodine di dalam tubuh: di dalam kelenjar tyroid 100 hari; tulang 14 hari; ginjal dan organ reproduktif: 7 hari.

Berbeda dengan Iodine, Cesium akan terdistribusi secara merata ke dalam jaringan dan organ tubuh. Sedikit lebih banyak akan menumpuk pada bagian otot. Akan tetapi Cesium hanya akan berada di dalam tubuh dalam waktu yang relatif singkat, dan akan dikeluarkan lewat urine.

Apakah radiasi di daerah Kanto membahayakan bagi kesehatan?

Meskipun radiasi didaerah Tokyo sudah dilaporkan hingga 20 kali dari biasanya, akan tetapi masih belum membahayakan. Di Shinjuku Ward dilaporkan 0.049 microsievert per jam pada jam 9 pagi, tanggal 18 Maret 2011. Jumlah itu masih jauh lebih kecil dibanding radiasi alami yang diterima oleh penduduk Jepang, yaitu sekitar 1.5 milisievert per tahun.

Provisional limit radiasi beberapa produk pangan

Bahan pangan

Iodine 131

Cesium 137

(Becquerel per kg)

(Becquerel per kg)

Bayam dan sayuran lain (selain yang berada di dalam tanah)

2000

-

Air minum, susu, dairy producy

300

200

Susu bayi, ASI

100

-

Sayuran, serealia, daging, ikan, telur

-

500

(sumber: Yomiuri on line)

Iodine 131 banyak digunakan di dalam dunia medis dan penelitian biologi, karena waktu paruhnya yang pendek dan emisi betanya yang berguna. Zat radioaktif ini banyak digunakan untuk mengetahui efektivitas suatu obat atau untuk keperluan imaging struktur organ atau jaringan.

Sumber : KBRI Tokyo

Tuesday, 10 May 2011

Bantuan untuk Petani yang Kurang Mampu

Bantuan Hibah Jepang bagi Republik Indonesia pada Putaran Kennedy Kedua (2KRSecond Kennedy Round) berupa ”Bantuan untuk Petani yang Kurang Mampu”

1.

Pada tanggal 12 Januari 2011, pemerintah Jepang telah menyetujui proyek pemanfaatan dana imbangan yang dikenal dengan nama Putaran Kennedy Dua (2KR) dalam bentuk bantuan hibah Jepang tahun 2011 berupa “Bantuan untuk Petani yang Kurang Mampu” sebesar 25 milyar rupiah atas permohonan dari pemerintah Indonesia.

2.

Pemerintah Indonesia secara konsisten terus mengupayakan kestabilan pasokan beras bagi rakyat dengan tujuan memperkokoh jaminan keamanan pangan. Bantuan hibah berupa “Bantuan untuk Petani yang Kurang Mampu” atau dikenal dengan Putaran Kennedy Dua (2KR) merupakan bantuan hibah Jepang untuk peningkatan produktifitas beras Indonesia dan membantu petani yang kurang mampu, yang mana pemerintah Indonesia membeli pupuk kalium dari luar negeri yang sulit didapatkan karena tidak dapat diproduksi di dalam negeri, dan menjualnya dengan harga murah kepada petani tersebut. Hasil penjualan pupuk ini akan diakumulasikan oleh pemerintah Indonesia dan dimanfaatkan sebagai bantuan untuk upaya-upaya mandiri bagi peningkatan pendapatan petani yang kurang mampu.

3.

Yang disetujui pada kesempatan ini adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk proyek yang ditangani petani kurang mampu sebagai berikut.

(1)

Peningkatan produktifitas tanaman umbi-umbian (singkong, ketela rambat) melalui regularisasi sistim pengawasan produksi

(2)

Peningkatan pendapatan petani melalui produksi gandum di NTT, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan

(3)

Peningkatan pendapatan petani skala kecil melalui pengembangan hortikultura yang berkesinambungan

(4)

Pengembangan perusahaan susu skala kecil melalui pemanfaatan sumber daya daerah dan penerapan proses limbah yang sistematis di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan

(5)

Proyek bantuan “Program produksi 1 juta ekor sapi” di propinsi NTB

(6)

Peningkatan pendapatan petani karet skala kecil melalui penggunaan hewan ternak untuk jarak tanam dan produksi pupuk organik di kabupaten Musi Rawas, propinsi Sumatera Selatan

(7)

Penguatan Pusat Latihan Pertanian dan Komunitas Pertanian

Dengan bantuan terhadap proyek-proyek di atas, diharapkan akan berkontribusi besar bagi pengentasan kemiskinan di Indonesia.

4.

Pemerintah Jepang akan membantu usaha-usaha yang dilakukan pemerintah Indonesia secara aktif dalam hal pasokan pangan yang stabil dan penanganan pengentasan kemisikinan.

Sumber : Kedutaan Besar Jepang di Jakarta

Pertemuan Teknis Surveillance PMK

 
Pertemuan Teknis Surveillance Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Nasional diselenggarakan di Pusat Veterinaria Farma (PUSVETMA) Surabaya pada tanggal 4 April 2011, dihadiri oleh : Nara Sumber berasal dari Dewan Pakar Asosiasi Epidemiologi Veteriner Indonesia (AEVI) yakni, Prof. Drh. Setyawan Budiharta, MPH., Ph.D., Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan : Drh Pudjiatmoko, Ph.D dan Instansi terkait yang membidangi Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta personil BPPV/BBVet yang membidangi Bagian Epidemiologi, yakni :

Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Medan, Drh. Gazwa Mettilia Hakim
Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Bukittinggi, Drh. Rina Hartini
Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Lampung, Drh. Syamsul Ma’arif dan Drh. Diyan Cahyaningsari
Balai Besar Veteriner Wates Jogjakarta, Drh. Akhmad Junaidi. MMA dan Drh. Samkhan, M.Pert.
Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Subang, Drh. Satriyo Setyo Utomo
Balai Besar Veteriner Maros, Drh. Tangguh Pitona, M.Si
Balai Besar Veteriner Denpasar, Drh. Gunawan Setiaji
Balai Pengujian Mutu dan Produk Peternakan, Drh. Suparno, MM., M.Si

Serta diikuti Dinas terkait lainnya yang membidangi Peternakan dan Kesehatan Hewan, dari Sumatra Utara, Riau. Kepri, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Maluku Utara.

Dalam pertemuan tersebut telah ada kata kesepakatan antara penyelengga dan Dewan Pakar Epidemiologi dari Asosiasi Epidemiologi Veteriner Indonesia (AEVI), yakni kemampuan uji pada Surveillance PMK Nasional 2011 sadalah 2000 sampel, yang dilakukan sendiri oleh instansi PMK adalah 1.500 sampel dan untuk BPPV dan BBVet masing-masing 60 sampel.

Rencana sampel yang diambil secara Sampel Random sederhana adalah dari beberapa tempat / lokasi diseluruh Nusantara, yakni : Sumatera Utara (Medan, Deli Serdang, dan Simalungun), Riau (Siak, Bengkalis), Provinsi Aceh (Aceh Besar, Pidi), Jambi (Tanjung, Jabung Barat), Kepri (Batam, Tanjung Pinang), DKI Jakarta (Jakarta Barat), Jawa Tengah (Blora), Jawa Timur (Tuban, Malang), Bali (Denpasar), NTT (Kupang), Sulawesi Selatan (Maros), Sulawesi Utara (Menado, Minahasa, Bitung), Kalimantan Barat (Bengkayang, Pontianak, Sanggau), Kalimantan Timur (Bulongan-Tarakan) dan Maluku Utara (Ternate).

Tetapi karena adanya perkembangan informasi dari para peserta meeting, bahwa perlunya diperhatikan daerah-daerah berisiko tinggi, maka usulan-usulan para peserta akan dijadikan pegangan agar Surveillance tahun ini akan lebih mewakili, sehingga sangat memungkinkan jumlah daerah akan berkembang lebih banyak lagi, perkembangan daerah sebagai lokasi sampel segera akan dikirimkan ke E-mail masing-masing peserta dalam waktu yang tidak begitu lama.


Sumber : BBV Wates

Thursday, 5 May 2011

One Health

One Health (Satu Kesehatan) adalah gerakan global untuk mempromosikan upaya-upaya kolaborasi antara profesional terkait kesehatan yang berbeda dan paraprofesional yang membantunya termasuk bidang kedokteran, kedokteran hewan, kedokteran gigi, keperawatan dan ilmu kesehatan lainnya serta ilmu yang terkait lingkungan [1]. One Health (Satu Kesehatan) telah didefinisikan sebagai "suatu upaya kolaboratif dari berbagai disiplin, lokal, nasional, dan global - untuk mencapai kesehatan yang optimal bagi manusia, hewan dan lingkungan kita" [2].

One Health bukanlah konsep baru. Telah diketahui bahwa faktor lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Menurut Hippocrates, dokter Yunani (460 SM - 370 SM) dalam teks-nya "Pada Udara, Air, dan Tempat." Dia mempromosikan konsep bahwa kesehatan masyarakat tergantung pada lingkungan yang bersih [3]. Konsep ini menghilang selama abad pertengahan dan dihidupkan kembali selama Revolusi Perancis oleh Dr. Louis-Rene Villerme (1782-1863) dan Dr. Alexander Parent-Duchatelet (1790-1835) yang khusus mengembangkan kesehatan masyarakat.

Pada akhir abad 19, dokter dan ahli patologi Jerman, Rudolf Virchow (1821-1902) menciptakan istilah "zoonosis," kata panjang dan "... antara kedokteran hewan dan manusia tidak ada garis pemisah". Dokter Sir William Osler dari Kanada (1849-1919) melakukan perjalanan ke Jerman untuk belajar dengan Virchow. Ia kembali ke Kanada dan mengadakan perjanjian Fakultas bersama di McGill University Medical School and the Montreal Veterinary College [5]. Pada tahun 1947, James H. Steele, DVM mengikuti konsep One Health di Amerika Serikat dengan mendirikan bidang kesehatan masyarakat veteriner di CDC. [6] Istilah "Satu Kedokteran" dikembangkan dan dipromosikan oleh Calvin W. Schwabe (1927-2006), epidemiologi hewan dan parasitologist dalam buku teks-nya, "Kesehatan Hewan dan Manusia" [7].

Karena munculnya penyakit menular dalam jumlah banyak pada abad ke-20, para ilmuwan mulai menyadari tantangan ini bahwa masyarakat menghadapi ancaman [8] yang sebagian besar berasal dari hewan [9]. Pada tahun 1999 wabah virus West Nile di New York City disoroti hubungan antara kesehatan manusia dan hewan. Dalam wabah ini, gagak liar mulai sekarat sekitar satu bulan atau lebih sebelum orang mulai sakit. Wabah yang terjadi pada saat bersamaan ini belum diketahui disebabkan oleh entitas yang sama hingga Dr. Tracey McNamara, seorang dokter hewan ahli di Kebun Binatang Bronx, mengikatnya bersama-sama burung-burung eksotisnya yang mulai jatuh sakit [10] dan [11]. Setelah diketahui bahwa wabah tersebut disebabkan oleh virus West Nile, sebuah entitas baru di Belahan Barat, CDC mendirikan Pusat Nasional untuk Zoonosis, Vector-borne, dan Penyakit Enterik, sekarang menjadi Pusat Penyakit Infeksi Berbahaya dan Zoonosis Nasional [12].

Pada tahun 2004, Society of Wildlife Conservation membentuk kelompok ahli kesehatan di Rockefeller University di New York dan mengembangkan kalimat, "One world - One Health" untuk mempromosikan tentang efek penggunaan lahan dan kesehatan satwa liar terhadap kesehatan manusia [13]. Wabah flu burung (avian influenza H5N1) yang dimulai di Hong Kong pada tahun 1997 memaksa masyarakat dunia untuk mengakui bahwa hewan dan kesehatan manusia saling berhubungan. Wabah 1997 telah menyebabkan 18 orang tertular dan menelan korban meninggal 6 orang dan mengakibatkan dilakukan pemusnahan unggas sebanyak 1,5 juta ekor [14].

Flu burung H5N1 muncul kembali dalam wabah antara tahun 1998 dan 2003, dan wabah meluas di pertengahan tahun 2003 di Korea Selatan. Keterlambatan dalam pelaporan internasional dan tindakan respon yang lemah memberikan kontribusi terhadap penyebaran virus di Asia Tenggara [15]. Setelah diakui mengenai munculnya ancaman global avian influenza (HPAI H5N1) dan penyakit zoonosis lainnya, maka Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE) mengembangkan suatu strategi kerangka kerja, perjanjian tripartit, guna bekerja sama lebih erat untuk menangani ekosistem antarmuka-manusia-binatang [16].

Komisi One Health
Pada tahun 2007, Dr. Roger Mahr, Presiden Asosiasi Kedokteran Hewan Amerika (AVMA) bertemu dengan Dr. Ronald Davis, Presiden American Medical Association (AMA) membahas kesehatan masyarakat manusia dan hewan secara bersama-sama. Dr. Davis menyarankan bahwa cara terbaik bagi AMA untuk melibatkan diri dalam upaya-upaya membuat resolusi "One Health". Pada bulan Juni 2007, AMA mengadopsi resolusi ini dengan suara bulat [17].

Beberapa bulan setelah prestasi ini, Dr. Davis didiagnosa menderita kanker pankreas dan meninggal pada bulan November 2008 [18]. AVMA mendirikan One Health Initiative Task Force dan menjadi resolusi One Health yang mirip dengan resolusi AMA pada bulan Juli 2008 [19]. Akhirnya One Health Task Force menjadi Komisi One Health yang dipimpin oleh Dr. Roger Mahr [20]. Baru-baru ini kantornya telah pindah ke kantor pusat baru di Iowa State University [21].

The One Health Initiative (OHI) terpisah dari Komisi One Health. Kegiatan ini diprakarsai oleh Dr. Laura Kahn dan Dr. Kaplan Bruce. Dr Kahn adalah seorang dokter dan peneliti di Princeton University, mempublikasikan tulisan ilmiah tentang perlunya untuk mengintegrasikan kesehatan manusia dan hewan pada bidang Emerging Infectious Diseases pada bulan April 2006 [22]. Dr. Kaplan, seorang mantan dokter hewan dan pensiunan pegawai CDC EIS menghubungi dan menyarankan untuk bekerja sama dalam mempromosikan konsep kerjasama komunitas medis, kedokteran hewan, dan lingkungan. Dr. Tom Monath, seorang ahli virus medis terkemuka bergabung dengan mereka setahun kemudian. Dr. Jack Woodall, PhD, seorang ilmuwan terkemuka dan pendiri ProMED-mail, bergabung dengan grup ini pada tahun 2009 [23].

One Health Initiative situs web mereka berfungsi sebagai repositori global untuk semua berita dan informasi yang berkaitan dengan One Health. Organisasi yang mempromosikan gerakan ini terdaftar di situs ini dan termasuk American Medical Association, American Veterinary Medical Association, American Society of Tropical Medicine and Hygiene, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), dan Asosiasi Kesehatan Lingkungan Nasional Amerika Serikat (Neha). Selain itu, lebih dari 570 dokter dokter hewan dan ilmuwan terkemuka di seluruh dunia telah mendukung inisiatif ini [24].

One Health mendunia
Begitu pentingnya One Health sehingga dipromosikan oleh para ilmuwan di banyak negara dan didukung oleh organisasi dunia terkemuka termasuk Organisasi Kesehatan Dunia, (WHO) Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE) , Aliansi Global untuk Pengendalian Rabies , Pusat Obat Konservasi Selandia Baru (NZCCM), dan Institut Antwerp Kedokteran Tropis, Departemen Kesehatan Hewan.

Daftar Pustaka
1. ^ http://www.avma.org/onehealth/
2. ^ http://www.avma.org/onehealth/onehealth_final.pdf
3. ^ http://classics.mit.edu/Hippocrates/airwatpl.html
4. ^ A.F.LaBerge. "Mission and Method. The Early Nineteenth-Century French Public Health Movement." Cambridge, England: Cambridge University Press, 1992
5. ^ http://www.te.izs.it/vet_italiana/2007?43_1/5_19.pdf
6. ^http://www.texasmedicalcenter.org/root/en/TMCServices/News/2009/08-14/Father+of+Veterinary+Public+Health+Profiled+in+New+Book.htm
7. ^ http://www.universityofcalifornia.edu/senate/inmemoriam/calvinwschwabe.htm
8. ^http://www.iom.edu/Reports/1992/Emerging-Infections-Microbial-Threats-to-Health-in-the-United-States.aspx
9. ^ http://www.nature.com/nature/journal/v451/n7181/abs/nature06536.html
10. ^ http://www.gao.gov/new.items/he00180.pdf
11. ^Drexler, M. Secret Agents: The Menace of Emerging Infections http://books.google.com/books?id=nnRuEoynzE4C&printsec=frontcover&dq=Madeline+Drexler+Secret+Agents&source=bl&ots=0zjYAWOT8c&sig=HPvLemUlPJJ9O8Rj-ZzXVYI95ic&hl=en&ei=7TiCTb3tKOK30QGd7rTOCA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=3&sqi=2&ved=0CC0Q6AEwAg#v=onepage&q&f=false
12. ^ http://www.cdc.gov/ncezid/
13. ^ http://www.wcs.org/conservation-challenges/wildlife-health/wildlife-humans-and-livestock/one-world-one-health.aspx
14. ^ http://www.nap.edu/catalog.php?record_id=11365
15. ^ http://www.iom.edu/Reports/2009/ZoonoticDisease.aspx
16. ^ http://web.oie.int/downld/FINAL_CONCEPT_NOTE_Hanoi.pdf
17. ^ http://www.izs.it/vet_italiana/2009/45_1/19.pdf
18. ^ http://www.nytimes.com/2008/11/10/health/10davis.html
19. ^ http://www.avma.org/onlnews/javma/jan09/090115d.asp
20. ^ http://www.onehealthcommission.org/objective.html
21. ^ http://www.onehealthcommission.org/news.html
22. ^ http://www.cdc.gov/ncidod/EID/vol12no04/05-0956.htm
23. ^ http://www.research-europe.com/index.php/2010/07/dr-laura-kahn-on-the-one-health-initiative/
24. ^ http://www.onehealthinitiative.com

Source: Wikipedia