Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday 24 June 2020

Dampak Global Warming dan Metoda Pengendaliannya


Fakta Global
Meningkatnya pemanasan: Dua dasa warsa terakhir merupakan tahun-tahun terhangat dalam temperatur permukaan global sejak 1850. Tingkat pemanasan rata-rata selama 50 tahun terakhir hampir dua kali lipat dari rata-rata 100 tahun terakhir. Temperatur rata-rata global naik sebesar 0,74 °C selama abad ke-20, dimana pemanasan lebih dirasakan pada daerah daratan daripada lautan.  Pada saat ini dilaporkan tengah terjadi kenaikan muka laut dari abad ke-19 hingga abad ke-20, dan kenaikannya pada abad ke-20 adalah sebesar 0,17 meter.  Jumlah karbondioksida (CO2) meningkat di atmosfer.  CO2 merupakan penyebab paling dominan timbulnya perubahan iklim saat ini dan konsentrasinya di atmosfer telah naik dari masa pra-industri yaitu 278 ppm menjadi 379 ppm pada 2005.
Indikasikan percepatan pemanasan
Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang kontinyu pada kecepatannya saat ini atau di atasnya akan menyebabkan pemanasan lebih lanjut dan memicu perubahan iklim global selama abad ke-21 yang dampaknya lebih besar daripada yang diamati pada abad ke-20.  Tingkat pemanasan bergantung kepada tingkat emisi GRK: Jika konsentrasi CO2 stabil pada 550 ppm – dua kali lipat dari masa pra-industri – pemanasan rata-rata diperkirakan mencapai 2,0 – 4,5 °C. Selama dua dekade ke depan diperkirakan tingkat pemanasan sebesar 0,2 °C per dekade dengan skenario tidak memasukkan pengurangan emisi GRK.  Proyeksi terjadinya pemanasan bergantung kepada beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi, populasi, teknologi dan faktor lainnya.

Dampak negatif
Peningkatan Suhu 3 °C selama abad ini akan memberikan dampak negatif bagi keanekaragaman hayati, berdampak pada kehidupan manusia seperti penyediaan makanan dan air.  Suhu yang lebih tinggi menyebabkan musim semi datang lebih awal; peningkatan limpahan dan debit air sungai yang bersumber dari gletser; dan terjadi migrasi burung-burung.  Peningkatan presipitasi lebih banyak terjadi pada daerah lintang tinggi sedangkan pengurangan presipitasi banyak terjadi di daratan-daratan subtropis.  Kenaikan muka laut akibat perluasan lautan dan lelehnya gletser abad lalu setinggi 18 – 58 cm.  Pengurangan lapisan es di Greenland berkontribusi terhadap naiknya muka laut.

Penyebab terjadinya perubahan iklim
“Selubung alami GRK” di atmosfer menjaga bumi cukup hangat untuk kehidupan – saat ini dalam taraf nyaman sebesar 15°C.  Emisi GRK yang disebabkan oleh kegiatan manusia telah mengakibatkan adanya penebalan selubung tersebut, sehingga banyak panas yang terperangkap dan memicu pemanasan global. Bahan bakar fosil adalah sumber emisi GRK terbesar dari aktivitas manusia. Temperatur bumi cukup stabil dalam 10.000 tahun terakhir dan bervariasi kurang dari 1 °C, sehingga peradaban manusia dapat berkembang pesat hingga saat ini dengan temperatur nyaman sebesar 15 oC. Tetapi kesuksesan perkembangan peradaban manusia menimbulkan risiko keseimbangan iklim bumi. “Selubung alami GRK” yang terbentuk secara alami di lapisan troposfer - kurang lebih 1% dari komposisi atmosfer keseluruhan – memiliki fungsi yang vital untuk iklim di bumi. Ketika energi matahari dalam bentuk gelombang tampak masuk dan menghangatkan permukaan bumi, bumi yang jauh lebih dingin daripada matahari kemudian mengemisikan energi tersebut kembali ke angkasa dalam bentuk gelombang inframerah atau thermal, radiasi. GRK akan menghalangi radiasi inframerah tersebut agar tidak kembali ke angkasa. “Efek GRK alami” ini menyebabkan temperatur bumi lebih panas 30 oC daripada temperatur bumi seharusnya, hal ini tentu saja sangat penting bagi kehidupan manusia.  Masalah yang kini dihadapi manusia adalah sejak dimulainya revolusi industri 250 tahun yang lalu, emisi GRK semakin meningkat dan menebalkan selubung GRK di atmosfer dengan laju peningkatan yang signifikan. Iklim global akan terus mengalami pemanasan dengan laju yang cepat dalam dekade yang akan datang kecuali jika ada usaha mengurangi emisi GRK ke atmosfer.

Efek gas rumah kaca yang semakin besar
Hal yang menyebabkan emisi GRK menjadi masalah yang besar adalah karena dalam jangka panjang, bumi harus melepaskan energi dengan laju yang sama ketika bumi menerima energi dari matahari. Selubung GRK yang lebih tebal akan membantu untuk mengurangi hilangnya energi ke angkasa, sehingga sistem iklim harus menyesuaikan diri untuk mengembalikan keseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar. Proses ini disebut sebagai “efek GRK yang semakin besar”.  Iklim menyesuaikan diri terhadap selubung GRK yang lebih tebal dengan “pemanasan global” pada permukaan bumi dan pada atmosfer bagian bawah. Kenaikan temperatur tersebut diikuti oleh perubahan-perubahan lain, seperti tutupan awan dan pola angin. Beberapa perubahan ini dapat mendukung terjadinya pemanasan (timbal balik positif), sedangkan yang lainnya melakukan hal yang berlawanan (timbal balik negatif). Berbagai interaksi tersebut sangat menyulitkan para ahli untuk menentukan secara tepat bagaimana iklim akan berubah dalam beberapa dekade ke depan.

Perubahan Iklim bumi
Pemanasan yang terjadi pada sistem iklim bumi merupakan hal yang jelas terasa, seiring dengan banyaknya bukti dari pengamatan kenaikan temperatur udara dan laut, pencairan salju dan es di berbagai tempat di dunia, dan naiknya permukaan laut global.  Tingkat pemanasan pada temperatur permukaan bumi rata-rata pada 50 tahun terakhir hampir mendekati dua kali lipat dari rata-ratanya pada 100 tahun terakhir. Selama 100 tahun terakhir, temperatur permukaan bumi rata-rata naik sekitar 0,74 °C. Jika konsentrasi GRK dominan di atmosfer, karbondioksida, meningkat dua kali lipat dari masa pra-industri, hal ini akan memacu pemanasan rata-rata mencapai 3 °C. Akhir 1990an dan awal abad 21 merupakan tahun-tahun terpanas sejak adanya data modern. Lapisan es pada Benua Arktik rata-rata telah berkurang sebanyak 2,7% per dekade. Perubahan yang telah diukur oleh para ilmuwan pada atmosfer, lautan, permukaan es dan gletser menunjukkan bahwa bumi telah mengalami pemanasan akibat dari adanya emisi GRK di masa lalu. Perubahan-perubahan tersebut merupakan bagian dari pola yang konsisten dan bukti dari adanya gelombang panas yang lebih besar, pola angin baru, kekeringan yang lebih parah di beberapa daerah, bertambahnya presipitasi di daerah lainnya, melelehnya gletser dan es di Arktik serta naiknya muka laut. Jika konsentrasi GRK dominan di atmosfer, karbondioksida, bertambah hingga dua kali lipat dibandingkan konsntrasinya pada masa pra-industri maka pemanasan rata-rata akan meningkat mencapai 2,0 – 4,5 °C. GRK lainnya turut pula berperan dalam pemanasan tersebut dan menurut beberapa skenario, kombinasi dampak dari gas-gas ini akan menjadi dua kali lipat pada paruh kedua abad ini.  Konsentrasi karbondioksida di atmosfer saat ini, menurut pengukuran pada udara yang terperangkap pada inti es, jauh lebih besar dibandingkan dengan 650.000 tahun terakhir.  Salah satu dampak terbesar pemanasan global adalah permukaan naik laut 17 cm pada abad ke-20. Abad ke-20, luasan maksimum daerah yang tertutup salju pada musim dingin/semi telah berkurang sekitar 7% pada Belahan Bumi Utara. Waktu pembekuan sungai dan danau melambat menjadi 5,8 hari per abad dan mencair lebih cepat 6,5 hari per abad.

Dampak di masa depan
Masyarakat kurang mampu merupakan masyarakat yang paling rentan terhadap dampak dari perubahan iklim.  Sekitar 20-30% spesies makhluk hidup akan menghadapi resiko kepunahan lebih besar.  Akan terjadi gelombang panas yang lebih kuat, pola angin baru, kekeringan yang semakin parah di beberapa daerah dan bertambahnya presipitasi di daerah lainnya.  Kenaikan temperatur telah mempercepat siklus hidrologi. Atmosfer yang lebih hangat akan menyimpan lebih banyak uap air, sehingga menjadi kurang stabil dan menghasilkan lebih banyak presipitasi, terutama dalam bentuk hujan lebat. Panas yang lebih tinggi juga mempercepat proses evaporasi. Dampak dari perubahan-perubahan tersebut dalam siklus air adalah menurunnya kuantitas dan kualitas air bersih di dunia. Sementara itu, pola angin dan jejak badai juga akan berubah. Intensitas siklon tropis akan semakin meningkat (namun tidak berpengaruh terhadap frekuensi siklon tropis), dengan kecepatan angin maksimum yang bertambah dan hujan yang semakin lebat.

Meningkatnya risiko kesehatan
Perubahan iklim akan mengubah distribusi nyamuk-nyamuk malaria dan penyakit-penyakit menular lainnya, sehingga mempengaruhi distribusi musiman penyakit alergi akibat serbuk sari dan meningkatkan resiko penyakit-penyakit pada saat gelombang panas. Tentu saja seharusnya akan lebih sedikit kematian yang disebabkan oleh udara dingin.

Pengurangan emisi perlu kerjasama seluruh sektor
- Energi terbarukan
Berdasarkan UNEP and new energy finance, investasi dalam bidang energi terbarukan, khususnya investasi pada angin, solar, dan biofuel. Hal ini mempeMaka perlu adanya kedewasaan teknologi, insentifitas kebijakan dan kesadaran investor bahwa energi terbarukan ikut andil dalam keamanan pemanfaatan energi global.
- Pemerintah mempromosikan pilihan energi
Pemerintah mendorong penggunaan teknologi dengan bahan bakar gas alam lebih daripada penggunaan bahan bakar fosil.  Pemerintah mendukung penggunaan teknologi berbasis energi terbarukan, seperti penggunaan pembangkit air, pembakaran biomassa, dan geothermal. Sumber terbarukan lainnya seperti penggunaan solar pada pendingin udara, penggunaan energi gelombang dan nanotechnology pada solar sel. Pilihan lainnya adalah penggunaan teknologi penangkap dan penyimpan karbon, teknologi ini ikut terlibat dalam penangkapan CO2 sebelum dilepaskan ke atmosfer, memindahkannya ke tempat yang lebih aman dan mengisolasinya dari atmosfer, contohnya adalah menyimpannya dalam lapisan formasi batuan.

TRANSPORTASI
Dengan teknologi, emisi dari injeksi langsung dari turbocharge diesel dapat dikurangi dan meningkatkan baterai pada kendaraan, untuk meningkatkan pengereman regeneratif dan meningkatkan efisiensi pada sistem penggerak kereta, dan untuk menyeimbangkan bodi sayap dan unducted turbofan pada sistem pendorong pesawat. Biofuel juga mempunyai potensi untuk menggantikan sebagian besar proporsi dari minyak bumi pada alat transportasi. Menyediakan sistem transportas publik dan mempromosikan transportasi tak bermotor juga dapat mengurangi emisi. Strategi manajemen untuk mengurangi kemacetan jalan raya dan polusi udara juga sangat efektif dalam mengurangi perjalanan dengan menggunakan kendaraan sendiri.

INDUSTRI
Potensi terbesar untuk mengurangi emisi industri ada pada industri baja, semen, pulp dan kertas, dan pengawasan pada gas-gas non-CO2 seperti HFC-23 dari pembentukan HCFC-22, PFCS dari proses peleburan alumunium dan semikonduktor, sulfur heksaklorida dari penggunaan switchgear listrik dan proses pembentukan magnesium, dan metana dan nitrogen oksida dari industri kimia dan makanan.

PERTANIAN
Penyitaan karbon di dalam tanah mempunyai nilai potensi mitigasi sebesar 89 persen di bidang pertanian. Sisanya adalah peningkatan manajemen daerah pertanian dan peternakan (misalnya meningkatkan praktek agronomi, penggunaan pupuk, waktu tanam dan manajemen limbah pertanian), mengembalikan kondisi tanah organik yang digunakan sebagai lahan produksi dan mengembalikan kondisi tanah yang rusak menjadi lahan yang produktif, peningkatkan manajemen pengairan dan persawahan, walaupun nilainya rendah tapi merupakan pengurangan karbon yang signifikan, perubahan tata guna lahan (misalnya mengganti daerah pertanian menjadi daerah padang rumput) dan agro-forestry, serta meningkatkan peternakan dan manajemen pemupukan.

KEHUTANAN
Saat ini hal yang menarik dari sektor ini adalah tingginya tingkat deforestasi. Dengan melakukan penanaman hutan baru, pengurangan GRK secara pasti dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah, sekitar 65 persen dari total mitigasi tertuju pada hutan-hutan tropis dan 50 persen dapat dilakukan dengan menghindari deforestasi. Dalam Jangka waktu yang lama, cara terbaik untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan hutan dalam mengikat karbon yaitu dengan menerapkan manajemen hutan yang berkelanjutan, yang juga dapat memberikan keuntungan sosial dan lingkungan. Pendekatan yang komprehensif pada manajemen kehutanan dapat menjamin hasil hutan tahunan, serat atau energi yang sesuai dengan isu perubahan iklim, mempertahankan biodiversity dan memajukan pembangunan yang berkelanjutan.

SAMPAH
Pembuangan sampah memberikan andil sekitar 5 % dari total emisi GRK. Dengan teknologi, pengurangan emsisi secara langsung dapat dilakukan dengan menggunakan gas yang dihasilkan dari pembuangan sampah, dan juga meningkatkan penerapan dan perencanaan manajemen air sampah pada tempat pembuangan akhir. Melakukan pengontrolan terhadap sampah-sampah organik, teknologi insenerasi dan memperluas daerah sanitasi dapat menghindari terbentuknya gas-gas ini di lokasi pertama. Dengan melakukan hal ini diperkirakan 20 – 30 % proyeksi emisi dari sampah pada tahun 2030 dapat dikurangi dengan biaya yang negatif dan 30 – 50 % nya dengan biaya yang rendah.

PERAN POLITIK
Pemerintah, otoritas negara mempunyai peran utama dalam memotivasi sektor swasta untuk berinvestasi dalam mengembangkan inovasi teknologi dengan memfasilitasi perusahaan-perusahaan berupa rangsangan yang jelas, dapat diramalkan, jangka panjang dan sehat.

Kebijakan-kebijakan pemerintah dapat juga menjadi kontra produktif. Pemberian subsidi secara langsung dan tidak langsung pada penggunaan bahan bakar fosil dan pertanian menjadi hal yang terus berlangsung, meskipun penggunaan bahan bakar batubara mengalami penurunan pada beberapa dekade yang dilakukan oleh negara-negara industri.

Kebijakan dengan cakupan yang luas, kesuksesan pemerintah dalam menerapkan kebijakan yang mempunyai cakupan luas dalam isu perubahan iklim dilihat dari standarisasi dan regulasi, pajak dan denda, ijin perdagangan, perjanjian hibah, subsidi, rangsangan pendanaan, penelitian dan pengembangan program serta instrumen informasi.

Kebijakan-kebijakan untuk memandu investasi, kebijakan-kebijakan pemerintah dan keputusan investasi di sektor swasta sangatlah diperlukan untuk mendapatkan nilai cukup yang harus di investasikan dalam pembangunan infrastruktur energi dari sekarang hingga tahun 2030, sehingga berpengaruh terhadap emisi GRK.
Menghilangkan pembatas dalam berinovasi, untuk menjadikan kebijakan-kebijakan tersebut menjadi efektif, pemerintah perlu memberikan perhatian khusus dalam mengidentifikasi dan menghilangkan batasan dalam berinovasi. Hal ini dapat berupa harga pasar yang tidak sesuai seperti tingkat polusi, rangsangan yang salah sasaran, keuntungan pihak-pihak tertentu, ketidak efektifan pada agen-agen regulator dan tidak benarnya informasi.

Pendekatan Holistik, karena tidak ada satu pun sektor ataupun teknologi yang dapat memenuhi seluruh tantangan mitigasi perubahan iklim, pendekatan yang terbaik adalah memakai portofolio kebijakan yang beragam untuk seluruh sektor.

PERAN EKONOMI
Berdasarkan studi yang dilakukan terdapat indikasi bahwa ekonomi memberikan pengaruh besar terhadap mitigasi emisi GRK pada beberapa dekade mendatang.

Model ekonomi memberikan estimasi biaya yang rendah ketika menggunakan dasar dengan peningkatan emisi secara perlahan dan mekanisme yang fleksibel dari aturan internasional secara penuh diterapkan. Selain itu, jika adanya penambahan pendapatan dari pajak emisi atau skema emisi, biaya akan menjadi lebih rendah. Dan jika penambahan pendapatan tersebut digunakan untuk mendorong teknologi berkarbon rendah dan menghilangkan batasan mitigasi, biaya tersebut akan semakin rendah lagi.

Para pakar ekonomi menggunakan analisis cost-benefit untuk mebandingkan biaya tindakan dengan biaya tanpa tindakan (yaitu, kerusakan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim). Mereka mengkuantifikasi kerusakan oleh perubahan iklim sebagai biaya sosial dari karbon dan potongannya hingga akhir. Biaya sosial tersebut merupakan biaya-biaya yang tidak dikenali dalam ekonomi, misalnya biaya karena peningkatan kekeringan, badai dan banjir yang tidak termasuk ke dalam harga yang harus dibayarkan untuk membakar bahan bakar fosil tetapi mereka memasukkannya ke dalam biaya sosial.

Dengan membandingkan estimasi biaya sosial karbon dengan harga karbon pada level mitigasi yang berbeda memperlihatkan bahwa biaya dalam menstabilkan konsentrasi emisi GRK cenderung sebanding atau bahkan lebih rendah dari biaya tanpa tindakan.

Perlu diingat bahwa kebijakan mengenai iklim dapat membawa bermacam-macam keuntungan bagi banyak pihak yang mungkin tidak termasuk ke dalam estimasi biaya. Hal ini seperti inovasi teknologi, pembaharuan pajak, penambahan pekerja, peningkatan keamanan energi dan keuntungan dari kesehatan karena adanya pengurangan polusi. Sebagai hasilnya, kebijakan iklim menawarkan co-benefit yang besar, sehingga dapat menawarkan kebijakan pengurangan emisi GRK tanpa adanya penyesalan, dengan pertambahan keuntungan yang besar walaupun bila pengaruh manusia terhadap perubahan iklim berubah menjadi lebih kecil dari hasil proyeksi.

No comments: