Fakta
Global
Meningkatnya pemanasan: Dua dasa warsa
terakhir merupakan tahun-tahun terhangat dalam temperatur permukaan global
sejak 1850. Tingkat pemanasan rata-rata selama 50 tahun terakhir hampir dua
kali lipat dari rata-rata 100 tahun terakhir. Temperatur rata-rata global naik
sebesar 0,74 °C selama abad ke-20, dimana pemanasan lebih dirasakan pada daerah
daratan daripada lautan. Pada saat ini
dilaporkan tengah terjadi kenaikan muka laut dari abad ke-19 hingga abad ke-20,
dan kenaikannya pada abad ke-20 adalah sebesar 0,17 meter. Jumlah karbondioksida (CO2)
meningkat di atmosfer. CO2 merupakan
penyebab paling dominan timbulnya perubahan iklim saat ini dan konsentrasinya
di atmosfer telah naik dari masa pra-industri yaitu 278 ppm menjadi 379 ppm
pada 2005.
Indikasikan percepatan pemanasan
Emisi
Gas Rumah Kaca (GRK) yang kontinyu pada kecepatannya saat ini atau di atasnya akan
menyebabkan pemanasan lebih lanjut dan memicu perubahan iklim global selama
abad ke-21 yang dampaknya lebih besar daripada yang diamati pada abad ke-20. Tingkat pemanasan bergantung kepada tingkat
emisi GRK: Jika konsentrasi CO2 stabil pada 550 ppm – dua kali lipat
dari masa pra-industri – pemanasan rata-rata diperkirakan mencapai 2,0 – 4,5 °C.
Selama dua dekade ke depan diperkirakan tingkat pemanasan sebesar 0,2 °C per
dekade dengan skenario tidak memasukkan pengurangan emisi GRK. Proyeksi terjadinya pemanasan bergantung
kepada beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi, populasi, teknologi dan
faktor lainnya.
Dampak
negatif
Peningkatan
Suhu 3 °C selama abad ini akan memberikan dampak negatif bagi keanekaragaman hayati,
berdampak pada kehidupan manusia seperti penyediaan makanan dan air. Suhu yang lebih tinggi menyebabkan musim semi
datang lebih awal; peningkatan limpahan dan debit air sungai yang bersumber
dari gletser; dan terjadi migrasi
burung-burung. Peningkatan presipitasi
lebih banyak terjadi pada daerah lintang tinggi sedangkan pengurangan
presipitasi banyak terjadi di daratan-daratan subtropis. Kenaikan muka laut akibat perluasan lautan
dan lelehnya gletser abad lalu setinggi
18 – 58 cm. Pengurangan lapisan es di Greenland berkontribusi terhadap naiknya
muka laut.
Penyebab terjadinya perubahan iklim
“Selubung
alami GRK” di atmosfer menjaga bumi cukup hangat untuk kehidupan – saat ini
dalam taraf nyaman sebesar 15°C. Emisi
GRK yang disebabkan oleh kegiatan manusia telah mengakibatkan adanya penebalan
selubung tersebut, sehingga banyak panas yang terperangkap dan memicu pemanasan
global. Bahan bakar fosil adalah sumber emisi GRK terbesar dari aktivitas
manusia. Temperatur bumi cukup stabil dalam 10.000 tahun terakhir dan
bervariasi kurang dari 1 °C, sehingga peradaban manusia dapat berkembang pesat
hingga saat ini dengan temperatur nyaman sebesar 15 oC. Tetapi
kesuksesan perkembangan peradaban manusia menimbulkan risiko keseimbangan iklim
bumi. “Selubung alami GRK” yang terbentuk secara alami di lapisan troposfer -
kurang lebih 1% dari komposisi atmosfer keseluruhan – memiliki fungsi yang
vital untuk iklim di bumi. Ketika energi matahari dalam bentuk gelombang tampak
masuk dan menghangatkan permukaan bumi, bumi yang jauh lebih dingin daripada
matahari kemudian mengemisikan energi tersebut kembali ke angkasa dalam bentuk
gelombang inframerah atau thermal, radiasi. GRK akan menghalangi radiasi
inframerah tersebut agar tidak kembali ke angkasa. “Efek GRK alami” ini
menyebabkan temperatur bumi lebih panas 30 oC daripada temperatur
bumi seharusnya, hal ini tentu saja sangat penting bagi kehidupan manusia. Masalah yang kini dihadapi manusia adalah
sejak dimulainya revolusi industri 250 tahun yang lalu, emisi GRK semakin
meningkat dan menebalkan selubung GRK di atmosfer dengan laju peningkatan yang
signifikan. Iklim global akan terus mengalami pemanasan dengan laju yang cepat
dalam dekade yang akan datang kecuali jika ada usaha mengurangi emisi GRK ke
atmosfer.
Efek
gas rumah kaca yang semakin besar
Hal
yang menyebabkan emisi GRK menjadi masalah yang besar adalah karena dalam
jangka panjang, bumi harus melepaskan energi dengan laju yang sama ketika bumi
menerima energi dari matahari. Selubung GRK yang lebih tebal akan membantu
untuk mengurangi hilangnya energi ke angkasa, sehingga sistem iklim harus
menyesuaikan diri untuk mengembalikan keseimbangan antara energi yang masuk dan
energi yang keluar. Proses ini disebut sebagai “efek GRK yang semakin besar”. Iklim menyesuaikan diri terhadap selubung GRK
yang lebih tebal dengan “pemanasan global” pada permukaan bumi dan pada
atmosfer bagian bawah. Kenaikan temperatur tersebut diikuti oleh
perubahan-perubahan lain, seperti tutupan awan dan pola angin. Beberapa
perubahan ini dapat mendukung terjadinya pemanasan (timbal balik positif),
sedangkan yang lainnya melakukan hal yang berlawanan (timbal balik negatif).
Berbagai interaksi tersebut sangat menyulitkan para ahli untuk menentukan
secara tepat bagaimana iklim akan berubah dalam beberapa dekade ke depan.
Perubahan
Iklim bumi
Pemanasan
yang terjadi pada sistem iklim bumi merupakan hal yang jelas terasa, seiring
dengan banyaknya bukti dari pengamatan kenaikan temperatur udara dan laut,
pencairan salju dan es di berbagai tempat di dunia, dan naiknya permukaan laut
global. Tingkat pemanasan pada
temperatur permukaan bumi rata-rata pada 50 tahun terakhir hampir mendekati dua
kali lipat dari rata-ratanya pada 100 tahun terakhir. Selama 100 tahun
terakhir, temperatur permukaan bumi rata-rata naik sekitar 0,74 °C. Jika
konsentrasi GRK dominan di atmosfer, karbondioksida, meningkat dua kali lipat
dari masa pra-industri, hal ini akan memacu pemanasan rata-rata mencapai 3 °C.
Akhir 1990an dan awal abad 21 merupakan tahun-tahun terpanas sejak adanya
data modern. Lapisan es pada Benua Arktik rata-rata telah berkurang sebanyak 2,7%
per dekade. Perubahan yang telah diukur oleh para ilmuwan pada atmosfer,
lautan, permukaan es dan gletser menunjukkan bahwa bumi telah mengalami
pemanasan akibat dari adanya emisi GRK di masa lalu. Perubahan-perubahan
tersebut merupakan bagian dari pola yang konsisten dan bukti dari adanya
gelombang panas yang lebih besar, pola angin baru, kekeringan yang lebih parah
di beberapa daerah, bertambahnya presipitasi di daerah lainnya, melelehnya
gletser dan es di Arktik serta naiknya muka laut. Jika konsentrasi GRK
dominan di atmosfer, karbondioksida, bertambah hingga dua kali lipat
dibandingkan konsntrasinya pada masa pra-industri maka pemanasan rata-rata akan
meningkat mencapai 2,0 – 4,5 °C. GRK lainnya turut pula berperan dalam
pemanasan tersebut dan menurut beberapa skenario, kombinasi dampak dari gas-gas
ini akan menjadi dua kali lipat pada paruh kedua abad ini. Konsentrasi karbondioksida di atmosfer
saat ini, menurut pengukuran pada udara yang terperangkap pada inti es, jauh
lebih besar dibandingkan dengan 650.000 tahun terakhir. Salah satu dampak terbesar pemanasan
global adalah permukaan naik laut 17 cm pada abad ke-20. Abad ke-20,
luasan maksimum daerah yang tertutup salju pada musim dingin/semi telah
berkurang sekitar 7% pada Belahan Bumi Utara. Waktu pembekuan sungai dan danau melambat
menjadi 5,8 hari per abad dan mencair lebih cepat 6,5 hari per abad.
Dampak
di masa depan
Masyarakat
kurang mampu merupakan masyarakat yang paling rentan terhadap dampak dari
perubahan iklim. Sekitar 20-30% spesies makhluk
hidup akan menghadapi resiko kepunahan lebih besar. Akan terjadi gelombang panas yang lebih kuat,
pola angin baru, kekeringan yang semakin parah di beberapa daerah dan
bertambahnya presipitasi di daerah lainnya.
Kenaikan temperatur telah mempercepat siklus hidrologi. Atmosfer yang
lebih hangat akan menyimpan lebih banyak uap air, sehingga menjadi kurang
stabil dan menghasilkan lebih banyak presipitasi, terutama dalam bentuk hujan
lebat. Panas yang lebih tinggi juga mempercepat proses evaporasi. Dampak dari
perubahan-perubahan tersebut dalam siklus air adalah menurunnya kuantitas dan
kualitas air bersih di dunia. Sementara itu, pola angin dan jejak badai juga
akan berubah. Intensitas siklon tropis akan semakin meningkat (namun tidak
berpengaruh terhadap frekuensi siklon tropis), dengan kecepatan angin maksimum
yang bertambah dan hujan yang semakin lebat.
Meningkatnya
risiko kesehatan
Perubahan
iklim akan mengubah distribusi nyamuk-nyamuk malaria dan penyakit-penyakit
menular lainnya, sehingga mempengaruhi distribusi musiman penyakit alergi
akibat serbuk sari dan meningkatkan resiko penyakit-penyakit pada saat
gelombang panas. Tentu saja seharusnya akan lebih sedikit kematian yang
disebabkan oleh udara dingin.
Pengurangan
emisi perlu kerjasama seluruh sektor
-
Energi terbarukan
Berdasarkan
UNEP and new energy finance,
investasi dalam bidang energi terbarukan, khususnya investasi pada angin,
solar, dan biofuel. Hal ini mempeMaka
perlu adanya kedewasaan teknologi, insentifitas kebijakan dan kesadaran
investor bahwa energi terbarukan ikut andil dalam keamanan pemanfaatan energi
global.
-
Pemerintah mempromosikan pilihan energi
Pemerintah
mendorong penggunaan teknologi dengan bahan bakar gas alam lebih daripada
penggunaan bahan bakar fosil. Pemerintah
mendukung penggunaan teknologi berbasis energi terbarukan, seperti penggunaan
pembangkit air, pembakaran biomassa, dan geothermal. Sumber terbarukan lainnya
seperti penggunaan solar pada pendingin udara, penggunaan energi gelombang dan nanotechnology pada solar sel. Pilihan
lainnya adalah penggunaan teknologi penangkap dan penyimpan karbon, teknologi
ini ikut terlibat dalam penangkapan CO2 sebelum dilepaskan ke
atmosfer, memindahkannya ke tempat yang lebih aman dan mengisolasinya dari
atmosfer, contohnya adalah menyimpannya dalam lapisan formasi batuan.
TRANSPORTASI
Dengan
teknologi, emisi dari injeksi langsung dari turbocharge
diesel dapat dikurangi dan meningkatkan baterai pada kendaraan, untuk
meningkatkan pengereman regeneratif dan meningkatkan efisiensi pada sistem
penggerak kereta, dan untuk menyeimbangkan bodi sayap dan unducted turbofan
pada sistem pendorong pesawat. Biofuel juga mempunyai potensi untuk menggantikan
sebagian besar proporsi dari minyak bumi pada alat transportasi. Menyediakan
sistem transportas publik dan mempromosikan transportasi tak bermotor juga
dapat mengurangi emisi. Strategi manajemen untuk mengurangi kemacetan jalan
raya dan polusi udara juga sangat efektif dalam mengurangi perjalanan dengan
menggunakan kendaraan sendiri.
INDUSTRI
Potensi
terbesar untuk mengurangi emisi industri ada pada industri baja, semen, pulp
dan kertas, dan pengawasan pada gas-gas non-CO2 seperti HFC-23 dari
pembentukan HCFC-22, PFCS dari proses peleburan alumunium dan semikonduktor,
sulfur heksaklorida dari penggunaan switchgear
listrik dan proses pembentukan magnesium, dan metana dan nitrogen oksida dari
industri kimia dan makanan.
PERTANIAN
Penyitaan
karbon di dalam tanah mempunyai nilai potensi mitigasi sebesar 89 persen di
bidang pertanian. Sisanya adalah peningkatan manajemen daerah pertanian dan
peternakan (misalnya meningkatkan praktek agronomi, penggunaan pupuk, waktu
tanam dan manajemen limbah pertanian), mengembalikan kondisi tanah organik yang
digunakan sebagai lahan produksi dan mengembalikan kondisi tanah yang rusak
menjadi lahan yang produktif, peningkatkan manajemen pengairan dan persawahan,
walaupun nilainya rendah tapi merupakan pengurangan karbon yang signifikan,
perubahan tata guna lahan (misalnya mengganti daerah pertanian menjadi daerah
padang rumput) dan agro-forestry,
serta meningkatkan peternakan dan manajemen pemupukan.
KEHUTANAN
Saat
ini hal yang menarik dari sektor ini adalah tingginya tingkat deforestasi.
Dengan melakukan penanaman hutan baru, pengurangan GRK secara pasti dapat
dilakukan dengan biaya yang lebih murah, sekitar 65 persen dari total mitigasi
tertuju pada hutan-hutan tropis dan 50 persen dapat dilakukan dengan
menghindari deforestasi. Dalam Jangka waktu yang lama, cara terbaik untuk
mempertahankan atau meningkatkan kemampuan hutan dalam mengikat karbon yaitu
dengan menerapkan manajemen hutan yang berkelanjutan, yang juga dapat
memberikan keuntungan sosial dan lingkungan. Pendekatan yang komprehensif pada
manajemen kehutanan dapat menjamin hasil hutan tahunan, serat atau energi yang
sesuai dengan isu perubahan iklim, mempertahankan biodiversity dan memajukan
pembangunan yang berkelanjutan.
SAMPAH
Pembuangan
sampah memberikan andil sekitar 5 % dari total emisi GRK. Dengan teknologi,
pengurangan emsisi secara langsung dapat dilakukan dengan menggunakan gas yang
dihasilkan dari pembuangan sampah, dan juga meningkatkan penerapan dan
perencanaan manajemen air sampah pada tempat pembuangan akhir. Melakukan
pengontrolan terhadap sampah-sampah organik, teknologi insenerasi dan
memperluas daerah sanitasi dapat menghindari terbentuknya gas-gas ini di lokasi
pertama. Dengan melakukan hal ini diperkirakan 20 – 30 % proyeksi emisi dari
sampah pada tahun 2030 dapat dikurangi dengan biaya yang negatif dan 30 – 50 % nya
dengan biaya yang rendah.
PERAN POLITIK
Pemerintah,
otoritas negara mempunyai peran utama dalam memotivasi sektor swasta untuk
berinvestasi dalam mengembangkan inovasi teknologi dengan memfasilitasi
perusahaan-perusahaan berupa rangsangan yang jelas, dapat diramalkan, jangka
panjang dan sehat.
Kebijakan-kebijakan
pemerintah dapat juga menjadi kontra produktif. Pemberian subsidi secara
langsung dan tidak langsung pada penggunaan bahan bakar fosil dan pertanian
menjadi hal yang terus berlangsung, meskipun penggunaan bahan bakar batubara
mengalami penurunan pada beberapa dekade yang dilakukan oleh negara-negara
industri.
Kebijakan
dengan cakupan yang luas, kesuksesan pemerintah dalam menerapkan kebijakan yang
mempunyai cakupan luas dalam isu perubahan iklim dilihat dari standarisasi dan
regulasi, pajak dan denda, ijin perdagangan, perjanjian hibah, subsidi,
rangsangan pendanaan, penelitian dan pengembangan program serta instrumen
informasi.
Kebijakan-kebijakan
untuk memandu investasi, kebijakan-kebijakan pemerintah dan keputusan investasi
di sektor swasta sangatlah diperlukan untuk mendapatkan nilai cukup yang harus
di investasikan dalam pembangunan infrastruktur energi dari sekarang hingga
tahun 2030, sehingga berpengaruh terhadap emisi GRK.
Menghilangkan
pembatas dalam berinovasi, untuk menjadikan kebijakan-kebijakan tersebut
menjadi efektif, pemerintah perlu memberikan perhatian khusus dalam mengidentifikasi
dan menghilangkan batasan dalam berinovasi. Hal ini dapat berupa harga pasar
yang tidak sesuai seperti tingkat polusi, rangsangan yang salah sasaran,
keuntungan pihak-pihak tertentu, ketidak efektifan pada agen-agen regulator dan
tidak benarnya informasi.
Pendekatan
Holistik, karena tidak ada satu pun sektor ataupun teknologi yang dapat
memenuhi seluruh tantangan mitigasi perubahan iklim, pendekatan yang terbaik
adalah memakai portofolio kebijakan
yang beragam untuk seluruh sektor.
PERAN
EKONOMI
Berdasarkan
studi yang dilakukan terdapat indikasi bahwa ekonomi memberikan pengaruh besar
terhadap mitigasi emisi GRK pada beberapa dekade mendatang.
Model
ekonomi memberikan estimasi biaya yang rendah ketika menggunakan dasar dengan
peningkatan emisi secara perlahan dan mekanisme yang fleksibel dari aturan
internasional secara penuh diterapkan. Selain itu, jika adanya penambahan
pendapatan dari pajak emisi atau skema emisi, biaya akan menjadi lebih rendah.
Dan jika penambahan pendapatan tersebut digunakan untuk mendorong teknologi
berkarbon rendah dan menghilangkan batasan mitigasi, biaya tersebut akan
semakin rendah lagi.
Para
pakar ekonomi menggunakan analisis cost-benefit
untuk mebandingkan biaya tindakan dengan biaya tanpa tindakan (yaitu, kerusakan
yang ditimbulkan oleh perubahan iklim). Mereka mengkuantifikasi kerusakan oleh
perubahan iklim sebagai biaya sosial dari karbon dan potongannya hingga akhir.
Biaya sosial tersebut merupakan biaya-biaya yang tidak dikenali dalam ekonomi, misalnya
biaya karena peningkatan kekeringan, badai dan banjir yang tidak termasuk ke
dalam harga yang harus dibayarkan untuk membakar bahan bakar fosil tetapi
mereka memasukkannya ke dalam biaya sosial.
Dengan
membandingkan estimasi biaya sosial karbon dengan harga karbon pada level
mitigasi yang berbeda memperlihatkan bahwa biaya dalam menstabilkan konsentrasi
emisi GRK cenderung sebanding atau bahkan lebih rendah dari biaya tanpa
tindakan.
Perlu
diingat bahwa kebijakan mengenai iklim dapat membawa bermacam-macam keuntungan
bagi banyak pihak yang mungkin tidak termasuk ke dalam estimasi biaya. Hal ini
seperti inovasi teknologi, pembaharuan pajak, penambahan pekerja, peningkatan
keamanan energi dan keuntungan dari kesehatan karena adanya pengurangan polusi.
Sebagai hasilnya, kebijakan iklim menawarkan co-benefit yang besar, sehingga dapat menawarkan kebijakan
pengurangan emisi GRK tanpa adanya penyesalan, dengan pertambahan keuntungan
yang besar walaupun bila pengaruh manusia terhadap perubahan iklim berubah
menjadi lebih kecil dari hasil proyeksi.
No comments:
Post a Comment