1. Etilogik
Trypanosomiasis yang umum disebut Surra. Surra disebabkan oleh parasit darah yaitu Trypanosoma
evansi. Tempat predileksi parasit ini adalah darah, limpa, dan cairan
serebrospinal.
2. Penularan
Penyakit ini
ditularkan secara mekanik murni oleh vektor, secara congenital lewat induk atau
plasma, mukosa kelamin, mukosa usus, dan bisa melalui luka terbuka. Di dalam tubuh
lalat parasit hidup bertahan selama kurang lebih 6-12 jam.
3. Patogenesis
Vektor utama adalah lalat dan nyamuk Stomoxys calcitrans, Lyperosia, Glossina dan Tabanus. Trypanosoma evansi diketahui hanya berbentuk tunggal (monomorfik) berbeda dengan spesies lain yang berbentuk ganda (pleomorfik). Dalam keadaan tertentu, protozoa ini tidak dapat tertangkap saat dilakukan pemeriksaan karena dapat bersembunyi di dalam kelenjar limfe.
Penyakit
Tripanosomiasis ditularkan secara mekanik melalui gigitan vektor ketika
menghisap darah penderita, baik pada hewan ternak maupun anjing. Setelah
memasuki peredaran darah, trypanosoma segera memperbanyak diri dengan
pembelahan secara biner.
Dalam waktu singkat
penderita mengalami parasitemia dan suhu tubuh biasanya meningkat. Sel darah merah
penderita yang tersensitisasi oleh parasit segera dikenali oleh makrofag dan
dimakan oleh sel darah putih tersebut. Bila sel darah merah yang dimakan
makrofag cukup banyak anjing penderita segera mengalami anemia normositik dan
normokromik. Sebagai akibat anemia, penderita tampak lesu, malas bergerak, bulu
kusam, nafsu makan menurun dan mungkin juga terjadi oedem di bawah kulit maupun serosa.
Jenis
Trypanosoma yang dalam siklus hidupnya hanya terdapat satu stadium, contoh T.
Equiperdum dan T. Evansi, disebut monomorf, dan memperbanyak diri
dengan cara pembelahan biner. Trypanosoma yang dalam hidupnya terdapat 2 atau
lebih stadium, disebut polimorf, sebagai contohnya T. Gambiense, T. Rhodesiense,
dan T. Brucei.
Di dalam
tubuh vertebrata, stadium terakhirnya adalah Trypanosoma. Jika bersama darah
stadium tadi ditelan oleh serangga, dalam saluran pencernaan parasit itu
mengalami perubahan bentuk melalui satu stadium atau lebih, yaitu stadium
Leishmania, Leptomonas, atau Chritidia. Tiga macam stadium itu tidak infektif
bagi vertebrata. Stadium yang infektif adalah tripanosoma metasiklik. Parasit
bentuk infektif ini dikeluarkan bersama tinja serangga, dan penularan terjadi
bila tinja yang mengandung tripanosoma metasiklik itu kontak langsung dengan
kulit inang vertebrata. Masuknya parasit bentuk infektif ke dalam tubuh inang
dipermudah oleh luka karena gigitan serangga atau karena luka goresan atau
garukan.
4. Gejala Klinis
Suhu badan
naik, demam bersalang-seling,
nemia, muka
pucat
Nafsu makan
berkurang,
Sapi menjadi
kurus, berat badan menurun
Penderita
tak mampu bekerja karena letih
Bulu rontok,
kelihatan kotor, kering seperti sisik
Gerakan
berputar-putar tanpa arah (bila parasit menyerang otak atau syaraf)
5. Differential Diagnosa
T.
equiperdum
Parasit ini
terdapat di seluruh dunia, menyerang pada kuda, sapi, keledai yang menimbulkan
penyakit Dourine. Parasit ini ditemukan
pada darah dan limfe, menyerupai T. evansi,
tetapi parasit ini menyebabkan penyakit kelamin yang ditularkan melalui coitus (kawin).
Pada Jantan
menimbulkan peradangan pada penis, praeputium
dan organ genital lain akhirnya bisa menjadi ulcer.
Pada betina
menyebabkan vaginitis disertai demam. Pada stadium sekunder timbul urtikaria,
reaksi dermatologis dan hemoragi kulit. Pada stadium tertier timbul gangguan
sistem saraf pusat, paralisa, refleks extremitas menurun dan gangguan beberapa
nervus mata/muka. Pada Dourine
menciri pada sekresi cairan genital, infeksi kulit.
Diagnosa
immunologis dilakukan dengan CBR.
6. Diagnosa
Penentuan
diagnosa didasarkan pada ditemukannya parasit dalam pemeriksan darah natif atau
dengan pengecatan HE atau dengan trypan-blue. Pada stadium akut atau awal dari
penyakit ini, tripanosoma dapat ditemukan di dalam aliran darah perifer. Usapan
darah tebal lebih baik dipakai daripada usapan darah tipis pada pemeriksaaan
ini. Protozoa ini lebih banyak ditemukan di dalam kelenjar limfa. Parasit ini
juga dapat ditemukan di dalam usapan cairan yang diperoleh dari tusukan
kelenjar limfa yang segar atau yang telah diwarnai. Pada stadium lebih lanjut
dapat ditemui pada cairan serebrospinal.
7. Prognosa
Sebagian
besar hewan yang terkena penyakit tripanosomiasis ini mengalami kematian.
Penyakit ini lebih menahun pada sapi dan banyak yang menjadi sembuh. Pada kuda,
bagal, dan keledai sangat rentan, begitu juga domba, kambing, dan onta sangat
rentan yang tanda-tandanya sangat mirip dengan kuda.
8. Penanganan
Tindakan
preventif terhadap tripanosomiasis ditujukan penyelamatan ternak dengan cara mengendalikan reservoir , menghindarkan kontaminasi mekanis yang tidak
disengaja, pengelolaan tanah, dan pengendalian biologik.
Dilakukan surveilans
yang berkelanjutan; pengobatan secara masal dan berkala pada semua hewan; atau
penyembelihan semua hewan yang terserang.
Menghilangkan
tempat berkembangbiak lalat secara besar-besaran karena lalat berkembang biak
di bawah semak-semak sepanjang sungai atau di lokasi-lokasi lain yang bersemak.
Pelepasan lalat
jantan steril untuk mengendalikan populasi lalat dan penyemprotan tanah dengan
insektisida.
Untuk
menyembuhkan infeksi T. evansi pada kuda dan anjing dianjurkan
penggunaan kuinapiramin diberikan secara subkutan; Suramin diberukan secara
Intra Vena; Diminazene aceturat, dan Isometamedium diberikan secara intra
muskuler.
No comments:
Post a Comment