Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday 25 April 2007

The 5th International Students Summit (ISS) on Food, Agriculture and Environment in the New Century

1. Konferensi tingkat tinggi para mahasiswa ini disenggarakan oleh Tokyo University of Agriculture, merupakan Program Bantuan Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Olah raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jepang. Waktu penyelenggaraan 24-25 November 2005 bertempat di Contennial Auditorium, Tokyo University of Agriculture, Setagaya Campus, 1-1-1 Sakuragaoka, Setagaya-ku, Tokyo, Japan. Sebagai sponsor kegiatan ini adalah The Mainichi Nespaper Co., The Japan Agriculture news, Setagaya Board of Education, Society for Agricultural Education-Research Development Abroad (SAEDA), International Society for Southeast Asian Agricultural Sciences (ISSAAS), IE-NO-HIKARI Association, TUA Parents Association.
2. Tema Konferensi adalah Understanding the importance of International Trade in Ralation to Food, Agriculture and Environment.

3. Salvador P. Catelo Associate Professor Ekonomi Pertanian University of the Philippines Los Banos, dalam Keynote addressnya mengatakan Efek dari liberalisasi perdagangan sulit dapat dibantah untuk mengidentifikasi dan mengukur akibat tren ekonomi yang dianjurkan dan juga pengaturan kebijakan ekonomi. Efek jangka panjang dari liberalisasi perdagangan akan ditentukan dengan mereformasi pemerintahan, stabilitas makroekonomi, dan Cheks and balances pada program dan kebijakan pemerintah, terutama hal yang berhubungan dengan peningkatan modernisasi pertanian, pengembangan infra stuktur, saluran distribusi yang efisien, perlindungan terhadap lingkungan, mempermudah memperoleh makanan, memperbaiki standar untuk menjaga kesehatan, dan keamanan pangan. Ketergantungan terhadap negara lain bisa meningkat tetapi persatuan dunia dapat diciptakan. Keberhasilan liberalisai perdagangan tergantung kepada peningkatan pendukung sektor pertanian. Para agen ekonomi harus kuat untuk merebut setiap kesempatan yang diberikan oleh liberalisasi perdagangan.

4. Wim Heijmen, Pimpinan Ekonomi Regional Wageningen University, Belanda dalam Keynote Addressnya mengatakan kerena penurunan fungsi pertanian disejumlah wilayah pedesaan di Eropa, suplai pelayanan pedesaan menjadi lebih penting untuk pendapatan para petani di Eropa. Terdapat dua pelayanan pedesaan yaitu pelayanan pribadi dan pelayanan umum. Pelayanan pribadi tergantung dan berhubungan pada pelayanan umum pedesaan dalam kelompok pelayanan pedesaan. Pertanian cenderung menjadi lebih intensif dan berkelompok dengan agribisnis dalam agro-cluster. Disimpulkan bahwa karena pengelompokan aktivitas pertanian pada satu pihak dan pelayanan pedesaan di lain pihak, dua fungsi wilayah pedesaan menjadi tidak termasuk. Sebutan ini untuk spesialisasi wilayah dalam satu dari dua fungsi.

5. Nova Mardianti mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor, mempresentasikan Kajian pertanian tanaman pangan menghadapi liberalisasi perdagangan dunia. Dia menyebutkan bahwa produktivitas beras telah mengalami peningktan dari 4,25 ton/ha pada tahun 199 menjadi 4,54 ton/ha pada tahun 2003. Akan tetapi beras masih merupakan komoditi pertanian yang diimpor. Hal ini disebabkan 2 hal, yang pertama karena tidak seimbangnya antara suplai dan konsumsi domestik, dan kedua karena beras impor lebih murah. Maka dari itu Indonesia perlu mempelajari sistem terkini subsektor pertanian pakan menyangkut akibat positif atau negatif liberalisasi perdagangan dunia. Sebagian besar petani Indonesia masih berpendidikan rendah, bertani secara tradisonal, dan akses untuk memperoleh pinjaman dari Bank terbatas. Hal ini menyebabkan pertanian bahan pangan Indonesia tidak siap ber partisipasi dalam perdagangan pemasaran global. Siap tidak siap Indonesia harus menghadapi sistem perdagangan dunia yang dikoordinasi oleh WTO.
Jika Indonesia siap menghadapinya terdapat beberapa keuntungan. Liberalisasi perdagangan dunia akan meningkatkan penggunaan sumber alam nasional, meningkatan perekonomian, mengintensifkan, meningkatkan penanaman modal internasional. Indonesia juga harus menghadapi efek negatifnya, yaitu kompetisi ketat dengan produk pemasaran global, dan penurunan harga produk pertanian ketika produk luar membanjiri pasar Indonesia. Kondisi ini akan mempersulit produk Indonesia untuk bersaing di pasar dalam negeri. Maka dari itu Indonesia harus membuat strategi yang cocok untuk komoditi makanan mengikuti perdagangan bebas dunia. Ada dua strategi yang diusulkan yaitu, Strategi yang berorientasi kedalam, tujuannya adalah mengembangkan pertanian Indonesia, mengukuhkan Agro-industri, memperkuat sekuriti pangan. Yang kedua strategi berorientasi keluar ditujukan untuk penetrasi pasar asing dengan memperbaiki kwalitas produk melalui sertifikasi, menyederhanakan rantai birokrasi dalam prosedur ekspor dan memperkuat negosiasi di WTO pada pengaturan produk strategis Indonesia.

6. Imai Emiko mahasiswa Tokyo University of Agriculture mempresentasikan Kondisi saat ini dan pandangan kedepan makanan ternak Jepang. Pada saat ini bahan makanan ternak produk Jepang hanya 24%, sedangkan konsentrat jatuh sampai menjadi 10%. Alasan perubahan besar ini terjadi karena pada pola makan orang Jepang yang berubah setelah perang dunia II. Terutama karena terjadi penurunan konsumsi nasi, dan peningkatan konsumsi makanan asal ternak. Maka dari itu terjadilah pertumbuhan ekonomi dan juga peningkatan konsumsi bahan makanan berkwalitas dan telah mendorong peningkatan pendapatan nasional.
Terjadi perubahan kebiasaan makan dan gaya hidup yang menyebabkan peningkatan impor bahan makanan. Hasil akhirnya angka swasembada pangan menurun. Pada saat ini terdapat bermacam-macam masalah di industri peternakan. Berhubungan dengan lingkungan, mengambil makanan dari tempat jauh akan mengakibatkan penggunaan bahan bakar minyak meningkat. Hal ini akan menurunkan kwalitas lingkungan. Dalam keamanan pangan BSE terjadi disebabkan makanan impor dari luar Jepang. Maka dari itu kesulitan dalam mengontrol jalur suplay makanan akan menurunkan keamanan pangan. Karena penimbunan kotoran ternak dan sirkulasi bahan rendah akan menimbulkan masalah lingkungan seperti polusi tanah dan air, dan peningkatan suhu bumi. Dengan semua sebab tersebut, Jepang hampir tidak dapat swasembada pangan.
Keamanan pangan dapat dicegah melalui pencegahan penggunaan bahan kimia, makanan dicampur tepung tulang dimana tidak dizinkan di Jepang. Untuk pencegahan peningkatan panas bumi, di peternakan dilakukan pemanfaatan limbah kotoran sapi untuk didaur ulang menjadi pupuk. Untuk meningkatkan swasembada pangan dilakukan 4 langkah yaitu: pertama, penggunaan tanah sawah dengan sempurna, kedua promosi kontrak. Ketiga, merubah kebiasaan makan orang Jepang untuk makan makanan yang tepat dan keempat menggunakan biogas hasil dari kotoran ternak. Untuk masa depan diperlukan keseimbangan anatara kebijakan global dan kebijakan lokal.

No comments: