Viabilitas dan vigor benih merupakan dua parameter penting dalam menilai kualitas benih padi, terutama dalam konteks pertanian yang mengutamakan hasil optimal. Berikut penjelasannya:
1. Viabilitas Benih
Viabilitas adalah kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman normal di bawah kondisi yang optimal. Ini menunjukkan apakah benih masih hidup dan dapat berkecambah.
Indikator viabilitas:
Persentase kecambah normal dalam uji daya kecambah.
Benih dikatakan viabel jika memiliki daya kecambah tinggi (biasanya ≥ 80% untuk benih bermutu).
Uji viabilitas:
Daya kecambah di laboratorium (menggunakan kertas gulung, pasir, atau tanah).
Uji tetrazolium (menggunakan pewarna yang menunjukkan jaringan hidup).
2. Vigor Benih
Vigor adalah tingkat kekuatan dan kecepatan benih dalam berkecambah dan tumbuh menjadi bibit sehat, terutama di bawah kondisi lingkungan suboptimal.
Ciri-ciri benih dengan vigor tinggi:
Cepat berkecambah.
Pertumbuhan awal cepat dan seragam.
Tahan terhadap stres lingkungan (seperti kekeringan atau suhu rendah).
Uji Vigor:
Uji percepatan penuaan (accelerated aging test): Benih disimpan pada suhu dan kelembapan tinggi selama beberapa hari, lalu diuji daya kecambahnya.
Uji konduktivitas: Mengukur kebocoran elektrolit dari benih yang direndam (semakin rendah, semakin baik vigor-nya).
Uji pertumbuhan kecambah: Mengamati panjang akar dan tunas, serta jumlah kecambah abnormal.
Perbedaan Viabilitas dan Vigor:
|
Aspek |
Viabilitas |
Vigor |
Fokus penilaian
|
Apakah benih dapat berkecambah?
|
Seberapa baik benih tumbuh dan bertahan?
|
Kondisi uji
|
Optimal
|
Suboptimal atau menantang
|
Hasil pengujian
|
Persentase kecambah normal
|
Kecepatan, keseragaman, dan kekuatan |
