Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Showing posts with label Koperasi Pertanian. Show all posts
Showing posts with label Koperasi Pertanian. Show all posts

Saturday, 1 March 2025

Haruskah Peternak Sapi Ikuti Koperasi Zen-Noh Jepang?

 

Pada 12 Februari 2025, Antara melaporkan bahwa Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mengusulkan program strategis nasional untuk meningkatkan produksi daging dan susu sapi guna mencapai target pembangunan nasional. Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan strategis dengan Consolidated Pastoral Company (CPC) Australia.

 

Zen-Noh, koperasi pertanian terbesar di Jepang, telah membuktikan bagaimana kekuatan koperasi dapat membawa perubahan signifikan dalam sektor pertanian dan perekonomian.

(https://atanitokyo.blogspot.com/2025/03/zen-noh-jepang-menjadi-kekuatan.html).

 

Pembelajaran yang dapat diambil dari teladan Zen-Noh Jepang terkait pernyataan Menteri PPN dalam berita tersebut adalah pentingnya kolaborasi, penguatan kelembagaan, dan adopsi teknologi untuk memperkuat sektor peternakan dalam menghadapi tantangan yang dihadapi Indonesia.

 

1.  Kolaborasi dan Kekuatan Koperasi

Zen-Noh Jepang adalah contoh yang sangat baik dalam hal kolaborasi antara petani dan peternak untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Melalui sistem koperasi yang solid, Zen-Noh mengorganisasi petani dan peternak untuk bekerja sama dalam bidang distribusi, pemasaran, dan pengolahan hasil pertanian serta peternakan. Hal ini memperlihatkan bagaimana kerja sama antar peternak bisa memperkuat posisi tawar mereka di pasar. Jika Indonesia mengadaptasi model koperasi ini dalam sektor peternakan, seperti yang diusulkan oleh Menteri PPN, diharapkan bisa mengatasi masalah pendapatan peternak perorangan yang rendah dan ketergantungan pada perusahaan besar.

 

2.  Peningkatan Produktivitas melalui Teknologi

Zen-Noh Jepang juga terkenal dalam adopsi teknologi modern untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian dan peternakan. Dalam konteks Indonesia, program strategis yang diusulkan Menteri PPN terkait peningkatan produksi daging dan susu sapi bisa dipertegas dengan penerapan teknologi dan inovasi yang diterapkan oleh Zen-Noh. Hal ini mencakup teknologi pemeliharaan ternak yang efisien, sistem manajemen yang berbasis data, serta mekanisme distribusi yang lebih baik. Kerja sama dengan CPC Australia yang juga berfokus pada riset dan teknologi adalah langkah strategis untuk mempercepat adopsi teknologi yang dibutuhkan di sektor peternakan Indonesia.

 

3.  Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan

Zen-Noh Jepang tidak hanya fokus pada produktivitas, tetapi juga pada pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Ini terkait erat dengan tantangan yang dihadapi sektor peternakan Indonesia, yaitu pemetaan potensi lahan dan pengelolaan rantai pasok yang lebih efisien. Dengan memanfaatkan potensi 1,75 juta hektar lahan yang disebutkan dalam pernyataan Menteri PPN, Indonesia dapat belajar dari Zen-Noh dalam hal pengelolaan lahan dan sumber daya untuk mendukung sektor peternakan.

 

4.  Peningkatan Kesejahteraan Peternak

Model Zen-Noh berfokus pada kesejahteraan anggota koperasi, dengan menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi mereka. Ini sangat relevan dengan upaya yang dijelaskan oleh Menteri PPN untuk meningkatkan kesejahteraan peternak lokal. Dengan memperkuat sektor peternakan melalui peningkatan produktivitas dan pengurangan ketergantungan pada impor, peternak di Indonesia dapat menikmati keuntungan yang lebih baik dan lebih merata.

 

Secara keseluruhan, pembelajaran utama dari Zen-Noh Jepang adalah bagaimana kerja sama yang terorganisir, penerapan teknologi, dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan dapat membawa perubahan besar dalam sektor pertanian dan peternakan. Indonesia dapat mengambil langkah serupa dengan memperkuat kelembagaan peternakan lokal, meningkatkan adopsi teknologi, dan memperhatikan kesejahteraan peternak dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang lebih baik dan berkelanjutan.

 

REFERENSI

Pudjiatmoko. Zen-Noh Jepang Menjadi Kekuatan Koperasi Pertanian yang Menginspirasi Dunia. Pangan News 28 Februari 2025.

Laporan Antara. Bappenas usul program tingkatkan produksi daging dan susu sapi. 12 Februari 2025.

Zen-Noh Koperasi Pertanian yang Menginspirasi Dunia

 

Zen-Noh, koperasi pertanian terbesar di Jepang, telah membuktikan bagaimana kekuatan koperasi dapat membawa perubahan signifikan dalam sektor pertanian dan perekonomian. Pada tahun 2005, Zen-Noh mencapai omzet sebesar 63,449 miliar dolar AS, menempatkannya di peringkat teratas dalam daftar Global 300 yang dirilis oleh International Co-operative Alliance (ICA) pada Oktober 2007. Pencapaian ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara petani dan koperasi dalam mencapai kesuksesan bersama.

 

Meskipun baru didirikan pada 1972, Zen Noh kini mengelola jaringan bisnis yang meluas hingga ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Perjalanan panjang koperasi ini, yang dimulai dengan penggabungan dua koperasi besar, Zenkoren dan Zenhanren, pada 1948, menjadi inspirasi bagi koperasi-koperasi lainnya di dunia.

 

Keberhasilan Zen-Noh tidak lepas dari kekuatan luar biasa yang dimiliki petani Jepang. Mereka memiliki posisi tawar yang sangat kuat dalam sistem ekonomi dan politik negaranya. Di Jepang, berbagai komoditas pertanian sering kali lebih mahal dibandingkan dengan produk sejenis dari negara lain. Namun, pemerintah Jepang tidak bisa sembarangan mengimpor barang-barang ini tanpa persetujuan dari para petani. Bahkan, menteri pertanian Jepang pernah jatuh karena tidak mengindahkan aspirasi petani. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya koperasi dalam memberi suara kepada petani, menjadikan mereka bukan hanya pelaku ekonomi, tetapi juga kekuatan politik yang tidak bisa diabaikan.

 

Tugas Koperasi Zen-Noh

 

Koperasi Zen-Noh, sebagai koperasi pertanian nasional, memiliki peran penting dalam mendukung kesejahteraan para anggotanya. Salah satu tugas utamanya adalah menyediakan berbagai kebutuhan petani, seperti mesin pertanian, pupuk, makanan ternak, dan kendaraan bermotor yang memudahkan kegiatan pertanian. Selain itu, Zen-Noh juga berperan dalam memasarkan hasil pertanian anggota dengan tujuan memastikan mereka mendapatkan harga yang wajar dan menguntungkan. Koperasi ini selalu menjaga kualitas produk pertanian agar sesuai dengan standar tinggi yang diterapkan di Jepang, serta berusaha menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan beras untuk menghindari fluktuasi harga yang ekstrem. Dalam upaya mendukung pertanian ramah lingkungan, Zen-Noh memfasilitasi penggunaan pupuk kandang dan pupuk kompos sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan. Tidak hanya itu, koperasi ini juga aktif mengurangi limbah dan melakukan daur ulang, berkontribusi pada terciptanya sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

 

Cara Mendapatkan Barang Kebutuhan Petani

 

Untuk memenuhi kebutuhan anggotanya, Zen-Noh menggunakan berbagai metode pengadaan barang yang efektif. Salah satunya adalah dengan memproduksi sendiri, di mana koperasi mengembangkan produk yang disesuaikan langsung dengan kebutuhan para petani. Selain itu, Zen-Noh juga menjalin kerja sama dengan pabrik lokal untuk memproduksi alat pertanian dan kebutuhan lainnya, yang turut menjaga keberlanjutan ekonomi nasional. Tidak kalah penting, koperasi ini juga melakukan impor dan ekspor guna memastikan ketersediaan barang yang mungkin tidak dapat diproduksi di dalam negeri, sekaligus membuka peluang pasar bagi hasil pertanian Jepang di luar negeri. Dengan cara ini, Zen-Noh dapat terus mendukung petani dan menjaga ketahanan pangan secara berkelanjutan.

 

Komitmen terhadap Kualitas dan Keberlanjutan

 

Zen-Noh, sebagai federasi koperasi pertanian nasional, mengelola lebih dari 1.000 koperasi primer dan sekunder yang tersebar di seluruh Jepang. Dengan omzet yang mencapai 66.614 juta dolar AS atau sekitar Rp 1.070 triliun per tahun, Zen-Noh telah menjadi pemain utama dalam sektor pertanian global. Koperasi ini bukan hanya fokus pada produk pertanian, tetapi juga mencakup sektor keuangan, asuransi, dan distribusi, sehingga menciptakan ekosistem bisnis yang saling mendukung dan memperkuat.

 

Di awal berdirinya, Zen-Noh lebih fokus pada komoditas beras, yang merupakan salah satu hasil pertanian utama di Jepang. Namun, seiring berjalannya waktu, koperasi ini mulai mendorong petani untuk melakukan diversifikasi tanaman guna menghindari oversupply yang bisa menyebabkan harga beras jatuh. Koperasi Jepang berusaha menjaga agar harga komoditas tetap stabil, sesuai dengan standar hidup masyarakat Jepang yang sangat tinggi. Meskipun komoditas pertanian di Jepang relatif lebih mahal dibandingkan dengan pasar global, koperasi memastikan bahwa para petani mendapatkan harga yang layak dan menguntungkan.

 

Tanggung Jawab Sosial

 

Zen-Noh tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga memikul tanggung jawab sosial yang besar dalam upaya menciptakan dampak positif bagi masyarakat. Salah satunya adalah dengan menjaga kualitas produk makanan agar tetap sehat dan aman untuk dikonsumsi. Selain itu, Zen-Noh berkomitmen pada praktik pertanian berkelanjutan yang menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Koperasi ini juga berupaya menjaga kestabilan ketersediaan dan permintaan beras, sehingga tidak terjadi lonjakan harga yang merugikan baik petani maupun konsumen. Dalam rangka mendukung pertanian ramah lingkungan, Zen-Noh memfasilitasi penggunaan pupuk kandang dan pupuk kompos sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Tidak hanya itu, koperasi ini juga aktif mengurangi limbah dan melakukan daur ulang untuk menjaga kelestarian lingkungan demi generasi mendatang.

 

Pencapaian Zen-Noh dan koperasi pertanian Jepang ini bukan hanya soal keberhasilan bisnis semata, tetapi juga contoh bagaimana sektor pertanian dapat berkembang secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kekuatan koperasi. Koperasi ini telah memperluas jangkauannya ke 30 negara dan memiliki afiliasi dengan 280 perusahaan, yang membuktikan bahwa model koperasi dapat beradaptasi dan bersaing di pasar global. Dengan lebih dari 14.000 karyawan, Zen-Noh tidak hanya menjadi kekuatan ekonomi di Jepang, tetapi juga membawa dampak positif bagi ekonomi global.

 

Pelajaran yang dapat diambil

 

Bagi kita, pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman Zen-Noh adalah pentingnya solidaritas, kolaborasi, dan keberlanjutan dalam membangun sektor pertanian yang tangguh. Untuk mencapai kemajuan, koperasi yang kuat dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan petani, memperkuat posisi tawar mereka, dan menjaga keberlanjutan sektor pertanian. Model koperasi seperti Zen-Noh layak dijadikan contoh dalam merancang kebijakan pertanian yang lebih baik di negara kita, demi kesejahteraan petani dan stabilitas ekonomi yang lebih kokoh.

 

SUMBER

Pudjiatmoko. Zen-Noh Jepang Menjadi Kekuatan Koperasi Pertanian yang Menginspirasi Dunia. Pangan News 28 Februari 2025.

Tuesday, 17 December 2024

Pembelajaran dari Koperasi Pertanian Jepang

Pembelajaran dari Ketangguhan Koperasi Pertanian Zen Noh Jepang

 

Pemerintah harus segera membuat program menuju ke korporatisasi koperasi dengan berbasis produksi pertanian dan pangan, dari saat ini koperasi kovensional yang hanya terbatas simpan-pinjam saja. Langkah strategis tersebut akan menciptakan koperasi kelas dunia, seperti dilakukan petani di Jepang yang berhasil membangun pabrik pengolahan pasca panen yang maju dan dapat mengekspor produknya ke banyak negara.

 

Sejarah Koperasi Pertanian Jepang

 

 

Zen Noh Jepang merupakan koperasi terbesar di dunia dari 300 koperasi yang diranking oleh International Co-operative Alliance (ICA). Dengan basis pertanian, jejaring Zen Noh telah merambah ke berbagai bisnis, yang menjangkau banyak negara. Padahal, koperasi ini baru dibentuk pada 1972, jauh lebih muda ketimbang koperasi-koperasi raksasa di Eropa dan Amerika Serikat.

 

Para petani Jepang, memiliki posisi tawar yang luar biasa kuat dalam konstelasi ekonomi dan politik di negaranya. Sudah menjadi pengetahuan umum masyarakat Jepang bahwa berbagai komoditi pertanian yang dihasilkan petaninya jauh lebih mahal ketimbang komoditi sejenis dari negara lain.

 

Namun mereka yakin bahwa produk yang dihasilkan petani Jepang lebih unggul mutunya dibanding produk dari negara lain. Maka pemerintah Jepang tidak bisa sembarangan mengimpor komoditi tersebut tanpa persetujuan petani Jepang. Lengsernya Menteri Pertanian karena mengabaikan aspirasi petani, merupakan hal yang wajar terjadi di Jepang.

 

Petani Jepang memiliki kekuatan luar biasa karena mereka kompak bersatu dalam koperasi pertanian. Soliditasnya bukan cuma ditunjukkan untuk menekan secara politik, namun juga dalam mengembangkan jaringan bisnis industri pertaniannya. Dan, ini yang perlu dicatat dengan tinta tebal, semuanya bisa terjadi lantaran para petani Jepang bersatu dalam koperasi.

 

Ketangguhan Koperasi Zen Noh

 

 

Koperasi pertanian Jepang, membentang dalam sebuah jaringan yang kokoh, dari tingkat primer hingga sekunder, yang mengerucut pada Zen Noh sebagai gabungan koperasi pertanian pada level nasional. Dengan perputaran omset pernah mencapai 63.449 dolar AS per tahun, Zen Noh menempati urutan tertinggi dalam ICA Global 300, yang dirilis ICA pada Oktober 2007.

 

Di sektor pertanian dan industri pangan, koperasi yang terbesar di dunia berdasarkan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) adalah Zen-Noh dari Jepang senilai sekitar USD56,15 miliar, diikuti Nonghyup USD41,41 miliar dari Korea Selatan, dan CHS Inc USD32,68 miliar dari Amerika Serikat.

 

Zen Noh berdiri pada 30 Maret 1972 merupakan penggabungan dua koperasi pertanian sekunder level nasional, yaitu Zenkoren (bergerak dalam pengadaan kebutuhan pertanian) dan Zenhanren (bergerak di bidang pemasaran produk pertanian). Kedua koperasi sekunder ini berdiri pada 1948.

 

Secara keseluruhan, Zen Noh menghimpun 1.173 koperasi pertanian, 1.010 di antaranya merupakan koperasi primer pertanian. Sisanya merupakan koperasi sekunder pertanian tingkat provinsi, gabungan koperasi yang terkait dengan bidang pertanian dan peternakan.

 

Hampir semua kebutuhan petani Jepang, dipenuhi melalui koperasi yang umumnya disebut JA. Mulai dari pengadaan berbagai peralatan dan input pertanian, permodalan, sampai pemasaran produk pertanian. Bahkan, kebutuhan barang sehari-hari pun, diperoleh lewat koperasinya.

 

Dengan jaringannya, koperasi pertanian Jepang menangani sektor pertanian dari hulu sampai hilir, termasuk sektor pendukungnya seperti keuangan dan asuransi. Pada awalnya, komoditi pertanian yang menjadi perhatian adalah padi. Upaya para petani Jepang telah berhasil meningkatkan produksinya, total produksi beras yang dihasilkan, rata-rata mencapai 1,58 juta ton per tahun.

 

Untuk menstabilkan pasokan dan permintaan, secara sistematis, Zen Noh mengatur sistem produksi dengan memverifikasi lahan budidaya yang dapat dikonfirmasi. Mereka juga ketat mengurangi biaya distribusi. Mengoptimalkan sawah, selain memenuhi permintaan beras, Zen Noh mengkreasi usaha bisnis makanan olahan berbahan beras.

 

Namun, pada perkembangan selanjutnya, koperasi juga mengarahkan petani untuk melakukan diversivikasi tanaman. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi over supply beras sehingga harganya jatuh. Koperasi selalu mengupayakan agar harga setiap komoditi di tingkat petani tetap tinggi, sesuai dengan standar hidup di Jepang, yang termasuk paling tinggi di dunia.

 

Tidak seperti negara berkembang yang pada umumnya mengorbankan sektor pertanian untuk membangun industri, yaitu dengan memperkecil nilai tukar hasil pertanian berhadapan dengan barang produk industri. Di Jepang nilai tukar keduanya selalu diusahakan seimbang. Dengan begitu, tingkat kesejahteraan para petani, setara dengan masyarakat yang bekerja di sektor industri.

 

Strategi tersebut, bukan tanpa risiko. Semula, Jepang memang bisa menerapkan kebijakan untuk melarang impor komoditi pertanian yang banyak dihasilkan petaninya, kendati harganya jauh lebih mahal di banding pasar dunia.

 

Namun, pada 1993, Jepang dipaksa membuka keran impor, melalui Kesepakatan Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT). Berdasarkan kesepakatan itu, mulai 1995 Jepang membuka impor beras, meskipun dibatasi hanya 4 persen dari kebutuhan beras dalam negeri. Memasuki tahun 2000, batasan itu diberbesar menjadi 4,8 persen.

 

Namun, Pemerintah Jepang tetap melindungi petaninya, antara lain dengan menetapkan bea masuk cukup tinggi, di samping tetap memberikan subsidi pada input pertanian. Melalui koperasi, petani Jepang memang mempunyai lobi yang kuat di pemerintahan.

 

Bahkan di partai besar, banyak orang koperasi yang berkiprah di sana. Mereka mampu meyakinkan pemerintah, bahwa membatasi impor komoditi pertanian dalam jangka panjang bakal menimbulkan ketergantungan yang bisa berakibat fatal. Dalam jangka pendek, melindungi pertanian di dalam negeri, juga terkait dengan stabilitas politik nasional.

 

Kebanggaan Petani Jepang

 

Lalu, apakah pertanian Jepang menjadi pasif berlindung di balik proteksi pemerintah? Tentu saja, tidak. Koperasi pertanian Jepang aktif melakukan kampanye mengusung tema “Produk Lokal untuk Konsumen Lokal”. Upaya menjaga loyalitas penduduk Jepang pada produk pertanian dalam negeri ini, tidaklah semata-mata mengandalkan unsur emosional, tapi juga rasional.

 

Petani Jepang bangga dapat memproduksi hasil pertaniannya seperti beras, buah, sayur dan daging dengan kwalitas premium sehingga diburu oleh pelanggan dan dapat dieksport dengan harga tinggi. Dilain pihak masyarakat Jepang sadar betul bahwa meskipun harganya relatif lebih mahal namun mereka lebih memilih produk pangan petani dalam negeri karena mutunya baik termasuk cita-rasanya.

 

Meskipun harganya relatif lebih tinggi, koperasi pertanian menjamin bahwa seluruh komoditi pertanian yang dihasilkan anggotanya, memenuhi standar higienis tinggi. Dengan label sistem bar-code di setiap kemasan pertanian yang dibeli di toko koperasi, konsumen dengan jelas mengetahui siapa petani yang menanam produk yang mereka beli. Maka, jika terjadi sesuatu, komplain lebih mudah di lakukan. Agar produk pertanian itu bisa dijual lebih murah, koperasi membangun jaringan toko sendiri, sehingga bisa memotong rantai distribusi.

 

Zen Noh telah beranggotakan 1.032 koperasi. Perkembangan bisnis setiap koperasi pertanian di Jepang telah mendorong Zen Noh terus melebarkan sayap bisnisnya, dengan jaringan yang tersebar di 26 negara, termasuk Indonesia, dan memiliki afiliasi dengan 249 perusahaan. Jumlah karyawannya mencapai 12,5 ribu orang lebih.

 

Produktivitas Ketahanan Pangan Berkelanjutan

 

 

Sehubungan tuntutan perlindungan lingkungan hidup secara global untuk meningkatkan “Produktivitas ketahanan pangan berkelanjutan” maka dibuat kebijakan menjaga kelestarian lingkungan hidup.

 

Kerangka Kerja “Produktivitas ketahanan pangan berkelanjutan” mencakup seluruh rantai pasokan pangan dengan meningkatkan koherensi dan transparansi kebijakan. Ini sangat penting untuk membangun kepercayaan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi pangan.

 

Langkah pertama untuk memperbaiki kebijakan lingkungan hidup yaitu membalik kebijakan yang mempertahankan petani dalam kegiatan yang tidak kompetitif dan berpenghasilan rendah, merusak lingkungan, menghambat inovasi, memperlambat perubahan struktural dan generasi dan melemahkan ketahanan. Sehingga kebijakan pertanian difokuskan pada tindakan meningkatkan produktivitas dan berkelanjutan jangka panjang, seperti investasi modal sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, dan akses petani ke pasar.

 

Peraturan dan kebijakan mendukung kelestarian lingkungan hidup yang baik disertai dengan kelancaran akses pasar, telah mendorong terlaksananya praktik bisnis yang baik bagi produsen industri pertanian. Pada saat ini produsen didorong berinovasi untuk merespons tantangan peningkatan produktivitas pangan beserta sistem pengelolaannya.

 

Membangun sistem inovasi pertanian lebih kuat dengan meningkatkan kolaborasi semua pelaku jaringan untuk menghasilkan inovasi tepat guna yang dibutuhkan oleh sektor pertanian. Dengan tata kelola yang baik dapat membantu terbentuknya tujuan strategis yang jelas melalui (a) konsultasi dengan pemangku kepentingan; (b) mekanisme dan prosedur evaluasi yang komprehensif; dan (c) penerapan metode baru serta membantu peningkatan keterampilan petani sesuai dengan kebutuhan.

 

Sebagai kesimpulan sudah saatnya petani Indonesia didukung dan didorong untuk membangun dan mengembangkan Koperasi Nasional menuju koperasi kelas dunia. Pemerintah didukung DPR segera membuat program korporatisasi koperasi pertanian dan pangan untuk menuju masyarakat petani Indonesia yang tangguh dan berdaya saing

 

SUMBER:

Pudjiatmoko. Belajar dari Koperasi Pertanian Zen Noh Jepang. Indopos.co.id. 4 Oktober 2022.