”Allah Menciptakanmu Sempurna Sesuai kehendak-Nya.
Hargai Dirimu, Syukuri Hidupmu.”
Seringkali hati kita terasa gelisah ketika melihat orang
lain tampak lebih berhasil, lebih sejahtera, atau lebih bahagia daripada diri
kita. Seakan hidup ini tidak adil, dan kita merasa tertinggal
jauh di belakang. Padahal, hakikatnya setiap manusia memiliki jalan hidup dan
takdir yang berbeda. Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan melahirkan
rasa iri yang merusak ketenangan hati.
Islam
mengajarkan kita untuk tidak terjebak pada bayangan kebahagiaan orang lain.
Sebab, apa yang tampak indah di luar belum tentu bebas dari ujian di dalamnya.
Ada yang diuji dengan kekayaan, ada yang diuji dengan kesempitan hidup, ada
pula yang diuji dengan kesehatan atau keluarganya. Kita tidak pernah
benar-benar tahu apa yang sedang mereka hadapi. Maka, alangkah bijaknya jika
kita berhenti mengukur hidup dengan kacamata orang lain, dan mulai mensyukuri
nikmat yang Allah titipkan kepada kita.
Ketika hati dipenuhi rasa syukur, hidup menjadi lebih
ringan. Tidak ada lagi beban iri, tidak ada lagi rasa rendah diri. Sebab kita
yakin, setiap rezeki telah diatur dengan penuh keadilan oleh Allah. Kebahagiaan
sejati bukanlah pada banyaknya harta, tingginya jabatan, atau gemerlap dunia,
melainkan pada hati yang ridha dan ikhlas menerima takdir Allah. Inilah makna
sejati dari sabda Rasulullah ﷺ bahwa “Kekayaan itu bukanlah karena banyak harta benda, tetapi kekayaan
yang sebenarnya adalah kaya hati.”
Al-Qur’an pun menegaskan betapa unik dan berharganya
penciptaan setiap manusia. Dalam surah Al-Infithar ayat 7–8, Allah
berfirman:
"Yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan
kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)-mu seimbang. Dalam bentuk apa saja
yang dikehendaki, Dia menyusun (tubuh)-mu."
Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah menciptakan
manusia melalui berbagai tahap hingga menjadi bentuk yang sempurna dan
seimbang. Tidak ada satu pun manusia yang benar-benar sama dengan yang lain.
Setiap perbedaan rupa, perjalanan, bahkan ujian hidup adalah bagian dari
kehendak Allah Swt yang penuh hikmah.
Pesan penting dari ayat ini adalah bukti kekuasaan Allah Swt dalam menciptakan keragaman. Kita diajak untuk bersyukur atas anugerah
penciptaan yang sempurna, bukan untuk mendurhakai-Nya. Kita pun diperintahkan
untuk menghargai perbedaan antar sesama manusia, karena itu semua adalah bagian
dari rencana Allah Swt yang agung.
Maka, janganlah habiskan waktu untuk membandingkan diri
dengan orang lain. Sebaliknya, gunakanlah energi untuk memperbaiki diri,
memperkuat iman, dan meningkatkan ketakwaan. Bersyukurlah atas nikmat yang ada,
karena dengan syukur hati akan tenang, hidup akan lapang, dan jalan menuju
ridha Allah akan terbuka luas.
Kesimpulan
Hidup ini bukan tentang siapa yang lebih cepat, lebih
kaya, atau lebih bahagia di mata manusia. Hidup adalah perjalanan unik yang
Allah Swt rancang khusus bagi setiap hamba-Nya, lengkap dengan ujian, nikmat, dan
hikmah yang tersimpan di dalamnya. Membandingkan diri hanya akan melemahkan
iman dan merusak hati, sementara syukur dan ridha akan menenangkan jiwa serta
mendekatkan kita kepada Allah.
Maka, mari kita jadikan setiap langkah hidup sebagai
jalan untuk memperkuat iman, memperbanyak syukur, dan meningkatkan ketakwaan.
Jangan sibuk mengukur nikmat orang lain, tapi sibuklah memperbaiki diri agar
lebih dekat dengan Allah Swt. Karena sejatinya, kebahagiaan tertinggi bukanlah yang
terlihat di dunia, melainkan ketika Allah ridha dan menyiapkan surga bagi hamba
yang sabar dan bersyukur.










