Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday, 7 April 2020

Coronavirus dan Hewan Kesayangan

Bahayakah COVID-19 bagi Hewan Kesayangan ?
drh. Pudjiatmoko, Ph.D
Medik Veteriner Ahli Utama
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Coronavirus berasal dari hewan tetapi apakah itu berbahaya bagi hewan kesayangan ? Inilah yang ingin kita ketahui tentang COVID-19 dan hewan kesayangan.

Coronavirus telah hidup dan berkembang pada hewan selama ribuan tahun, tetapi hanya sedikit yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia. Coronavirus yang menjadi penyebab pandemi saat ini, SARS-CoV-2, sudah menjadi kenyataan sangat mudah menular dari manusia ke manusia, sehingga cepat sekali penyebarannya. Pada awal April - hanya empat bulan setelah pertama kali terdeteksi - virus telah menginfeksi lebih dari 1 juta orang dan menyebar ke lebih dari 180 negara.

Mengenal Coronavirus pada hewan
Virus Coronavirus termasuk Famili Coronaviridae dari subfamily Orthocoronavirinae.  Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, Betacoronavirus, gamma coronavirus, dan delta coronavirus.  Alphacoronavirus dan betacoronavirus umumnya ditemukan pada mamamalia. Gammacoronavirus dan Deltacoronavirus ditemukan dapat menginfeksi burung dan mamalia.

Pada Hewan Kesayangan Kucing

Pada hewan kesayangan, Coronavirus dapat ditemukan menginfeksi kucing dan anjing.  Feline Coronavirus (FCoV) adalah Coronavirus pada kucing yang memiliki dua bentuk klinis berbeda yaitu feline enteric Coronavirus (FECoV) yang dikarakterisasi dengan infeksi saluran pencernaan ringan dan feline infectious peritonitis (FIP) yang merupakan patotipe virulen dan hampir selalu berakibat fatal.  Feline Coronavirus termasuk ke dalam genus Alpha coronavirus.  FIP memiliki dua bentuk klinis yaitu bentuk basah dan bentuk keringBentuk basah FIP dikarakterisasi dengan efusi abdominal, sedangkan bentuk kering FIP dihubungkan dengan gangguan pada sistem saraf seperti kejang, status mental dan perilaku abnormal, defisit saraf kranial, ataksia, tetraparesis dan hiperestesia.

Pada Hewan Kesayangan Anjing

Canine enteric coronavirus (CECoV) yang termasuk ke dalam genus Alphacoronavirus pertama kali ditemukan pada tahun 1971.  CECoV secara umum ditemukan menginfeksi anjing muda dengan gejala klinis diare ringan.  Infeksi pada anjing muda biasanya bersifat fatal jika ditemukan adanya koinfeksi dengan penyakit lain seperti parvovirus.  Anjing juga dapat terinfeksi oleh canine respiratory coronavirus (CRCoV) dari genus Betacoronavirus dengan gejala klinis batuk, bersin disertai nasal discharge hingga bronchopneumonia.
Kelelawar merupakan Inang Alami Virus
Coronavirus juga dapat ditemukan pada hewan liar seperti kelelawar, landak, kelinci liar dan rodensia. Kelelawar merupakan mamalia dengan kemampuan terbang yang sangat baik sehingga memiliki cakupan jarak migrasi yang lebih luas dibandingkan dengan mamalia darat.  Cakupan jarak migrasi kelelawar yang jauh dihubungkan dengan kemampuannya dalam mentransmisikan berbagai penyakit di antaranya Coronavirus (SARS-CoV, MERS-CoV, dan SADS-CoV), bat lyssaviruses (Rabies virus), henipaviruses (Nipah virus dan Hendra virus), dan filoviruses (Marburgvirus, Ebola virus, dan Mengla virus).

Melacak pandemi coronavirus COVID-19

Ternyata SARS-CoV-2 juga dapat menyerang, masuk dan bercokol hidup dalam sel hewan. Para ilmuwan percaya bahwa penyakit ini berasal dari kelelawar di Tiongkok sebelum melompat ke hewan perantara, kemudian dari hewan perantara ini virus menginfeksi manusia. Virus ini mampu masuk ke dalam sel dengan mengikat protein permukaan sel inang yang dikenal sebagai angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) yang dimiliki oleh banyak spesies hewan.
Beberapa laporan media masa telah menginformasikan bahwa coronavirus dapat menginfeksi hewan kesayangan kita - dan lebih banyak spesies eksotik seperti harimau dan singa - tetapi kasusnya jarang.  Tampaknya tingkat penularan penyakit ini dari manusia ke hewan rendah, dan tidak ada alasan untuk berpikir kita mungkin tertular penyakit dari hewan kesayangan kita seperti kucing yang telah berada di lingkungan kita.  World Health Organization (WHO) menyatakan "tidak ada bukti bahwa seekor anjing, kucing, atau hewan kesayangan apapun yang dapat menularkan COVID-19."  Namun, pada akhir-akhir ini pemilik hewan kesayangan khawatir tentang kesehatan hewan kesayangannya dan cemas COVID-19 dapat menularinya.

Dari mana coronavirus SARS-CoV-2 berasal ?

Coronavirus ini, SARS-CoV-2, dikenal sebagai penyakit zoonosis: melompat dari spesies hewan ke manusia.  Mempelajari susunan genetik coronavirus SARS-CoV-2 yang baru ini dan membandingkannya dengan data-data coronavirus yang sudah banyak ditemukan dalam referensi yang telah ada sebelumnya, para ahli menyarankan virus tersebut kemungkinan muncul dari kelelawar di Tiongkok, sebelum melompat ke spesies perantara yang berpeluang kontak dekat dengan manusia. Beberapa ilmuwan meyakini bahwa hewan perantara tersebut mungkin adalah trenggiling, mamalia bersisik pemakan semut yang telah terbukti mengandung coronavirus pada waktu lalu dan merupakan salah satu hewan yang diperdagangkan secara ilegal di dunia.  Trenggiling dijual di Pasar Hewan Hidup di Tiongkok sebagai "sumber wabah" tetapi jurnal medis Lancet menerbitkan laporan tentang pasien yang terinfeksi penyakit ini, dan pasien pertama yang diidentifikasi tidak terpapar dengan hewan yang ada di pasar tersebut.

Tentang riwayat asal-usul SARS-CoV-2, kita tahu bahwa coronavirus mampu menginfeksi semua jenis spesies - apakah virus tersebut menyebabkan penyakit atau tidak, pertanyaan yang masih memerlukan jawabannya.  Para ahli epidemiologi ingin mengetahui spesies mana yang dapat menampung virus sehingga virus tersebut dapat bertahan di lingkungan hidup dan seberapa besar kemungkinannya akan menular kembali ke manusia.

Bisakah coronavirus menginfeksi kucing dan anjing?

Coronavirus tidak terlalu sulit untuk bisa hidup dengan nyaman ketika masuk ke inang potensial – virus tersebut telah terdeteksi di banyak spesies mamalia dan unggas, termasuk hewan kesayangan anjing dan kucing, serta hewan ternak seperti sapi, babi dan ayam.

Ada beberapa laporan yang memberikan bukti infeksi SARS-CoV-2 pada hewan peliharaan rumah tangga.  Seekor anjing sudah tua berumur 17 tahun di Hong Kong diuji berulang hasilnya "lemah positif" terhadap coronavirus pada bulan Maret 2020 dan kemudian mati.  Laporan lain, seekor kucing di Belgia dinyatakan positif menderita penyakit COVID-19 pada 24 Maret 2020.  

"Hewan kesayangan ini hidup dengan pemilik yang terinfeksi, dan hasil positif ini mengindikasikan adanya penularan penyakit dari manusia ke hewan," kata Jacqui Norris, seorang ilmuwan hewan dari University of Sydney di Australia.  "Kultur virus pada hewan peliharaan ini negatif, artinya virus yang aktif tidak ada."

Sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari Harbin Veterinary Research Institute di Tiongkok, yang diunggah ke bioRxiv pada 30 Maret 2020, tetapi laporannya belum dilakukan peer-reviewed.  Mereka meneliti kerentanan sejumlah spesies terhadap COVID-19, termasuk kucing dan anjing, menggunakan hewan berjumlah sedikit.

"Orang-orang tampaknya lebih berisiko terhadap hewan peliharaan mereka daripada hewan-hewan tersebut terhadap kita." Kata Glenn Browning, ahli mikrobiologi hewan. 

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kucing dapat terinfeksi coronavirus dan mungkin dapat menyebarkannya ke kucing lain melalui droplet saluran pernapasan.  Tim peneliti menempatkan kucing yang terinfeksi dalam kandang di sebelah kandang tiga ekor kucing tanpa penyakit dan ditemukan, dalam satu kasus, virus telah menyebar dari kucing ke kucing. Namun, kucing tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit dari luar.

Anjing tampaknya lebih tahan. Lima anjing pemburu beagle berusia 3 bulan diinokulasi dengan SARS-CoV-2 melalui hidung dan ditempatkan bersama dengan dua anjing yang tidak diinokulasi virus.  Setelah seminggu, virus tidak terdeteksi pada anjing manapun, tetapi dua ekor telah menghasilkan respons imun. Sedangkan kedua anjing yang tidak diinokulasi virus tidak mendapatkan respons imun dari anjing sekandangnya. 

Suatu kenyataan, seperti yang menjadi perhatian Jurnal Nature adalah bahwa percobaan ini dilakukan di dalam laboratorium dan hewan diinfeksi dengan coronavirus dosis tinggi, yang kemungkinan tidak mencerminkan kondisi kehidupan nyata. Namun demikian, kucing tampaknya rentan terhadap infeksi, dan penulisnya menyarankan agar dilakukan pemantauan lebih lanjut.

Laboratorium referensi IDEXX, sebuah jaringan laboratorium penguji global lebih dari 80 laboratorium di seluruh dunia, mengumumkan pada bulan Maret 2020, Laboratorium tersebut telah membuat Kit Uji PCR coronavirus untuk kucing dan anjing. Setelah melakukan uji pada lebih dari 4.000 spesimen dari AS dan Korea Selatan, tidak ada satupun yang positif.  Departemen Pertanian AS telah menyatakan tidak akan menguji hewan kesayangan kembali kecuali pengujian telah disetujui oleh otoritas kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat karena terkait dengan kasus COVID-19 manusia.

Bisakah hewan lain terinfeksi SARS-CoV-2 ?

Banyak spesies yang rentan terhadap infeksi karena mengandung reseptor yang dikenal angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2).  Coronavirus tercakup dalam proyeksi runcing seperti “Paku” mengandung protein S yang dapat klop dengan ACE2 pada permukaan sel hewan. “Paku” Coronavirus kemudian mengunci pada tempatnya dan memasuki sel untuk mereplikasi.

Menggunakan basis data dan pemodelan komputer, para peneliti telah memeriksa gen spesies untuk mengetahui apakah protein ACE2 dalam sel spesies tersebut dapat digunakan oleh SARS-CoV-2. Sebuah studi baru-baru ini, yang diterbitkan dalam jurnal Microbes and Infection pada 19 Maret, menunjukkan SARS-CoV-2 dapat mencapai reseptor ACE2 dari banyak spesies yang berbeda - termasuk kelelawar, kucing musang dan babi - dan diperkirakan hal itu juga dapat lakukan pada kambing, domba, kuda, trenggiling, lynx dan merpati.  Penelitian yang dilakukan oleh Harbin Veterinary Research Institute di Tiongkok menunjukkan bahwa virus tersebut bereplikasi buruk pada sel ayam, bebek, dan babi.

Kasus koronavirus pertama yang dikonfirmasi pada hewan di AS didokumentasikan pada 5 April 2020, ketika seekor harimau Melayu berumur 4 tahun di Kebun Binatang Bronx, ditemukan tertular virus tersebut, kemungkinan berasal dari zookeeper yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala penyakit.

Bisakah kita mendapatkan COVID-19 dari hewan peliharaan?

Masih banyak yang kita tidak tahu tentang penularan SARS-CoV-2, tetapi butir paling penting untuk ditegaskan: Ada sedikit bukti bahwa coronavirus disebarkan oleh hewan peliharaan dan hewan kesayangan.  "Sama sekali tidak ada bukti apapun bahwa hewan peliharaan memainkan peran dalam epidemiologi penyakit ini," kata Trevor Drew, direktur Australian Animal Health Laboratory.

Drew dan rekan-rekannya di AAHL menguji vaksin menggunakan hewan percobaan ferret dalam uji pra-klinis untuk menilai keamanan dan efikasi vaksin baru.  Ferret digunakan dalam percobaan karena sangat rentan terhadap infeksi coronavirus.  Drew mencatat bahwa para peneliti di AAHL tidak melihat adanya gejala klinis penyakit tersebut pada ferret, tetapi ferret tampaknya bisa mereplikasi virus.  Mungkin SARS-CoV-2 dapat menginfeksi ferret, tetapi tidak dapat cukup melakukan replikasi yang menyebabkan gejala yang sesuai dengan definisi COVID-19 pada manusia.

Mungkinkah kita bisa terinfeksi virus dari bulu hewan kesayangan ?

Risikonya rendah - tetapi tidak nol - karena coronavirus dapat bertahan hidup pada permukaan bulu dan dapat ditularkan melalui tetesan eksresi.  Secara teori, ini mungkin bertahan pada bulu, jadi kita harus selalu mencuci tangan sebelum dan setelah berinteraksi dengan hewan peliharaan jika kita merasa tidak sehat.  "Orang-orang tampaknya lebih berisiko terhadap hewan peliharaan mereka daripada kita," kata Glenn Browning, seorang ahli mikrobiologi veteriner di University of Melbourne, Australia.

Bagaimana cara melindungi hewan peliharaan?

Jika kita merasa tidak sehat dan yakin kita mungkin telah terpapar COVID-19, hal pertama yang harus kita lakukan adalah uji laboratorium. Jika khawatir kita tidak sehat, rekomendasi dari US Centers for Disease Control and Prevention adalah membatasi kontak dengan hewan peliharaan dan hewan lain, seperti halnya kita terhadap orang lain.

Metode perlindungan terbaik tetap pencegahan. Ada sejumlah besar sumber daya yang tersedia dari WHO untuk mengurangi risiko infeksi manusia, dan langkah-langkah utama sebagai berikut:
       Cuci tangan selama 20 detik dan tidak kurang!
       Pertahankan jarak sosial: usahakan untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang yang batuk atau bersin.
       Hindari menyentuh wajah, mata, atau mulut: tugas yang sulit, tetapi dengan cara ini awal virus masuk ke dalam tubuh.
       Tindakan kebersihan pernafasan: batuk dan bersin ke siku!

Jika kita sakit, agar hewan kesayangan kita untuk dikarantina di rumah dan dibatasi kontak dengan yang orang sakit.  Orang yang sakit tidak harus mengisolasi hewan peliharaannya, tetapi cobalah untuk membatasi hewan di satu atau dua kamar di rumah, kita yang sakit mengenakan masker ketika di sekitar hewan dan sering cuci tangan.

Apakah ada vaksin untuk COVID-19 pada anjing dan kucing?

Seperti halnya manusia, tidak ada vaksin yang tersedia terhadap COVID-19 saat ini. Ada vaksin coronavirus untuk penyakit anjing lainnya, tetapi bukan untuk memberikan perlindungan terhadap COVID-19 (Catatan: Australian Veterinary Association tidak merekomendasikannya untuk virus ini).

Ada banyak uji klinis yang sedang dilakukan pada manusia, dan berbagai pilihan pengobatan yang berbeda. Sementara secara teori dapat diubah untuk spesies yang berbeda (dan beberapa bahkan akan diuji di dalamnya), vaksin yang paling menjanjikan dalam pengembangan saat ini sedang dirancang hanya untuk digunakan pada manusia.

Daftar Pustaka
1.           Martina BE, Haagmans BL, Kuiken T, Fouchier RA, Rimmelzwaan GF, Van Amerongen G, Peiris JS, Lim W, Osterhaus AD.Virology: SARS virus infection of cats and ferrets. Nature 425, 915 (2003)
2.           Shi, J. et al. Preprint at bioRxiv https://doi.org/10.1101/2020.03.30.015347 (2020).
3.           Ye Qiu,.Yuan-BoZhao, QiongWang, Jin-Yan Li, Zhi-Jian Zhou, Ce-Heng Liao, Xing-Yi Ge. 2020. Predicting the angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) utilizing capability as the receptor of SARS-CoV-2. Microbes and Infection. 19 March 2020

4.  Coronavirus affects and Pets : How COVID-19 effets the dogs and  cats. https://www.cnet.com/how-to/coronavirus-and-pets-how-covid-19-affects-cats-and-dogs/

No comments: