Bahayakah COVID-19 bagi Hewan Kesayangan ?
drh. Pudjiatmoko, Ph.D
Medik Veteriner Ahli
Utama
Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan
Coronavirus berasal dari hewan tetapi
apakah itu berbahaya bagi hewan kesayangan ? Inilah yang ingin kita ketahui
tentang COVID-19 dan hewan kesayangan.
Coronavirus telah hidup dan
berkembang pada hewan selama ribuan tahun, tetapi hanya sedikit yang diketahui
menyebabkan penyakit pada manusia. Coronavirus yang menjadi penyebab pandemi
saat ini, SARS-CoV-2, sudah menjadi kenyataan sangat mudah menular dari manusia
ke manusia, sehingga cepat sekali penyebarannya. Pada awal April - hanya empat
bulan setelah pertama kali terdeteksi - virus telah menginfeksi lebih dari 1
juta orang dan menyebar ke lebih dari 180 negara.
Mengenal Coronavirus pada hewan
Virus Coronavirus termasuk Famili Coronaviridae
dari subfamily Orthocoronavirinae. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, Betacoronavirus, gamma coronavirus, dan
delta coronavirus. Alphacoronavirus dan betacoronavirus umumnya ditemukan pada
mamamalia. Gammacoronavirus dan Deltacoronavirus ditemukan dapat
menginfeksi burung dan mamalia.
Pada Hewan Kesayangan Kucing
Pada hewan kesayangan, Coronavirus dapat ditemukan menginfeksi kucing
dan anjing. Feline Coronavirus (FCoV) adalah Coronavirus pada kucing yang
memiliki dua bentuk klinis berbeda yaitu feline enteric
Coronavirus (FECoV) yang dikarakterisasi dengan infeksi saluran pencernaan ringan dan
feline infectious
peritonitis (FIP) yang merupakan patotipe virulen dan hampir selalu berakibat fatal. Feline
Coronavirus termasuk ke dalam genus
Alpha coronavirus. FIP memiliki dua bentuk klinis yaitu bentuk
basah dan bentuk kering. Bentuk
basah FIP dikarakterisasi dengan efusi abdominal, sedangkan bentuk kering FIP
dihubungkan dengan gangguan pada sistem saraf seperti kejang, status mental dan
perilaku abnormal, defisit saraf kranial, ataksia, tetraparesis dan hiperestesia.
Pada Hewan Kesayangan Anjing
Canine enteric coronavirus (CECoV) yang termasuk ke dalam genus Alphacoronavirus
pertama kali ditemukan pada tahun 1971.
CECoV secara umum ditemukan menginfeksi anjing muda dengan gejala klinis
diare ringan. Infeksi pada anjing muda
biasanya bersifat fatal jika ditemukan adanya koinfeksi dengan penyakit lain
seperti parvovirus. Anjing juga dapat
terinfeksi oleh canine respiratory
coronavirus (CRCoV) dari genus Betacoronavirus
dengan gejala klinis batuk, bersin disertai nasal discharge hingga
bronchopneumonia.
Kelelawar merupakan Inang Alami Virus
Coronavirus juga dapat ditemukan
pada hewan liar seperti kelelawar, landak, kelinci liar dan rodensia. Kelelawar
merupakan mamalia dengan kemampuan terbang yang sangat baik sehingga memiliki
cakupan jarak migrasi yang lebih luas dibandingkan dengan mamalia darat. Cakupan jarak migrasi kelelawar yang jauh
dihubungkan dengan kemampuannya dalam mentransmisikan berbagai penyakit di
antaranya Coronavirus (SARS-CoV, MERS-CoV, dan SADS-CoV), bat
lyssaviruses (Rabies virus), henipaviruses (Nipah virus dan Hendra
virus), dan filoviruses (Marburgvirus, Ebola virus, dan
Mengla virus).
Melacak pandemi coronavirus COVID-19
Ternyata SARS-CoV-2 juga
dapat menyerang, masuk dan bercokol hidup dalam sel hewan. Para ilmuwan percaya
bahwa penyakit ini berasal dari kelelawar di Tiongkok sebelum melompat ke hewan
perantara, kemudian dari hewan perantara ini virus menginfeksi manusia. Virus
ini mampu masuk ke dalam sel dengan mengikat protein permukaan sel inang yang
dikenal sebagai angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) yang dimiliki oleh banyak spesies
hewan.
Beberapa laporan media masa telah
menginformasikan bahwa coronavirus dapat menginfeksi hewan kesayangan kita -
dan lebih banyak spesies eksotik seperti harimau dan singa - tetapi kasusnya
jarang. Tampaknya tingkat penularan
penyakit ini dari manusia ke hewan rendah, dan tidak ada alasan untuk berpikir
kita mungkin tertular penyakit dari hewan kesayangan kita seperti kucing yang
telah berada di lingkungan kita. World Health Organization (WHO)
menyatakan "tidak ada bukti bahwa seekor anjing, kucing, atau hewan kesayangan
apapun yang dapat menularkan COVID-19." Namun, pada akhir-akhir ini pemilik hewan kesayangan
khawatir tentang kesehatan hewan kesayangannya dan cemas COVID-19 dapat
menularinya.
Dari mana coronavirus SARS-CoV-2 berasal ?
Coronavirus ini, SARS-CoV-2, dikenal
sebagai penyakit zoonosis: melompat dari spesies hewan ke manusia. Mempelajari susunan genetik coronavirus
SARS-CoV-2 yang baru ini dan membandingkannya dengan data-data coronavirus yang
sudah banyak ditemukan dalam referensi yang telah ada sebelumnya, para ahli
menyarankan virus tersebut kemungkinan muncul dari kelelawar di Tiongkok,
sebelum melompat ke spesies perantara yang berpeluang kontak dekat dengan
manusia. Beberapa ilmuwan meyakini bahwa hewan perantara tersebut mungkin
adalah trenggiling, mamalia bersisik pemakan semut yang telah terbukti
mengandung coronavirus pada waktu lalu dan merupakan salah satu hewan yang
diperdagangkan secara ilegal di dunia. Trenggiling dijual di Pasar Hewan Hidup di
Tiongkok sebagai "sumber wabah" tetapi jurnal medis Lancet menerbitkan
laporan tentang pasien yang terinfeksi penyakit ini, dan pasien pertama yang
diidentifikasi tidak terpapar dengan hewan yang ada di pasar tersebut.
Tentang riwayat asal-usul SARS-CoV-2, kita
tahu bahwa coronavirus mampu menginfeksi semua jenis spesies - apakah virus
tersebut menyebabkan penyakit atau tidak, pertanyaan yang masih memerlukan
jawabannya. Para ahli epidemiologi ingin
mengetahui spesies mana yang dapat menampung virus sehingga virus tersebut dapat
bertahan di lingkungan hidup dan seberapa besar kemungkinannya akan menular
kembali ke manusia.
Bisakah coronavirus menginfeksi kucing dan
anjing?
Coronavirus tidak terlalu sulit untuk bisa
hidup dengan nyaman ketika masuk ke inang potensial – virus tersebut telah
terdeteksi di banyak spesies mamalia dan unggas, termasuk hewan kesayangan anjing
dan kucing, serta hewan ternak seperti sapi, babi dan ayam.
Ada beberapa laporan yang memberikan bukti
infeksi SARS-CoV-2 pada hewan peliharaan rumah tangga. Seekor
anjing sudah tua berumur 17 tahun di Hong Kong diuji berulang hasilnya
"lemah positif" terhadap coronavirus pada bulan Maret 2020 dan
kemudian mati. Laporan lain, seekor
kucing di Belgia dinyatakan positif menderita penyakit COVID-19 pada 24 Maret
2020.
"Hewan kesayangan ini hidup dengan
pemilik yang terinfeksi, dan hasil positif ini mengindikasikan adanya penularan
penyakit dari manusia ke hewan," kata Jacqui Norris, seorang ilmuwan hewan
dari University of Sydney di Australia.
"Kultur virus pada hewan
peliharaan ini negatif, artinya virus yang aktif tidak ada."
Sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari
Harbin Veterinary Research Institute di Tiongkok, yang diunggah ke
bioRxiv pada 30 Maret 2020, tetapi laporannya belum dilakukan peer-reviewed. Mereka meneliti kerentanan sejumlah spesies
terhadap COVID-19, termasuk kucing dan anjing, menggunakan hewan berjumlah
sedikit.
"Orang-orang
tampaknya lebih berisiko terhadap hewan peliharaan mereka daripada hewan-hewan
tersebut terhadap kita." Kata Glenn Browning, ahli mikrobiologi hewan.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
kucing dapat terinfeksi coronavirus dan mungkin dapat menyebarkannya ke kucing
lain melalui droplet saluran
pernapasan. Tim peneliti menempatkan
kucing yang terinfeksi dalam kandang di sebelah kandang tiga ekor kucing tanpa
penyakit dan ditemukan, dalam satu kasus, virus telah menyebar dari kucing ke
kucing. Namun, kucing tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit dari luar.
Anjing tampaknya lebih tahan. Lima anjing
pemburu beagle berusia 3 bulan diinokulasi dengan SARS-CoV-2 melalui
hidung dan ditempatkan bersama dengan dua anjing yang tidak diinokulasi virus. Setelah
seminggu, virus tidak terdeteksi pada anjing manapun, tetapi dua ekor telah
menghasilkan respons imun. Sedangkan kedua anjing yang tidak diinokulasi virus
tidak mendapatkan respons imun dari anjing sekandangnya.
Suatu kenyataan, seperti yang menjadi
perhatian Jurnal Nature adalah bahwa
percobaan ini dilakukan di dalam laboratorium dan hewan diinfeksi dengan coronavirus
dosis tinggi, yang kemungkinan tidak mencerminkan kondisi kehidupan nyata.
Namun demikian, kucing tampaknya rentan terhadap infeksi, dan penulisnya menyarankan
agar dilakukan pemantauan lebih lanjut.
Laboratorium referensi IDEXX, sebuah jaringan
laboratorium penguji global lebih dari 80 laboratorium di seluruh dunia,
mengumumkan pada bulan Maret 2020, Laboratorium tersebut telah membuat Kit Uji
PCR coronavirus untuk kucing dan anjing. Setelah melakukan uji pada lebih dari 4.000 spesimen dari AS dan Korea
Selatan, tidak ada satupun yang positif.
Departemen Pertanian AS telah menyatakan tidak akan menguji hewan kesayangan
kembali kecuali pengujian telah disetujui oleh otoritas kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat karena terkait dengan kasus COVID-19 manusia.
Bisakah hewan lain terinfeksi SARS-CoV-2 ?
Banyak spesies yang rentan terhadap
infeksi karena mengandung reseptor yang dikenal angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Coronavirus tercakup dalam proyeksi runcing
seperti “Paku” mengandung protein S yang dapat klop dengan ACE2 pada permukaan
sel hewan. “Paku” Coronavirus kemudian mengunci pada tempatnya dan memasuki sel
untuk mereplikasi.
Menggunakan basis data dan pemodelan
komputer, para peneliti telah memeriksa gen spesies untuk mengetahui apakah
protein ACE2 dalam sel spesies tersebut dapat digunakan oleh SARS-CoV-2. Sebuah
studi baru-baru ini, yang diterbitkan dalam jurnal Microbes and Infection pada 19 Maret, menunjukkan SARS-CoV-2 dapat
mencapai reseptor ACE2 dari banyak spesies yang berbeda - termasuk kelelawar,
kucing musang dan babi - dan diperkirakan hal itu juga dapat lakukan pada
kambing, domba, kuda, trenggiling, lynx
dan merpati. Penelitian yang dilakukan oleh Harbin Veterinary Research Institute
di Tiongkok menunjukkan bahwa virus tersebut bereplikasi buruk pada sel ayam,
bebek, dan babi.
Kasus koronavirus pertama yang
dikonfirmasi pada hewan di AS didokumentasikan pada 5 April 2020, ketika seekor harimau Melayu berumur 4 tahun di
Kebun Binatang Bronx, ditemukan tertular virus tersebut, kemungkinan berasal
dari zookeeper yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala penyakit.
Bisakah kita mendapatkan COVID-19 dari
hewan peliharaan?
Masih banyak yang kita tidak tahu tentang
penularan SARS-CoV-2, tetapi butir paling penting untuk ditegaskan: Ada sedikit
bukti bahwa coronavirus disebarkan oleh hewan peliharaan dan hewan
kesayangan. "Sama sekali tidak ada bukti apapun bahwa hewan peliharaan
memainkan peran dalam epidemiologi penyakit ini," kata Trevor Drew,
direktur Australian Animal Health Laboratory.
Drew dan rekan-rekannya di AAHL menguji
vaksin menggunakan hewan percobaan ferret dalam uji pra-klinis untuk menilai
keamanan dan efikasi vaksin baru. Ferret
digunakan dalam percobaan karena sangat rentan terhadap infeksi coronavirus. Drew mencatat bahwa para peneliti di AAHL
tidak melihat adanya gejala klinis penyakit tersebut pada ferret, tetapi ferret
tampaknya bisa mereplikasi virus. Mungkin SARS-CoV-2 dapat menginfeksi ferret,
tetapi tidak dapat cukup melakukan replikasi yang menyebabkan gejala yang
sesuai dengan definisi COVID-19 pada manusia.
Mungkinkah kita bisa terinfeksi virus dari
bulu hewan kesayangan ?
Risikonya rendah - tetapi tidak nol -
karena coronavirus dapat bertahan hidup pada permukaan bulu dan dapat ditularkan
melalui tetesan eksresi. Secara teori,
ini mungkin bertahan pada bulu, jadi kita harus selalu mencuci tangan sebelum
dan setelah berinteraksi dengan hewan peliharaan jika kita merasa tidak sehat. "Orang-orang
tampaknya lebih berisiko terhadap hewan peliharaan mereka daripada kita,"
kata Glenn Browning, seorang ahli mikrobiologi veteriner di University of
Melbourne, Australia.
Bagaimana cara melindungi hewan
peliharaan?
Jika kita merasa tidak sehat dan yakin
kita mungkin telah terpapar COVID-19, hal pertama yang harus kita lakukan
adalah uji laboratorium. Jika khawatir kita tidak sehat, rekomendasi dari US
Centers for Disease Control and Prevention adalah membatasi kontak dengan
hewan peliharaan dan hewan lain, seperti halnya kita terhadap orang lain.
Metode perlindungan terbaik tetap
pencegahan. Ada sejumlah besar sumber daya yang tersedia dari WHO untuk
mengurangi risiko infeksi manusia, dan langkah-langkah utama sebagai berikut:
•
Cuci tangan selama 20 detik dan tidak kurang!
•
Pertahankan jarak sosial: usahakan untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter
dari orang yang batuk atau bersin.
•
Hindari menyentuh wajah, mata, atau mulut: tugas yang sulit, tetapi dengan cara
ini awal virus masuk ke dalam tubuh.
•
Tindakan kebersihan pernafasan: batuk dan bersin ke siku!
Jika kita sakit,
agar hewan kesayangan kita untuk dikarantina di rumah dan dibatasi kontak
dengan yang orang sakit. Orang yang sakit tidak harus
mengisolasi hewan peliharaannya, tetapi cobalah untuk membatasi hewan di satu
atau dua kamar di rumah, kita yang sakit mengenakan masker ketika di sekitar
hewan dan sering cuci tangan.
Apakah ada vaksin untuk COVID-19 pada
anjing dan kucing?
Seperti halnya manusia, tidak ada vaksin
yang tersedia terhadap COVID-19 saat ini. Ada vaksin coronavirus untuk penyakit
anjing lainnya, tetapi bukan untuk memberikan perlindungan terhadap COVID-19
(Catatan: Australian Veterinary Association tidak merekomendasikannya
untuk virus ini).
Ada banyak uji klinis yang sedang
dilakukan pada manusia, dan berbagai pilihan pengobatan yang berbeda. Sementara
secara teori dapat diubah untuk spesies yang berbeda (dan beberapa bahkan akan
diuji di dalamnya), vaksin yang paling
menjanjikan dalam pengembangan saat ini sedang dirancang hanya untuk digunakan
pada manusia.
Daftar Pustaka
1.
Martina BE, Haagmans BL, Kuiken T, Fouchier RA, Rimmelzwaan GF, Van Amerongen G, Peiris JS, Lim W, Osterhaus AD.. Virology: SARS virus
infection of cats and ferrets. Nature 425, 915 (2003)
2.
Shi, J. et al. Preprint at bioRxiv
https://doi.org/10.1101/2020.03.30.015347 (2020).
3.
Ye Qiu,Yuan-BoZhao, QiongWang, Jin-Yan Li, Zhi-Jian Zhou, Ce-Heng Liao, Xing-Yi Ge.
2020. Predicting the angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) utilizing
capability as the receptor of SARS-CoV-2. Microbes and Infection. 19 March 2020
4. Coronavirus affects
and Pets : How COVID-19 effets the dogs and
cats. https://www.cnet.com/how-to/coronavirus-and-pets-how-covid-19-affects-cats-and-dogs/
No comments:
Post a Comment