Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, 15 March 2020

Bisakah Remdesivir untuk Obat COVID-19

Remdesivir dalam percobaan untuk pengobatan COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.  Penelitian sebelumnya dalam kultur sel dan model hewan menunjukkan bahwa remdesivir dapat memblokir replikasi berbagai coronavirus, tetapi sampai sekarang belum jelas bagaimana cara kerjanya. Para peneliti, dari University of Alberta, AS, dan Gilead, mempelajari efek obat pada coronavirus yang menyebabkan Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Mereka menemukan bahwa remdesivir memblokir enzim tertentu yang diperlukan untuk replikasi virus.  Coronavirus mereplikasi dengan menyalin materi genetik mereka menggunakan enzim yang dikenal sebagai RNA polimerase.

Menggunakan enzim polimerase dari coronavirus yang menyebabkan MERS, para ilmuwan di laboratorium menemukan bahwa enzim tersebut dapat menggabungkan remdesivir, yang menyerupai blok pembangun RNA, ke dalam untaian RNA baru. Tak lama setelah menambahkan remdesivir, enzim berhenti kemamampuannya menambahkan lebih banyak subunit RNA. Hal ini akan menghentikan replikasi genom.

Para ilmuwan berhipotesis bahwa hal ini terjadi mungkin karena RNA yang mengandung remdesivir mengambil bentuk aneh yang tidak cocok dengan enzim. Untuk mengetahui secara pasti, mereka perlu mengumpulkan data struktural pada enzim dan RNA yang baru disintesis. Data tersebut juga dapat membantu para peneliti merancang obat di masa mendatang untuk memiliki aktivitas lebih banyak ditujukan pada polimerase. Mereka menyarankan RNA polimerase virus dari coronavirus sebagai target.

Remdesivir (kode pengembangan "GS-5734") adalah obat antivirus, sebuah prodrug analog nukleotida baru, yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Gilead Sciences sebagai pengobatan untuk infeksi penyakit virus Ebola dan virus Marburg, meskipun ditemukan juga aktivitas antivirus yang wajar terhadap virus yang terkait seperti virus pernapasan respirasi, virus Junin, virus demam Lassa, dan virus korona-MERS.[1]

Ketika Wabah virus Ebola di Afrika Barat merebak tahun 2013-2016, Remdesivir segera didorong untuk dilakukan uji klinis, yang akhirnya digunakan setidaknya kepada satu pasien manusia, meskipun Remdesivir baru dalam tahap awal pengembangan pada saat itu. Hasilnya cukup menjanjikan, dan digunakan secara darurat ketika merebak Wabah Ebola Kivu 2018–2019 sambil dilakukan uji klinis lebih lanjut, hingga Agustus 2019. Obat lain yang mungkin efektif seperti mAb114 dan obat dari Regeneron Pharmaceuticals yang memproduksi REGN3470-3471-3479 (kemudian disebut REGN-EB3).[2][3][4][5][6][7][8][9] Remdesivir dapat membantu melindungi terjadinya infeksi akibat virus Nipah dan Hendra,[10][11] demikian juga terhadap koronavirus, SARS,[12] dan diperkirakan terhadap infeksi 2019-nCoV.[13]

Daftar Pustaka
3.Cihlar T (20 October 2015). "Discovery and Development of GS-5734, a Novel Nucleotide Prodrug with Broad Spectrum Anti-Filovirus Activity". FANG-WHO Workshop, Fort Detrick, MD. Gilead Sciences.
4.Warren T, Jordan R, Lo M, Soloveva V, Ray A, Bannister R, et al. (Fall 2015). "Nucleotide Prodrug GS-5734 Is a Broad-Spectrum Filovirus Inhibitor That Provides Complete Therapeutic Protection Against the Development of Ebola Virus Disease (EVD) in Infected Non-human Primates". Open Forum Infect Dis. 2. doi:10.1093/ofid/ofv130.02.
5.Warren TK, Jordan R, Lo MK, Ray AS, Mackman RL, Soloveva V, et al. (March 2016)."Therapeutic efficacy of the small molecule GS-5734 against Ebola virus in rhesus monkeys". Nature. 531(7594): 381–5. Bibcode:2016Natur.531..381W. doi:10.1038/nature17180. PMC 5551389. PMID 26934220.
6.Jacobs M, Rodger A, Bell DJ, Bhagani S, Cropley I, Filipe A, et al. (July 2016). "Late Ebola virus relapse causing meningoencephalitis: a case report". Lancet. 388 (10043): 498–503. doi:10.1016/S0140-6736(16)30386-5. PMC 4967715. PMID 27209148.
7."Ebola Treatment Trials Launched In Democratic Republic Of The Congo Amid Outbreak". NPR.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-05-28.
8.McNeil, Jr., Donald G. (12 August 2019). "A Cure for Ebola? Two New Treatments Prove Highly Effective in Congo". The New York Times. Diakses tanggal 13 August 2019.
9.Molteni M (12 August 2019). "Ebola is Now Curable. Here's How The New Treatments Work".Wired. Diakses tanggal 13 August2019.
12.Sheahan TP, Sims AC, Graham RL, Menachery VD, Gralinski LE, Case JB, Leist SR, Pyrc K, Feng JY, Trantcheva I, Bannister R, Park Y, Babusis D, Clarke MO, Mackman RL, Spahn JE, Palmiotti CA, Siegel D, Ray AS, Cihlar T, Jordan R, Denison MR, Baric RS (June 2017). "Broad-spectrum antiviral GS-5734 inhibits both epidemic and zoonotic coronaviruses". Science Translational Medicine. 9 (396). doi:10.1126/scitranslmed.aal3653. PMC 5567817. PMID 28659436.
13."Coronavirus Vaccine Candidate Eyed for Human Trials by April". 22 January 2020. Diakses tanggal 23 January 2020.


No comments: