Listeria monocytogenes (L. monocytogenes)
Saat ini (27 Januari 2015) sedang hangat
diperbincangkan mengenai buah apel impor yang mengandung bakteri Listeria.
Namun, apakah bakteri Listeria itu? Mari simak informasi yang disampaikan oleh
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, dr.
H. M. Subuh, MPPM, berikut:
Karaktristik Umum
Bakteri Listeria monocytogenes (L. monocytogenes) diklasifikasikan sebagai bakteri gram-positif,
dan bergerak menggunakan flagella. Penelitian
menunjukkan bahwa 1-10% manusia mungkin memiliki L. monocytogenes di dalam ususnya. Bakteri ini juga telah
ditemukan pada setidaknya 37 spesies mamalia, baik hewan piaraan maupun hewan
liar, serta pada setidaknya 17 spesies burung, dan mungkin pada beberapa
spesies ikan dan kerang.
“Bakteri ini terdistribusi
luas dilingkungan, dapat ditemukan di tanah, pakan ternak yang dibuat dari
daun-daunan hijau yang diawetkan dengan fermentasi (silage), dan sumber-sumber alami lainnya seperti feses
ternak”, terang dr. Subuh.
Sebagai bakteri yang tidak
membentuk spora, L. monocytogenes sangat kuat dan tahan terhadap panas, asam,
dan garam. Bakteri ini juga tahan pembekuan dan dapat tetap tumbuh pada suhu 4oC, khususnya pada makanan yang disimpan di lemari pendingin.
Bakteri L. monocytogenes juga membentuk biofilm, yakni
terbentuknya lapisan lendir pada permukaan makanan.
Epidemiologi Bakteri Listeria
Listeria monocytogenes adalah suatu bakteri
yang dapat menyebabkan infeksi serius dan fatal pada bayi, anak-anak, orang
sakit dan lanjut usia, serta orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Orang sehat juga dapat terinfeksi bakteri Listeria, dengan gejala jangka pendek
yang muncul seperti demam tinggi, sakit kepala parah, pegal, mual, sakit perut
dan diare. Listeriosis merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh
bakteri L. monocytogenes.
“Infeksi Listeria dapat menyebabkan keguguran
pada perempuan hamil”, ujar dr. Subuh.
L. monocytogenes merupakan salah satu
penyebab penyakit yang serius dengan tingkat kematian sekitar 20-30 persen.
Tingkat kematian di antara bayi yang baru lahir yang terinfeksi L.
monocytogenes adalah 25-50 persen.
Di Spanyol, kasus
listeriosis pada manusia jarang terjadi, sekitar 1 kasus per 100.000 penduduk.
Tahun 1981 di Kanada, pernah terjadi wabah listeriosis yang menyebabkan
kematian beberapa domba akibat memakan kubis yang terkontaminasi L. monocytogenes. Dua tahun kemudian, lebih kurang 14
orang meninggal dunia dari sejumlah 49 orang yang dirawat di rumah sakit di
Massachusetts dengan gejala klinis berupa septikemia dan meningitis karena
mengkonsumsi susu pasteurisasi yang terkontaminasi. Tahun 1985, terjadi wabah
listeriosis di Los Angeles dan California. Dilaporkan sejumlah 29 orang
meninggal akibat mengkonsumsi keju yang terkontaminasi. Selanjutnya, antara
tahun 1991-2002 di Eropa juga pernah dilaporkan 19 kasus listeriosis invasif.
Kasus Listeriosis juga dilaporkan 9 negara lainnya dengan
total wabah listeriosis sebanyak 526 kasus. Sejak
tahun 1998, Perancis telah mengembangkan sistem untuk melaksanakan kegiatan
monitoring listeriosis pada manusia dan dilakukan investigasi pada sumber foodborne listeriosis.
Centers for Disease Control and
Prevention (CDC)
memperkirakan bahwa telah terjadi sekitar 1600 kasus dengan 260 kematian karena
listeriosis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Data tahun 2013 menyebutkan
bahwa rata-rata kejadian listeriosis di Amerika Serikat setiap tahunnya adalah
0,26 kasus per 100.000 penduduk. Trend kejadian listeriosis dibandingkan dengan
1996-1998, kejadian listeriosis telah menurun sekitar 42% tahun 2012. Wabah
listeriosis terbesar dalam sejarah AS terjadi pada tahun 2011, ketika terjadi
147 penyakit, 33 kematian, dan 1 keguguran pada penduduk di 28 negara bagian
yang mana wabah dikaitkan dengan konsumsi blewah dari sebuah pertanian.
Gejala Listeriosis
Gejala Listeriosis dapat muncul kapan saja
antara 3-70 hari pasca infeksi bakteri Listeria, rata-rata biasanya sekitar 21
hari. Gejala umumnya, yaitu demam, nyeri otot, disertai mual atau diare (kurang
umum). Jika infeksi menyebar ke sistem saraf pusat (SSP), gejala dapat mencakup
sakit kepala, kaku pada leher, bingung, kehilangan keseimbangan, dan terkadang
mengalami kejang.
“Bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan
yang lemah, bakteri Listeria dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan
meningitis atau infeksi otak”, tutur dr. Subuh.
Pada wanita hamil yang terinfeksi, muncul
gejala seperti flu ringan. Namun, infeksi selama kehamilan dapat menyebabkan
keguguran, infeksi pada bayi yang baru lahir, atau bayi lahir mati. Gejala juga
biasanya muncul pada bayi baru lahir di minggu pertama kehidupan, tetapi juga
dapat terjadi di kemudian hari. Gejala pada bayi baru lahir sering tidak
terlihat, namun dapat berupa tanda seperti lekas marah, demam, dan tidak mau
makan.
Sumber Penularan
Sumber penularan L. monocytogenes dapat terjadi pada beberapa aspek
mulai dari pemilihan makanan, pengolahan, hingga penyajian. Pada pemilihan
makanan penularan biasanya terjadi pada produk seperti susu mentah, susu yang
proses pasteurisasinya kurang benar, keju (terutama jenis keju yang dimatangkan
secara lunak), es krim, sayuran mentah, sosis dari daging mentah yang
difermentasi, daging unggas mentah dan yang sudah dimasak, semua jenis daging
mentah, dan ikan mentah atau ikan asap. Pada saat pengolahan makanan, juga
dapat terjadi penularan jika menggunakan alat masak yang telah terkontaminasi L. monocytogenes.
“Selain itu, bayi bisa lahir dengan Listeria
jika ibu hamil memakan makanan yang terkontaminasi bakteri selama kehamilan”,
ujar dr. Subuh.
Populasi yang rentan
terinfeksi listeriosis, yaitu wanita hamil atau janin dalam kandungan; infeksi
perinatal yaitu sesaat sebelum dan sesudah kelahiran; neonatal yaitu setelah
kelahiran; orang yang system kekebalannya lemah karena perawatan dengan corticosteroid (salah satu jenis hormon),
obat-obat anti kanker, graft suppression therapy (perawatan
setelah pencangkokan bagian tubuh, dengan obat-obat yang menekan sistem
kekebalan tubuh); orang dengan HIV-AIDS (ODHA); pasien kanker, terutama pasien
leukemia; serta beberapa dilaporkan meskipun jarang pada pasien penderita
diabetes, pengecilan hati (cirrhotic), asma,
dan radang kronis pada usus besar (ulcerative colitis);
orang-orang tua (status imun mulai menurun); beberapa laporan menunjukkan bahwa
orang normal yang sehat juga dapat menjadi rentan, walaupun penggunaan antasida atau cimetidine mungkin
berpengaruh.
“Kasus listeriosis yang pernah terjadi di
Swiss, yang melibatkan keju, menunjukkan bahwa orang sehat dapat terserang
penyakit ini, terutama bila makanan terkontaminasi organisme ini dalam jumlah
besar”, imbuh dr. Subuh.
Diagnosis dan Pencegahan
Listeriosis hanya dapat didiagnosis secara
pasti dengan cara membiakkan organisme ini dari darah, cairan cerebrospinal
yaitu cairan otak dan sumsum tulang belakang, atau kotoran (sulit dilakukan dan
terbatas kegunaannya).
Untuk pencegahan, ada beberapa langkah pencegahan
agar terhindar dari infeksi bakteri Listeria, yaitu:
1) Bilas bahan mentah dengan air mengalir,
seperti buah-buahan dan sayuran, sebelum dimakan, dipotong, atau dimasak.
Bahkan jika hasil tersebut sudah dikupas, tetap harus dicuci terlebih dahulu;
2) Menggosok produk hasil pertanian, seperti
melon dan mentimun, dengan menggunakan sikat bersih sebelum disimpan, dan
keringkan produk dengan kain bersih atau kertas;
3) Pisahkan daging mentah dan unggas dari
sayuran, makanan matang, dan makanan siap-saji;
4) Cuci peralatan masak, berupa alat atau
alas pemotong, yang telah digunakan untuk daging mentah, unggas, produk-produk
hewani sebelum digunakan pada produk makanan lainnya; serta
5) Cuci tangan menggunakan sabun sebelum
mengolah makanan, dan saat akan makan.
“Pencegahan secara total mungkin tidak dapat
dilakukan, namun makanan yang dimasak, dipanaskan dan disimpan dengan benar
umumnya aman dikonsumsi karena bakteri ini akan mati pada temperatur 75°C”,
tandas dr. Subuh.
Untuk informasi lebih lanjut, masyarakat
dapat menghubungi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Sumber:
Pusat Komunikasi Publik
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
No comments:
Post a Comment