Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday, 1 April 2023

Rasa Takut dan Harap kepada Allah Azza wa Jalla

Rasa Takut dan Harap kepada Allah Azza wa Jalla

 

Seorang mukmin dalam hatinya harus memiliki khauf (Takut kepada Allah Azza wa Jalla) dan raja’ (Harap kepada Allah Azza wa Jalla). Yakni rasa takut dan harap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Takut terhadap murka-Nya dan berharap mendapat rahmat-Nya.

 

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا

 

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS. Al Isra: 57)

 

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menjelaskan, ayat ini turun berkaitan dengan orang-orang yang menyembah Uzair, Isa Al masih, dan orang-orang shalih lainnya. Padahal para Nabi dan orang-orang shalih yang mereka seru itu menyembah Allah serta memiliki raja’ dan khauf. Orang-orang shalih itu sangat mengharapkan rahmat Allah dan takut terhadap azab-Nya.

 

Riwayat lain dari Ibnu Mas’ud menyebutkan, rangkaian ayat ini berkenaan dengan orang-orang yang menyembah segolongan jin. Lalu golongan jin itu masuk Islam, memiliki raja’ dan khauf.

 

Khauf dan raja’ merupakan karakter yang harus dimiliki oleh seorang mukmin. Tanpa keduanya, ibadah kita takkan bisa mencapai kesempurnaan.

 

“Ibadah tidak akan sempurna kecuali dengan adanya rasa takut dan harapan,” tulis Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir. “Dengan adanya rasa takut, seseorang akan menjauh dari kemaksiatan. Dan dengan harapan, seseorang akan memperbanyak ketaatan.”

 

Pengertian Khauf

 

Secara bahasa, khauf (الخوف) berasal dari kata khafa, yakhafu, khaufan yang artinya takut. Yakni takut kepada Allah Subhanahu wa Taala. Selain khauf, dalam Al Quran juga digunakan istilah khasyah yang terkadang maknanya sama, terkadang lebih khusus.

 

Dalam Al Furuq Al Lughawiyyah dijelaskan, khauf adalah perasaan takut dari hukuman atau sesuatu yang dibenci yang mengenainya, disebabkan melakukan sesuatu yang dilarang dan tidak sungguh-sungguh dalam ketaatan.

 

Ibnu Qudamah mengatakan khauf adalah ungkapan kegundahan hati karena adanya sesuatu yang tidak disukai dan akan terjadi pada masa mendatang. Sedangkan Al Qusyairi menjelaskan, khauf adalah perasaan di kedalaman hati yang menghindarkan seseorang dari segala yang tidak disukai dan tidak diridhai Allah.

 

Dengan demikian, semakin besar khauf seseorang, semakin ia taat kepada Allah serta menjauhi dosa dan maksiat. Semakin besar khauf seseorang, semakin ia menghindari hal-hal yang mempersulit hisabnya. Semakin khauf seseorang, semakin ia menjauhi hal-hal yang bisa menyeretnya ke neraka.

 

Keutamaan Khauf

 

1. Meningkatkan Taat dan Taqwa

 

Orang yang memiliki rasa khauf, ia akan semakin taat kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya. Sebagaimana para malaikat yang khauf-nya sempurna, maka sempurnalah ketaatannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

 

يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

 

Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (QS. An Nahl: 50)

 

Takut kepada Allah tidaklah sama dengan takut kepada suatu bahaya atau ancaman binatang buas. Seseorang yang takut diterkam singa, dia akan menjauhinya. Namun orang yang takut kepada Allah, dia akan semakin mendekat kepada-Nya. Orang yang takut kepada Allah, dia akan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

 

Orang yang takut kepada Allah, tidak akan menggunakan tangannya untuk bermaksiat. Dia tidak akan merampas yang bukan haknya, tidak akan menzalimi orang lain, tidak akan mencuri, tidak akan melakukan korupsi, tidak akan menandatangani peraturan yang merugikan rakyat.

 

Orang yang takut kepada Allah, bahkan tidak akan mengisi hati dan pikirannya dengan kemaksiatan dosa. Ia tidak membenci sesama mukmin, tidak menyimpan dendam, tidak hasad bahkan tidak ada ghill dalam hatinya.

 

Pun demikian, karena takut-Nya kepada Allah, ia tidak akan mengkhianati sumpah janjinya. Ia tidak akan menyia-nyiakan amanah yang telah diberikan kepadanya.

 

2. Jaminan Keamanan

 

Orang yang memiliki rasa khauf kepada Allah, di akhirat nanti ia akan mendapatkan jaminan keamanan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi:

 

وَعِزَّتِيْ لَا أَجْمَعُ عَلَى عَبْدِيْ خَوْفَيْنِ وَأَمْنَيْنِ إِذَا خَافَنِيْ فِي الدُّنْيَا أَمِنْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَإِذَا أَمِنَنِيْ فِي الدُّنْيَا أَخَفْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

 

Demi kemuliaan -Ku, Aku tidak menghimpun pada hamba-Ku dua macam rasa takut dan dua macam rasa aman. Apabila dia merasa takut kepada-Ku di dunia, Aku membuatnya merasa aman pada Hari Kiamat. Apabila dia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku membuatnya takut pada Hari Kiamat. (HR. Ibnu Hibban dan Baihaqi; shahih)

 

3. Tak Tersentuh Api Neraka

 

Ini adalah kalimat kiasan yang maknanya diselamatkan dari neraka. Yakni orang-orang yang menangis karena rasa takutnya kepada Allah.

 

عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ

 

Dua mata yang tidak akan tersentuh neraka; mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang tidak terpejam saat berjaga-jaga di jalan Allah. (HR. Tirmidzi; shahih)

 

Ketika membaca sirah shahabat, sirah tabi’in dan para ulama, kita dapati mereka banyak menangis karena takut kepada Allah.

 

“Demi Allah, telah kulihat sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang kini tidak kujumpai orang-oran seperti mereka,” kata Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu.

 

“Para sahabat adalah orang-orang yang kusut dan berdebu, di antara mata mereka seakan-seakan ada iring-iringan orang yang mengantar jenazah. Mereka senantiasa sujud dan berdiri kepada Allah. Mereka tampak seperti pohon yang condong dan bergoyang pada saat angin berhembus kencang. Mereka selalu menangis hingga kain mereka basah.”

 

4. Masuk Surga

 

Orang-orang yang takut kepada Allah, tempat kembalinya adalah surga. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

 

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى  . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

 

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (QS. An Nazi’at: 40-41)

 

Ada dua makna man khaafa maqaama rabbihi dalam ayat ini yang dikemukakan oleh sebagian mufassirin seperti Syaikh Wahbah Az Zuhaili. Pertama, takut saat ia berdiri di hadapan Allah pada yaumul hisab kelak. Kedua, takut akan maqam atau kebesaran Allah.

 

Rasa khauf ini diiringi dengan menahan diri dari hawa nafsu dan syahwatnya. Sebenarnya ia bisa memperturutkan nafsu dan syahwatnya. Dengan tenaganya, dengan uangnya, dengan kesempatan di depannya. Namun ia tidak menuruti nafsunya karena ia takut kepada Allah. Ia takut bagaimana nanti sewaktu berdiri di hadapan Allah.

 

Maka orang seperti ini, ia akan dimasukkan ke dalam jannah-Nya.Tempat tinggalnya di akhirat adalah surga. Kekal abadi dalam kenikmatan selama-lamanya.

 

5. Mendapat Dua Surga

 

Tak hanya dimasukkan surga, orang yang memiliki rasa khauf akan mendapatkan dua surga.

 

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ

 

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (QS. Ar Rahman: 46)

 

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, dua surga itu adalah surga ruhani dan surga jasmani. Surga ruhani adalah ridha Allah. Sedangkan surga jasmani adalah kesenangan materiil seperti kesenangan dunia atau yang lebih besar dari itu.

 

Ia menjelaskan pula tafsir lainnya. Bahwa sama sekali tidak menutup kemungkinan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memberikan dua surga atau bahkan lebih banyak. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

 

جِنَانُ الْفِرْدَوْسِ أَرْبَعٌ ثِنْتَانِ مِنْ ذَهَبٍ حِلْيَتُهُمَا وَآنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا وَثِنْتَانِ مِنْ فِضَّةٍ آنِيَتُهُمَا وَحِلْيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا وَلَيْسَ بَيْنَ الْقَوْمِ وَبَيْنَ أَنْ يَنْظُرُوا إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ رِدَاءُ الْكِبْرِيَاءِ عَلَى وَجْهِهِ فِى جَنَّةِ عَدْنٍ

 

Surga-surga Firdaus ada empat. Dua surga terbuat dari emas berikut semua perhiasan, wadah dan segala apa yang ada di dalamnya juga terbuat dari emas. Dan dua surga terbuat dari perak berikut semua perhiasan, wadah dan segala apa yang ada di dalamnya juga terbuat dari perak. Tidak ada penghalang antara para penghuni surga di surga Adn untuk melihat Tuhan mereka Azza wa Jalla kecuali selendang kebesaran dan keagungan-nya. (HR. Ahmad)

 

Cara Menumbuhkan dan Menguatkan Khauf

 

Bagaimana agar kita memiliki khauf, bahkan menguatkannya? Ada beberapa kiat yang bisa kita amalkan.

 

1. Memperdalam Ma’rifatullah

 

Semakin seseorang mengenal Allah, akan semakin kuat rasa takut kepada-Nya. Dan tentu saja, orang yang paling takut kepada Allah adalah Rasulullah. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

فَوَاللَّهِ إِنِّى لأَعْلَمُهُمْ بِاللَّهِ وَأَشَدُّهُمْ لَهُ خَشْيَةً

 

Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling tahu di antara mereka tentang Allah, karena itu aku orang yang paling takut di antara mereka kepada-Nya. (HR. Bukhari dan Muslim)

 

2. Banyak Mengingat Akhirat

 

Membaca ayat-ayat dan hadits-hadits tentang hari kiamat, akhirat, surga dan neraka akan membuat kita memiliki gambaran yang benar sekaligus menguatkan rasa khauf kita. Tidak sekedar membaca atau menghafalkan tetapi membayangkan dan merenunginya.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyampaikan khutbah kepada para sahabat tentang surga dan neraka. Kemudian beliau bersabda:

 

لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

 

Jika saja kalian mengetahui apa yang aku ketahui, pastilah kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. (Muttafaq ‘alaih)

 

Lalu para sahabat menangis sesenggukan sambil menutup wajah mereka.

 

3. Mengingat Keutamaan Khauf

 

Yakni lima poin yang telah dijelaskan di atas. Betapa banyak keutamaan yang kita dapat dan keberuntungan yang kita raih ketika kita memiliki rasa khauf. Mulai dari meningkatnya ketaatan, jaminan keamanan, selamat dari neraka, masuk surga hingga mendapat dua surga.

 

4. Membaca Keteladanan Nabi, Sahabat dan Para Ulama

 

Khususnya dalam bab ketakutan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab dengan mendapatkan bagaimana keteladanan karakter mereka, kita memperoleh gambaran hidup yang menggugah hati.

 

5. Mujahadah dengan Riyadhah

 

Khauf adalah amalan hati, ia perlu kesungguhan untuk dilatih (riyadhah). Jika skill duniawi saja perlu 10.000 jam terbang untuk melatihnya menjadi expert, riyadhah untuk mendapatkan dan meningkatkan khauf ini bisa berlangsung seumur hidup.

 

Tanamkan rasa takut kepada Allah. Hadirkan takut kepada-Nya dengan membayangkan apa yang akan terjadi saat sakaratul maut. Latih takut kepada-Nya dengan membayangkan apa yang akan terjadi saat berada di alam barzakh. Saat yaumul mahsyar, saat menghadapi hisab. Saat melewati shirath. Hingga penentuan akhir apakah masuk surga atau neraka.

 

Pengertian Raja’

 

Secara bahasa, raja’ (رجاء) berasal dari kata rajâ yarjû rajâ-an, yang berarti mengharap dan pengharapan. Yakni mengharapkan keridhaan Allah Subhanahu wa Taala dan rahmat dari-Nya.

 

Imam Ghazali dalam Minhajul Abidin menjelaskan, raja’ adalah kebahagiaan dan semangatnya hati (al ibtihaj) karena mengetahui begitu banyak karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjadi tenang (al istirwah) karena mengingat keluasan rahmat-Nya.

 

Sebagaimana khauf, raja’ hukumnya juga wajib. Ia harus dimiliki setiap mukmin. Lawannya adalah putus asa (al ya’su) dan Allah melarangnya.

 

Keutamaan Raja’

 

1. Terwujudnya Cita-Cita

 

Orang yang berharap kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala, ia akan mendapatkan apa yang ia harapkan.

 

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Ketika seorang hamba berbaik sangka kepada Allah, Allah akan mewujudkan kebaikan dan harapan tersebut. Sebaliknya, ketika seseorang berburuk sangka kepada Allah dan putus asa dari rahmat Allah, ia pun akan mendapatkan apa yang yakini tersebut.

 

2. Dimudahkan Istiqamah dalam Kebenaran

 

Orang yang memiliki raja’ akan Allah mudahkan istiqamah dalam kebenaran, bahkan Allah memudahkannya untuk meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

 

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21)

 

3. Selamat dari Siksa

 

لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

 

Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian mati sebelum berbaik sangka kepada Allah Azza wa Jalla. (HR. Muslim)

 

Mujahid rahimahullah mengatakan, seorang hamba pada hari kiamat diperintahkan masuk neraka. Lalu hamba itu berkata, “Aku tidak pernah menyangka yang seperti ini.”

 

Allah bertanya, “Lalu apa yang engkau sangkakan?”

Hamba itu menjawab, “Engkau mengampuni dosaku.”

Allah berfirman, “Beri dia jalan ke surga.”

 

4. Berjumpa dengan Allah

 

Salah satu raja’ yang sering diulang dalam Al Qur’an adalah harapan bertemu Allah. Ini merupakan raja’ tertinggi dan Allah pasti akan mengabulkannya.

 

مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآَتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

 

Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Ankabut: 5)

 

5. Terhindar dari Putus Asa

 

Orang yang memiliki raja’ benar-benar memahami betapa luasnya rahmat Allah, betapa agung kasih sayang-Nya dan betapa besar ampunan-Nya. Maka ia takkan pernah putus asa, bahkan sebesar apa pun ia pernah berdosa.

 

وَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ مَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الرَّحْمَةِ مَا قَنِطَ مِنْ جَنَّتِهِ أَحَدٌ

 

Dan jika saja orang kafir tahu rahmat Allah, tidak seorang pun (dari mereka) yang putus asa terhadap surga-Nya. (HR. Muslim)

 

Cara Menumbuhkan dan Menguatkan Raja’

 

Bagaimana agar raja’ tumbuh dan kuat di hati kita? Ada beberapa kiat yang bisa kita amalkan.

 

1. Mengingat Anugerah dan Nikmat Allah

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan begitu banyak nikmat dan anugerah-Nya kepada kita. Bahkan tanpa kita minta.

 

Bukankah kita tak pernah meminta memiliki dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga. Orang tua juga tidak memohon sedetil itu saat anaknya berada dalam kandungan. Namun Allah telah mengagunerahkannya.

 

Betapa banyaknya nikmat yang tak pernah berlalu dari kehidupan kita. Jantung yang terus berdetak, nadi yang terus berdenyut, oksigen gratis yang terus kita hirup, sinar matahari yang membuat manusia dan bumi terus hidup.

 

Belum lagi rezeki yang Allah karuniakan hingga tak seorang pun di antara kita yang mati kelaparan. Bahkan semua manusia Allah beri rezeki; tak peduli ia mukmin atau kafir, taat atau ahli maksiat, bertaqwa atau pendosa.

 

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

 

Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya… (QS. Hud: 6)

 

Mengingat nikmat dan anugerah ini membuat raja’ akan menguat.

 

2. Menghayati Banyaknya Janji Allah

 

Menghayati banyaknya janji Allah berupa pahala besar dan kemuliaan juga menguatkan raja’ kepada-Nya. Allah memberikan pahala dan kemuliaan berdasarkan kemurahan-Nya. Seandainya semata-mata hanya berdasarkan amal, niscaya sedikit sekali pahala yang didapat manusia.

 

Lihatlah, Allah menjanjikan balasan amal kebaikan dilipatgandakan 10 kali lipat. Bahkan ada yang 700 kali lipat seperti sedekah. Ada yang lebih besar lagi, ila masya Allah. Sampai dengan batasan yang dikehendaki Allah.

 

يَقُولُ اللَّهُ إِذَا أَرَادَ عَبْدِى أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً فَلاَ تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا بِمِثْلِهَا وَإِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِى فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةٍ

 

“Allah berfirman, ‘Jika hamba-Ku bertekad melakukan kejelekan, janganlah dicatat hingga ia melakukannya. Jika ia melakukan kejelekan tersebut, maka catatlah satu kejelekan yang semisal. Jika ia meninggalkan kejelekan tersebut karena-Ku, maka catatlah satu kebaikan untuknya. Jika ia bertekad melakukan satu kebaikan, maka catatlah untuknya satu kebaikan. Jika ia melakukan kebaikan tersebut, maka catatlah baginya 10 kebaikan yang semisal  hingga 700 kali lipat.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

3. Merenungkan Luasnya Rahmat Allah

 

Dia lebih mendahulukan kasih sayang-Nya daripada murka-Nya karena Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Mahakaya lagi Mahamulia. Serta Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.

 

Di antara rahmat Allah, ketika Dia mengistiqamahkan kita di jalan-Nya. Berhimpun dalam misi suci melanjutkan perjuangan Nabi. Mendakwahkan agama-Nya, memperjuangkan tegaknya keadilan dan mewujudkan kesejahteraan.

 

Hanya dengan rahmat-Nya, seseorang akan masuk surga. Sebab sesungguhnya amal-amalnya tidak cukup untuk tiket ke surga, bahkan tidak cukup untuk membayar nikmat-nikmat yang Allah anugerahkan.

 

سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا فَإِنَّهُ لَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ أَحَدًا عَمَلُهُ. قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِىَ اللَّهُ مِنْهُ بِرَحْمَةٍ

 

“Berkatalah yang benar, mendekatlah kepada Allah dan terimalah kabar gembira bahwa sekali-kali amal seseorang tidak bisa memasukkannya ke surga.” Para sahabat bertanya, “Tidak pula engkau wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak pula aku, kecuali jika Allah melimpahkan dengan rahmat-Nya.” (HR. Muslim)

 

4. Mengingat Luasnya Ampunan Allah

 

Inilah salah satu penguat raja’ yang membuat seorang hamba mestinya jauh dari kata putus asa. Sebab senantiasa ada pintu taubat, senantiasa ada ampunan-Nya.

 

إِنَّ إِبْلِيسَ قَالَ لِرَبِّهِ بِعِزَّتِكَ وَجَلاَلِكَ لاَ أَبْرَحُ أُغْوِى بَنِى آدَمَ مَا دَامَتِ الأَرْوَاحُ فِيهِمْ. فَقَالَ اللَّهُ فَبِعِزَّتِى وَجَلاَلِى لاَ أَبْرَحُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِى

 

Sesungguhnya iblis berkata kepada Rabb-nya. “Demi kemuliaan dan keagungan-Mu, aku senantiasa akan menyesatkan Bani Adam selagi masih ada ruh di dalam diri mereka.” Lalu Allah berfirman, “Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni dosa mereka selagi mereka memohon ampunan kepada-Ku.” (HR. Ahmad; shahih)

 

Demikian pengertian, keutamaan dan cara menumbuhkan khauf dan raja’. Semoga Allah menganugerahi kita kedua sifat itu, menjadi karakter yang senantiasa menjaga perbuatan dan kata-kata kita. Dengannya, semoga Allah melimpahkan ridha dan rahmat-Nya serta memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Wallahu a’lam bish shawab.

 

Sumber: Muchlisin BK / Bersama Dakwah. umma.id

No comments: