Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday 17 November 2020

Marketplace


Transaksi perdagangan online (ecommerce) di Indonesia memiliki masa depan cerah. Pasalnya, nilai transaksinya terus meningkat selama lima tahun terakhir. Marketplace merupakan salah satu pemain terbesar dalam bisnis ecommerce Indonesia.


Berdasarkan data yang dirilis Katadata, pada tahun 2014 nilai transaksi perdagangan online Indonesia hanya berada di angka 25,1 triliun rupiah dan pada tahun 2016 sudah mencapai angka 108,4 triliun rupiah. Diperkirakan pada tahun 2018 nilai transaksi tersebut akan meningkat hingga 144,1 triliun rupiah.

 

Aktivitas jual beli secara online memang sedang naik daun dalam beberapa tahun belakangan. Mungkin Anda adalah salah satu dari sekian banyak orang yang berdagang di dunia maya.

Salah satu platform yang paling banyak digunakan untuk berdagang secara online di Indonesia adalah marketplace. Apakah Anda sudah familiar dengan istilah marketplace?

Atau mungkin Anda sudah menjadi salah satu pengguna marketplace? Sebenarnya apa itu marketplace? Apa saja jenis-jenisnya? Marketplace apa saja yang populer di Indonesia? Apa bedanya dengan online shop atau toko online biasa? Semua akan dibahas di artikel ini.

Apa yang dimaksud Marketplace?

Marketplace adalah perantara antara penjual dan pembeli di dunia maya. Situs marketplace bertindak sebagai pihak ketiga dalam transaksi online dengan menyediakan tempat berjualan dan fasilitas pembayaran. Bisa dikatakan marketplace adalah deparment store online.

Jenis-Jenis Marketplace

Pada umumnya terdapat dua jenis kerja sama di situs marketplace Indonesia, yaitu marketplace murni dan konsinyasi.

1. Marketplace Murni

Kerjasama marketplace murni adalah ketika situs marketplace hanya menyediakan lapak untuk berjualan dan fasilitas pembayaran. Penjual yang melakukan kerjasama marketplace diberikan keleluasaan lebih banyak dibandingkan kerjasama konsinyasi.

Penjual berkewajiban untuk menyediakan deskripsi dan foto produk secara mandiri. Selain itu, penjual juga dapat menerima penawaran harga dari pembeli. Jadi sebelum melakukan pembayaran, pembeli dapat melakukan penawaran harga kepada penjual. Setelah mendapatkan harga yang disepakati oleh kedua belah pihak, pembeli bisa mengirimkan sejumlah uang ke rekening yang disediakan marketplace.

Contoh marketplace Indonesia yang populer dengan jenis kerjasama pertama adalah Tokopedia, Bukalapak, Elevenia, Blanja, dan BliBli. Beberapa contoh marketplace dari luar negeri yang populer di Indonesia adalah Shopee (Singapura), Lazada (Singapura), JD.ID (Tiongkok), Amazon (Amerika Serikat), dan Rakuten (Jepang)

2. Marketplace Konsinyasi

Jenis kerjasama yang kedua adalah konsinyasi atau istilah mudahnya adalah titip barang. Jika penjual melakukan kerjasama konsinyasi dengan situs marketplace, ia hanya perlu menyediakan produk dan detail informasi ke pihak marketplace.

Salah satu contoh marketplace yang menyediakan kerjasama konsinyasi adalah Zalora. Contoh marketplace lain yang menggunakan jenis kerjasama ini adalah Berrybenka.

Pihak situs marketplace akan mengurus penjualan dari foto produk, gudang, pengiriman barang, hingga fasilitas pembayaran. Berbeda dari jenis kerjasama sebelumnya, di jenis kerjasama ini pembeli tidak bisa melakukan penawaran harga karena alur semua alur transaksi ditangani oleh situs marketplace.

Perbedaan mendasarnya terletak pada tanggung jawab penjual dan alur transaksinya. Alur transaksi di marketplace terjadi langsung antara penjual dan pembeli, sedangkan kerjasama konsinyasi semua alur transaksi langsung ditangani situs marketplace.

5 Contoh Marketplace Terbesar di Indonesia

Persaingan marketplace di Indonesia semakin ketat. Pemain-pemain baru dan lama perlu bersaing untuk merebut konsumen Indonesia. Lima besar marketplace di bawah ini semuanya termasuk dalam jenis marketplace murni karena jangkauan pasarnya lebih banyak dan beragam.

1. Tokopedia

Tokopedia adalah marketplace yang didirikan oleh William Tanuwijaya pada Februari 2009. Di usia kesepuluhnya Tokopedia berhasil mendapatkan predikat marketplace terbesar di Indonesia dengan jumlah kunjungan per bulan mencapai 137.200.900.

Tidak hanya itu, Tokopedia juga termasuk menjadi salah satu startup unicorn Indonesia. Artinya valuasi marketplace ini sudah mencapai lebih dari 1 milyar dollar Amerika.

2. Bukalapak

Di posisi kedua ada Bukalapak yang juga menyandang gelar startup unicorn seperti Tokopedia. Bukalapak adalah marketplace yang didirikan oleh Ahmad Zaky pada pada 2010 di Bandung, Jawa Barat. Marketplace ini berhasil mengumpulkan 115.256.600 pengunjung per bulan pada awal 2019.

3. Shopee

Shopee adalah marketplace asal Singapura yang sejak 2015 mulai mengekspansi pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Setelah empat tahun sejak ekspansi Shopee berhasil menjadi marketplace terbesar ketiga di Indonesia.

Kunjungan bulanan Shopee mencapai sekitar 74.995.300. Marketplace yang berada di bawah SEA Group ini mampu merebut perhatian konsumen Indonesia dengan kampanye-kampanye kreatifnya yang melibatkan selebriti internasional seperti Blackpink.

4. Lazada

Lazada sepertinya mulai kesulitan menghadapi persaingan dengan marketplace lainnya. Awal 2018 Lazada adalah marketplace dengan pengunjung terbanyak. Sayangnya pada 2019 Lazada hanya mampu menduduki peringkat keempat dengan jumlah pengunjung sebanyak 52.044.500 per bulan.

5. Blibli

Blibli adalah marketplace hasil buatan PT. Global Digital Niaga, anak perusahaan dari Djarum. Marketplace ini berhasil menduduki peringkat kelima dengan jumlah pengunjung sebesar 32.597.200 per bulan.

Apa Beda Marketplace dengan Online Shop?

Selain marketplace, mungkin Anda juga sering mendengar istilah online shop atau took online.  

Apakah marketplace dan online shop adalah dua hal yang sama?

Jawabannya adalah tidak, marketplace dan online shop adalah dua platform yang berbeda. Perbedaan utamanya terletak pada perantara. Marketplace merupakan perantara yang menghubungkan para penjual dengan pembeli.

Di sisi lain, online shop atau toko online tidak memerlukan perantara. Penjual langsung menjual produknya di platform mandiri kepada pembeli. Jadi tidak ada perantara sama sekali.

Berdagang melalui toko online menuntut Anda untuk lebih mandiri. Anda perlu membuat website, mengelola pemasaran melalui media sosial, dan langsung berurusan dengan konsumen.  Walaupun begitu, dengan mengelola website toko online sendiri memiliki keuntungan lebih banyak dibanding hanya berjualan melalui marketplace. Terlebih lagi jika Anda sudah mempunyai merek sendiri.

 

Beberapa contoh merek yang sukses membangun toko online sendiri adalah Bro.do, Erigo Store, Bukupedia, Babyzania, dan Rabbani.

Apa saja keuntungan mengelola website toko online sendiri?

Pertama, toko online Anda akan lebih dipercaya oleh konsumen. Berdasarkan riset Verisign84 % konsumen lebih percaya kepada toko online yang memiliki website resmi dibanding toko online yang hanya mempunyai laman media sosial.

Kedua, toko online Anda akan lebih mudah untuk muncul di hasil pencarian Google. Muncul di hasil pencarian Google ini penting karena 81 % konsumen melakukan riset melalui mesin pencari terlebih dahulu sebelum membeli produk secara online.

Ketiga, mengurangi ketergantungan pada pihak lain, dalam hal ini marketplace. Anda bisa mempelajari bagaimana mengelola website toko online sendiri, bukan sekadar mengelola lapak di pihak lain.

Keempat, pada akhirnya Anda akan membutuhkan website toko online sendiri. Jika Anda sedang mengembangkan merek sendiri, website adalah kebutuhan utama dalam branding produk di dunia maya.

Kelima, dengan mengelola website toko online sendiri, Anda memiliki pusat toko yang seluruh pengelolaannya di bawah kontrol Anda, bukan pihak lain. Jadi ketika ada masalah atau perubahan kebijakan di marketplace, Anda tidak kelimpungan karena punya toko sendiri.

Kesimpulan

Apakah Anda sudah paham tentang apa itu marketplace dan perbedaannya dengan toko online? Marketplace adalah platform perantara yang menghubungkan penjual dan pembeli. Contoh marketplace Indonesia di antaranya Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada, dan Blibli.

Sementara itu, toko online tidak memerlukan perantara. Setiap penjual bisa memiliki toko online mereka sendiri sebagai platform untuk menjual produk langsung kepada pembeli. Jadi, perbedaan utama marketplace dan toko online yaitu pada ada atau tidaknya perantara.

Anda bisa berjualan di marketplace dan punya website toko online sendiri. Anggap saja bahwa website toko online Anda adalah toko pusat dan marketplace hanya cabang dari toko pusat tersebut.

Ini merupakan langkah antisipasi jika terjadi masalah atau perubahan kebijakan di pihak ketiga, dalam hal ini marketplace. Dengan memiliki website toko online sendiri, Anda masih mempunyai toko yang tidak terkena imbas masalah atau perubahan kebijakan dari pihak ketiga karena kontrol website toko online sepenuhnya ada pada Anda.

Membuat website toko online adalah prioritas utama bagi para penjual online, terutama yang sudah memiliki merek sendiri. Selain bisa menjadi sasaran promosi,  website toko online juga meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap merek Anda. 


Selamat berjualan online !

 

Sumber:

https://www.niagahoster.co.id/

No comments: