Transaksi perdagangan online (ecommerce) di Indonesia memiliki masa depan cerah.
Pasalnya, nilai transaksinya terus meningkat selama lima tahun terakhir.
Marketplace merupakan salah satu pemain terbesar dalam bisnis ecommerce Indonesia.
Berdasarkan data yang dirilis
Katadata, pada tahun 2014 nilai transaksi perdagangan online Indonesia hanya
berada di angka 25,1 triliun rupiah dan pada tahun 2016 sudah mencapai angka 108,4
triliun rupiah. Diperkirakan pada tahun 2018 nilai transaksi tersebut akan
meningkat hingga 144,1 triliun rupiah.
Aktivitas jual beli secara online memang sedang naik daun dalam
beberapa tahun belakangan. Mungkin Anda adalah salah satu dari sekian banyak
orang yang berdagang di dunia maya.
Salah satu platform yang paling
banyak digunakan untuk berdagang secara online di Indonesia adalah marketplace.
Apakah Anda sudah familiar dengan istilah marketplace?
Atau mungkin Anda sudah menjadi
salah satu pengguna marketplace? Sebenarnya apa itu marketplace? Apa saja
jenis-jenisnya? Marketplace apa saja yang populer di Indonesia? Apa bedanya
dengan online shop atau toko online biasa? Semua akan dibahas di artikel ini.
Apa yang dimaksud Marketplace?
Marketplace adalah
perantara antara penjual dan pembeli di dunia maya. Situs marketplace bertindak sebagai pihak ketiga dalam transaksi online dengan menyediakan tempat
berjualan dan fasilitas pembayaran. Bisa dikatakan marketplace adalah deparment
store online.
Jenis-Jenis Marketplace
Pada umumnya terdapat
dua jenis kerja sama di situs marketplace Indonesia, yaitu marketplace murni
dan konsinyasi.
1. Marketplace Murni
Kerjasama marketplace murni adalah ketika situs marketplace hanya menyediakan lapak
untuk berjualan dan fasilitas pembayaran. Penjual yang melakukan kerjasama
marketplace diberikan keleluasaan lebih banyak dibandingkan kerjasama
konsinyasi.
Penjual berkewajiban
untuk menyediakan deskripsi dan foto produk secara mandiri. Selain itu, penjual
juga dapat menerima penawaran harga dari pembeli. Jadi sebelum melakukan
pembayaran, pembeli dapat melakukan penawaran harga kepada penjual. Setelah
mendapatkan harga yang disepakati oleh kedua belah pihak, pembeli bisa
mengirimkan sejumlah uang ke rekening yang disediakan marketplace.
Contoh marketplace Indonesia yang populer dengan
jenis kerjasama pertama adalah Tokopedia, Bukalapak, Elevenia, Blanja, dan
BliBli. Beberapa contoh marketplace
dari luar negeri yang populer di Indonesia adalah Shopee (Singapura), Lazada
(Singapura), JD.ID (Tiongkok), Amazon
(Amerika Serikat), dan Rakuten
(Jepang)
2. Marketplace
Konsinyasi
Jenis kerjasama yang
kedua adalah konsinyasi atau istilah mudahnya adalah titip barang. Jika penjual
melakukan kerjasama konsinyasi dengan situs marketplace,
ia hanya perlu menyediakan produk dan detail informasi ke pihak marketplace.
Salah satu contoh marketplace yang menyediakan kerjasama
konsinyasi adalah Zalora. Contoh marketplace lain yang menggunakan jenis
kerjasama ini adalah Berrybenka.
Pihak situs marketplace akan mengurus penjualan dari
foto produk, gudang, pengiriman barang, hingga fasilitas pembayaran. Berbeda
dari jenis kerjasama sebelumnya, di jenis kerjasama ini pembeli tidak bisa
melakukan penawaran harga karena alur semua alur transaksi ditangani oleh situs
marketplace.
Perbedaan mendasarnya
terletak pada tanggung jawab penjual dan alur transaksinya. Alur transaksi di marketplace terjadi langsung antara
penjual dan pembeli, sedangkan kerjasama konsinyasi semua alur transaksi langsung
ditangani situs marketplace.
5 Contoh Marketplace
Terbesar di Indonesia
Persaingan marketplace di Indonesia semakin ketat.
Pemain-pemain baru dan lama perlu bersaing untuk merebut konsumen Indonesia.
Lima besar marketplace di bawah ini semuanya termasuk dalam jenis marketplace
murni karena jangkauan pasarnya lebih banyak dan beragam.
1. Tokopedia
Tokopedia adalah marketplace yang didirikan oleh William
Tanuwijaya pada Februari 2009. Di usia kesepuluhnya Tokopedia berhasil
mendapatkan predikat marketplace
terbesar di Indonesia dengan jumlah kunjungan per bulan mencapai 137.200.900.
Tidak hanya itu,
Tokopedia juga termasuk menjadi salah satu startup
unicorn Indonesia. Artinya valuasi marketplace ini sudah mencapai lebih
dari 1 milyar dollar Amerika.
2. Bukalapak
Di posisi kedua ada
Bukalapak yang juga menyandang gelar startup
unicorn seperti Tokopedia. Bukalapak adalah marketplace yang didirikan oleh Ahmad Zaky pada pada 2010 di
Bandung, Jawa Barat. Marketplace ini
berhasil mengumpulkan 115.256.600 pengunjung per bulan pada awal 2019.
3. Shopee
Shopee adalah marketplace asal
Singapura yang sejak 2015 mulai mengekspansi pasar Asia Tenggara, termasuk
Indonesia. Setelah empat tahun sejak ekspansi Shopee berhasil menjadi
marketplace terbesar ketiga di Indonesia.
Kunjungan bulanan Shopee mencapai sekitar 74.995.300. Marketplace yang berada di bawah SEA
Group ini mampu merebut perhatian konsumen Indonesia dengan kampanye-kampanye
kreatifnya yang melibatkan selebriti internasional seperti Blackpink.
4. Lazada
Lazada sepertinya mulai
kesulitan menghadapi persaingan dengan marketplace lainnya. Awal 2018 Lazada
adalah marketplace dengan pengunjung terbanyak. Sayangnya pada 2019 Lazada
hanya mampu menduduki peringkat keempat dengan jumlah pengunjung sebanyak
52.044.500 per bulan.
5. Blibli
Blibli adalah
marketplace hasil buatan PT. Global Digital Niaga, anak perusahaan dari Djarum.
Marketplace ini berhasil menduduki peringkat kelima dengan jumlah pengunjung
sebesar 32.597.200 per bulan.
Apa Beda Marketplace dengan Online
Shop?
Selain marketplace, mungkin Anda juga sering mendengar istilah
online shop atau took online.
Apakah marketplace dan online shop adalah dua hal yang sama?
Jawabannya adalah tidak,
marketplace dan online shop adalah dua platform
yang berbeda. Perbedaan utamanya terletak pada perantara. Marketplace merupakan perantara yang menghubungkan para penjual dengan pembeli.
Di sisi lain, online shop atau toko online tidak memerlukan perantara.
Penjual langsung menjual produknya di platform
mandiri kepada pembeli. Jadi tidak ada perantara sama sekali.
Berdagang melalui toko online
menuntut Anda untuk lebih mandiri. Anda perlu membuat website, mengelola pemasaran melalui media sosial, dan langsung
berurusan dengan konsumen. Walaupun
begitu, dengan mengelola website toko online
sendiri memiliki keuntungan lebih banyak dibanding hanya berjualan melalui marketplace. Terlebih lagi jika Anda
sudah mempunyai merek sendiri.
Beberapa contoh merek
yang sukses membangun toko online sendiri
adalah Bro.do, Erigo Store, Bukupedia,
Babyzania, dan Rabbani.
Apa saja keuntungan
mengelola website toko online
sendiri?
Pertama, toko online Anda
akan lebih dipercaya oleh konsumen. Berdasarkan riset Verisign, 84 % konsumen lebih percaya kepada toko online yang memiliki website
resmi dibanding toko online yang
hanya mempunyai laman media sosial.
Kedua,
toko online Anda akan lebih mudah untuk muncul di hasil pencarian Google.
Muncul di hasil pencarian Google ini penting karena 81 % konsumen melakukan riset melalui mesin pencari terlebih
dahulu sebelum membeli produk secara online.
Ketiga,
mengurangi ketergantungan pada pihak lain, dalam hal ini marketplace. Anda bisa
mempelajari bagaimana mengelola website toko online sendiri, bukan sekadar
mengelola lapak di pihak lain.
Keempat,
pada akhirnya Anda akan membutuhkan website toko online sendiri. Jika Anda sedang mengembangkan merek sendiri, website adalah kebutuhan utama dalam
branding produk di dunia maya.
Kelima,
dengan mengelola website toko online
sendiri, Anda memiliki pusat toko yang seluruh pengelolaannya di bawah kontrol
Anda, bukan pihak lain. Jadi ketika ada masalah atau perubahan kebijakan di marketplace, Anda tidak kelimpungan
karena punya toko sendiri.
Kesimpulan
Apakah Anda sudah paham tentang
apa itu marketplace dan perbedaannya dengan toko online?
Marketplace adalah platform perantara yang menghubungkan penjual dan pembeli.
Contoh marketplace Indonesia di antaranya Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada,
dan Blibli.
Sementara itu, toko online tidak memerlukan perantara. Setiap penjual bisa memiliki toko online mereka
sendiri sebagai platform untuk menjual produk langsung kepada pembeli. Jadi,
perbedaan utama marketplace dan toko online yaitu pada ada atau tidaknya
perantara.
Anda bisa berjualan di
marketplace dan punya website toko online sendiri. Anggap saja bahwa website
toko online Anda adalah toko pusat dan marketplace hanya cabang dari toko pusat
tersebut.
Ini merupakan langkah
antisipasi jika terjadi masalah atau perubahan kebijakan di pihak ketiga, dalam
hal ini marketplace. Dengan memiliki website
toko online sendiri, Anda masih
mempunyai toko yang tidak terkena imbas masalah atau perubahan kebijakan dari
pihak ketiga karena kontrol website
toko online sepenuhnya ada pada Anda.
Membuat website toko online adalah prioritas utama bagi para penjual online, terutama yang sudah memiliki merek sendiri. Selain bisa menjadi sasaran promosi, website toko online juga meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap merek Anda.
Selamat berjualan online !
Sumber:
https://www.niagahoster.co.id/
No comments:
Post a Comment