Petani yang inovatif ini bernama Mr. Saito Yasuyuki, bertempat tinggal di kota Fukushima, Prefektur Fukushima. Pada salah satu green housenya, dia biasa menanam timun sayur. Kali ini Mr. Saito Yasuyuki mencoba menggunakan tanah yang telah ditreatment dengan Zeolit untuk menanam sayur Kyonatsu. Dia menjelaskan kepada kami yang datang bersilaturahim di tempat kediamannya. Kami dari Deptan, KBRI Tokyo perusahaan Nitto Funka Kogyo Co. Ltd. mengunjungi pertaniannya pada tanggal 24 Desember 2008. Menurutnya, sayuran Kyonatsu biasa dijadikan bahan untuk masakan Nabe, sayur-sayuran direbus bersama-sama jamur dan ikan. Dimakan mentahpun enak.
Petani ini pandai meyakinkan orang lain termasuk kami, Staf Khusus Menteri Pertanian Peningkatan Daya Saing dan Inovasi Pertanian Dr. Rudi Lumanto dan Kepala Biro Perencanaan Departemen Pertanian Dr. Mappaona yang didampingi Perusahaan Nitto Funka Kogyo Co. Ltd. Sayuran yang dia budidayakan merupakan sayuran tanpa menggunakan pestisida sehingga aman untuk dimakan mentah. Untuk meyakinkan dengan cekatan dia mencabut sayuran Konatsu dan memberikan contoh memakannya tanpa dicuci. Para tamupun mengikuti termasuk Bapak Mappaona seperti tampak pada Gambar samping. “Kono yasai wa oishii desu” (Sayuran ini enak), kata Bapak Kepala Biro menggunakan bahasa Jepang dengan fasih. Diraba dengan jari tekstur sayur ini memang terasa lembut, ketika dikunyah dilidah terasa lembut dan enak.
Petani ini percaya diri sehingga dapat menyampaikan pengalaman dan hasil penelitiannya dengan lancar kepada Pejabat dari Deptan RI, dengan gaya yang meyakinkan. Dia biasa menanam mentimun, kali ini dia mencoba menanam sayur Kyonatsu mengunakan tanah yang telah ditreatment dengan zeolit. Meskipun baru sekali tanam, menurut penilaian para tamu hasil panen sayurnya sangat bagus. Tetapi menurut petani inovatif ini masih perlu menunggu beberapa kali percobaan yang memakan waktu sekitar tiga tahun untuk memperoleh hasil panenan yang bermutu terbaik. Tampak pada gambar, Mr. Saito bersemangat menerangkan kepada kami dengan mimik muka dan gerakan tangannya yang atraktif.
Istrinya diaktifkan dalam mengelola pertaniannya, tampak dia sedang melakukan persiapan pembenihan. Dia merasa bangga dengan produk pertanian yang mereka hasilkan.
Penyemaian benih Kabocha (pumpkin) mereka berdua siapkan sendiri. Kabocha ini termasuk genus Cucurbita dan famili Cucurbitaceae, biasa digoreng dengan tepung menjadi tempura yang banyak disukai turis asing yang rasanya manis-gurih. Orang Jepang sendiri tentu juga suka dengan rasa kelezatan ini terutama setelah dicelupkan ke dalam kecap Jepun.
Penyemaian benih kyuri (mentimun Jepang) juga mereka siapkan sendiri. Dia bercerita pada suatu waktu, seorang ibu datang di kebun mentimunnya dengan anaknya yang masih sekolah di SD. Kata sang ibu tersebut kepada Mr. Saito "Saya mohon maaf ya Pak Saito, anak kami tidak suka makan sayur". Sejurus kemudian Pak Saito petani inovatif memetikan mentimun yang berukuran sedang, lalu diberikan kepada sang anak, dengan berkata: "Coba sedikit ..... saja ini timun istimewa". Setelah dimakan, sang anak berkata: " Kok ngasihnya sedikit, rasanya enak...". Si Ibu tersenyum simpul, dan Petani Inovatif meyakinkan bahwa sebagai petani dia berusaha untuk memproduksi hasil pertanian yang rasanya enak sehingga disukai oleh anak-anak yang tidak suka sayur. He... he...he...
Media penumbuh telah disiapkan untuk ditanami bibit yang sudah cukup umur.
Petani ini pandai meyakinkan orang lain termasuk kami, Staf Khusus Menteri Pertanian Peningkatan Daya Saing dan Inovasi Pertanian Dr. Rudi Lumanto dan Kepala Biro Perencanaan Departemen Pertanian Dr. Mappaona yang didampingi Perusahaan Nitto Funka Kogyo Co. Ltd. Sayuran yang dia budidayakan merupakan sayuran tanpa menggunakan pestisida sehingga aman untuk dimakan mentah. Untuk meyakinkan dengan cekatan dia mencabut sayuran Konatsu dan memberikan contoh memakannya tanpa dicuci. Para tamupun mengikuti termasuk Bapak Mappaona seperti tampak pada Gambar samping. “Kono yasai wa oishii desu” (Sayuran ini enak), kata Bapak Kepala Biro menggunakan bahasa Jepang dengan fasih. Diraba dengan jari tekstur sayur ini memang terasa lembut, ketika dikunyah dilidah terasa lembut dan enak.
Petani ini percaya diri sehingga dapat menyampaikan pengalaman dan hasil penelitiannya dengan lancar kepada Pejabat dari Deptan RI, dengan gaya yang meyakinkan. Dia biasa menanam mentimun, kali ini dia mencoba menanam sayur Kyonatsu mengunakan tanah yang telah ditreatment dengan zeolit. Meskipun baru sekali tanam, menurut penilaian para tamu hasil panen sayurnya sangat bagus. Tetapi menurut petani inovatif ini masih perlu menunggu beberapa kali percobaan yang memakan waktu sekitar tiga tahun untuk memperoleh hasil panenan yang bermutu terbaik. Tampak pada gambar, Mr. Saito bersemangat menerangkan kepada kami dengan mimik muka dan gerakan tangannya yang atraktif.
Istrinya diaktifkan dalam mengelola pertaniannya, tampak dia sedang melakukan persiapan pembenihan. Dia merasa bangga dengan produk pertanian yang mereka hasilkan.
Penyemaian benih Kabocha (pumpkin) mereka berdua siapkan sendiri. Kabocha ini termasuk genus Cucurbita dan famili Cucurbitaceae, biasa digoreng dengan tepung menjadi tempura yang banyak disukai turis asing yang rasanya manis-gurih. Orang Jepang sendiri tentu juga suka dengan rasa kelezatan ini terutama setelah dicelupkan ke dalam kecap Jepun.
Penyemaian benih kyuri (mentimun Jepang) juga mereka siapkan sendiri. Dia bercerita pada suatu waktu, seorang ibu datang di kebun mentimunnya dengan anaknya yang masih sekolah di SD. Kata sang ibu tersebut kepada Mr. Saito "Saya mohon maaf ya Pak Saito, anak kami tidak suka makan sayur". Sejurus kemudian Pak Saito petani inovatif memetikan mentimun yang berukuran sedang, lalu diberikan kepada sang anak, dengan berkata: "Coba sedikit ..... saja ini timun istimewa". Setelah dimakan, sang anak berkata: " Kok ngasihnya sedikit, rasanya enak...". Si Ibu tersenyum simpul, dan Petani Inovatif meyakinkan bahwa sebagai petani dia berusaha untuk memproduksi hasil pertanian yang rasanya enak sehingga disukai oleh anak-anak yang tidak suka sayur. He... he...he...
Media penumbuh telah disiapkan untuk ditanami bibit yang sudah cukup umur.
Green house dilengkapi dengan pengatur temperature secara otomatis. Tampak tempatur dalam ruang pembenihan dipertahankan suhunya 30,8-35,4 derajat C.
Biasa menyiapkan pupuk kandang dan media penumbuh sendiri. Tampak Mr. Saito sedang memperlihatkan kepada kami media yang berbahan dasar dari zeolit.
Petani Inovatif melakukan pengujian mutu tanahnya sendiri. Tampak peralatan untuk mengecek kwalitas tanahnya berupa Kit Dr. Soil. Dengan alat ini petani dapat menguji kesuburan atau kandungan unsur hara tanah pertaniannya. Dia juga rajin mendiskusikannya hasil pengujiannya dengan dosen di Universitas Tehnik dan Pertanian Tokyo.
Melihat teladan petani Inovatif di Jepang ini, Bapak Rudi Lumanto dan Bapak Mappaona ingin segera melangkah ke depan mendorong Deptan menerbitkan buku tentang inovasi petani Indonesia dalam melakukan usaha taninya. Kemudian petani kita bina untuk selalu melakukan inovasi baru agar dapat bersaing dengan petani dari manca negara dalam menyediakan produk yang bermutu baik dan aman untuk dikonsumsi. Semoga di Indonesia dimasa mendatang akan semakin banyak petani inovatif seiring dengan program peningkatan pembangunan SDM bidang pertanian melalui pelatihan petani muda Indonesia di Jepang.
1 comment:
Saat ini Informasi kegiatan attani tokyo yg ada di Blogspot bp dapat diaksess dari halaman depan web deptan. Semoga pihak-pihak yang memerlukan informasi kerjasama dengan Jepang dapat mampir ke blogspot bp juga attani yg lain, bp. Erizal juga sudah muncul, Brussel dan washington mudah-mudahan dlm waktu dekat juga tersedia.
Salam
Post a Comment