Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday, 8 March 2025

Keadaan Sosial Keagamaan Masyarakat Jepang

 


Jepang, sebagai salah satu negara maju di dunia, memiliki sejarah panjang yang mencerminkan peran penting agama dalam kehidupan sosialnya. Masyarakat Jepang dikenal dengan keterbukaannya terhadap berbagai aliran agama, meskipun mereka cenderung bersikap pragmatis dalam memandang agama. Di balik itu semua, masyarakat Jepang memiliki dua agama utama yang menjadi bagian penting dalam tradisi dan kehidupan mereka: Shinto dan Budha. Kedua agama ini bahkan sering dipraktikkan bersama dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan suatu fenomena yang unik dan khas dalam tradisi keagamaan Jepang.

 

Menurut Dr. Hisanori Kato, masyarakat Jepang memang dikenal memiliki agama, yang tercermin dalam kepercayaan terhadap "amakudari", sebuah kepercayaan bahwa bangsa Jepang memiliki rahmat dan perlindungan dari langit yang menjamin kelangsungan hidup mereka. Kepercayaan ini mengarah pada keyakinan bahwa Jepang sebagai bangsa yang "selalu akan survive", tidak hanya karena keberanian, tetapi juga karena adanya bantuan dari kekuatan alam semesta. Selain itu, agama Shinto yang merupakan agama asli Jepang, mempercayai adanya kekuatan spiritual yang tersembunyi dalam alam, seperti gunung, batu, dan fenomena alam lainnya, serta menghormati leluhur. Shinto tidak menganut nilai-nilai absolut dalam ajarannya, sehingga memungkinkan pengaruh budaya dan agama asing untuk masuk dan berbaur dengan ajaran ini.

 

Kehidupan keagamaan di Jepang sangat dinamis dan menarik, mengingat pengaruh berbagai agama yang masuk dan berkembang di negara ini. Agama Budha, yang diperkenalkan melalui Cina dan Korea pada abad keenam, menjadi salah satu agama utama di Jepang. Sebagian besar orang Jepang pada saat ini tidak hanya menganut satu agama, tetapi menggabungkan ajaran Shinto dan Budha dalam kehidupan mereka. Bahkan, banyak orang Jepang yang melaksanakan upacara pernikahan dengan tradisi Shinto, sementara upacara pemakaman dilakukan menurut agama Budha. Di beberapa rumah, terutama di daerah pedesaan, dapat ditemukan altar untuk Shinto dan Budha yang berdampingan. Tidak jarang pula orang Jepang mengunjungi kuil Shinto, kuil Budha, bahkan gereja Kristen, dalam rangka merayakan momen-momen penting dalam kehidupan mereka.

 

Sikap orang Jepang terhadap agama pun sangat pragmatis. Sebagaimana pendapat Wahyu Prasetiyawan, bagi orang Jepang, yang terpenting bukanlah formalitas ibadah, melainkan niat dan perbuatan baik. Menurut mereka, pergi ke tempat ibadah tidak ada gunanya jika kelakuan sehari-hari tidak mencerminkan kebaikan. Oleh karena itu, mereka lebih mengutamakan tindakan nyata seperti berperilaku baik terhadap tetangga, rekan kerja, dan dalam hubungan sosial pada umumnya, daripada sekadar mengikuti ritual keagamaan.

 

Pengaruh agama Budha sangat terasa dalam budaya Jepang, terutama dalam etika kerja. Ajaran Budha, yang mengajarkan pencapaian kesempurnaan melalui kesadaran spiritual, dalam praktiknya juga mengedepankan kerja keras dan ketekunan. Hal ini terbukti dalam cara orang Jepang mendekati pekerjaan mereka dengan sungguh-sungguh dan penuh dedikasi, sesuatu yang jarang terlihat di negara-negara lain, meskipun mereka juga menganut agama Budha. Dalam konteks ini, agama Budha telah membentuk nilai kerja keras yang sangat kuat dalam masyarakat Jepang.

 

Selain itu, perpaduan antara Shinto dan Budha juga menciptakan fenomena unik yang dikenal dengan istilah Shinbutsu Shuugo. Istilah ini merujuk pada penyatuan antara Shinto dan Budha dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Misalnya, dalam kuil-kuil Shinto, sering ditemukan unsur-unsur ajaran Budha, dan sebaliknya, di kuil Budha, sering kali ada patung-patung dewa-dewa yang berasal dari ajaran Shinto. Hal ini menunjukkan bahwa dalam praktiknya, kedua agama tersebut saling berbaur, dan masyarakat Jepang lebih fokus pada harmoni antar kedua agama daripada memisahkannya secara kaku.

 

Kehidupan keagamaan Jepang juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh agama-agama lain yang masuk ke negara ini. Konfusianisme, yang memperkenalkan nilai-nilai etika dan moral, juga memberikan dampak besar dalam pembentukan sistem sosial dan politik Jepang. Agama Kristen, yang masuk setelah Perang Dunia II, meskipun tidak sebesar Shinto dan Budha, juga menjadi bagian dari lanskap keagamaan Jepang. Meskipun demikian, sebagian besar orang Jepang lebih memilih untuk mengabaikan agama atau tidak terikat pada satu agama tertentu. Hal ini tercermin dalam survei yang dilakukan oleh Winston Davis dalam bukunya Japan Religion and Society Paradigms of Structure and Change (1992), yang menunjukkan bahwa hanya sekitar 12% orang Jepang yang menganggap kepercayaan agama penting, sementara 44% menganggapnya tidak penting.

 

Sikap pragmatis ini mungkin terkait dengan konstitusi Jepang yang sangat menjaga kebebasan beragama. Sejak setelah Perang Dunia II, Jepang mengadopsi konstitusi yang tidak mencantumkan kehidupan beragama sebagai bagian dari kewajiban negara. Hal ini memberi kebebasan bagi warga Jepang untuk menjalani agama atau kepercayaan mereka tanpa campur tangan negara. Konstitusi Jepang, dalam pasal 20, menegaskan bahwa kebebasan beragama dijamin bagi setiap individu, dan negara tidak boleh terlibat dalam kegiatan keagamaan. Bahkan, tidak ada agama yang diberi status istimewa oleh negara, yang menjadikan Jepang sebagai negara dengan kebebasan beragama yang tinggi.

 

Sikap pemerintah terhadap agama-agama di Jepang telah berubah secara drastis setelah Perang Dunia II. Sebelum perang, agama Shinto bahkan dijadikan sebagai agama negara yang mendukung nasionalisme dan militarisme Jepang. Namun, setelah ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah pada 4 Oktober 1945, yang menghapuskan segala pembatasan terhadap kebebasan beragama, agama-agama di Jepang mulai berkembang dengan bebas. Pada bulan Desember 1945, pemerintah juga mencabut dukungan terhadap agama Shinto sebagai agama negara, yang dikenal dengan istilah Pedoman Shinto. Pedoman ini memisahkan agama dari negara, memastikan bahwa tidak ada agama yang diutamakan, dan menjamin kebebasan beragama bagi semua warga negara.

 

Sebagai akibatnya, berbagai agama berkembang di Jepang, mulai dari agama Shinto dan Budha, hingga agama-agama baru dan Islam. Pemerintah Jepang secara resmi tidak membedakan agama-agama tersebut, memberikan ruang bagi setiap orang untuk memeluk agama dan kepercayaan mereka sesuai dengan kehendak pribadi. Hal ini menjadikan Jepang sebagai negara dengan pluralitas agama yang sangat tinggi, di mana agama-agama yang ada hidup berdampingan secara damai tanpa adanya pemaksaan atau diskriminasi.

 

Kehidupan keagamaan di Jepang, meskipun terlihat kurang terlihat dalam aktivitas sehari-hari, menunjukkan bagaimana sebuah negara dapat menjaga keseimbangan antara kebebasan beragama dan integrasi sosial. Walaupun agama tidak menjadi pusat kehidupan mereka, nilai-nilai agama tetap memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat Jepang, terutama dalam aspek etika, kerja keras, dan toleransi terhadap perbedaan. Keberagaman agama di Jepang, yang mencakup Shinto, Budha, Kristen, dan Islam, menjadi bukti bahwa kebebasan beragama dapat berkembang dalam suatu masyarakat yang harmonis dan toleran.

Tuesday, 4 March 2025

Peraturan terkait Rumah Potong Hewan (RPH)

 

Peraturan terkait Rumah Potong Hewan (RPH)

·Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

·Peraturan Menteri Pertanian Nomor 110 Tahun 2014

·Peraturan BPK tentang RPH

·Peraturan Daerah tentang Retribusi Rumah Potong Hewan

 

Beberapa ketentuan terkait RPH:

·RPH harus memiliki izin usaha yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota

·RPH harus memiliki tenaga kerja, seperti dokter hewan, pemeriksa daging, dan juru sembelih halal

·RPH harus memiliki fasilitas rantai dingin hingga ke tingkat konsumen

·RPH harus memiliki fasilitas higiene dan sanitasi, seperti tempat cuci tangan, alat desinfeksi, dan alat pelindung diri

·RPH harus diawasi oleh dokter hewan berwenang

·RPH harus menerapkan sistem jaminan kehalalan

·RPH harus menerapkan penyembelihan secara manual untuk unggas

·RPH harus melaporkan realisasi pemasukan periode sebelumnya

·RPH harus menerapkan pemeriksaan kesehatan hewan potong sebelum disembelih

· RPH harus menerapkan pemeriksaan kesehatan jeroan dan karkas setelah disembelih

 

Pemotongan ternak harus dilakukan di RPH untuk mencegah penyebaran penyakit hewan.

Monday, 3 March 2025

Autofagi

 

Ilustrasi Autofagi. Ilustrasi yang menunjukkan fusi lisosom (kiri atas) dengan autophagosome selama proses autofagi.

 

Autofagi juga dikenal sebagai autofagositosis

 

Autofagi merujuk pada proses degradasi komponen seluler yang sudah usang, abnormal, atau mengalami kerusakan yang terjadi dalam organel yang dikenal sebagai lisosom. Autofagi berfungsi untuk pemeliharaan sel, memungkinkan pemecahan dan daur ulang materi seluler, serta membantu menyeimbangkan kebutuhan energi selama periode stres. Istilah autofagi diperkenalkan pada tahun 1963 oleh ahli sitologi dan biokimia Belgia, Christian René de Duve, yang juga memberikan bukti pertama mengenai keterlibatan lisosom dalam proses autofagi.

 

Tiga jenis autofagi diketahui: makroautofagi, mikroautofagi, dan autofagi yang dimediasi oleh chaperone.

 

Sel terutama mengandalkan makroautofagi, di mana material seluler yang sudah usang atau rusak di daerah sitosolik (area yang diisi cairan yang mengelilingi organel) di sel akan dilingkupi oleh autophagosome (vesikel dengan membran ganda yang mengantarkan isinya ke lisosom, tempat materi tersebut terdegradasi).

 

Dalam mikroautofagi, komponen seluler akan dilingkupi langsung melalui invaginasi membran lisosom.

 

Autofagi yang dimediasi oleh chaperone adalah proses selektif, di mana protein yang dikenal sebagai chaperone hsc70 mengenali dan mengikat substrat protein yang mengandung motif asam amino tertentu. Substrat yang ditargetkan kemudian dibawa ke lisosom, di mana ia kemudian dipindahkan melintasi membran melalui proses yang dimediasi oleh reseptor.

 

Beberapa gen mengkode berbagai komponen mesin autofagi yang diperlukan untuk pemisahan, transportasi, degradasi, dan daur ulang materi seluler. Enzim yang dikodekan oleh beberapa gen autofagi akan berkonjugasi (bergabung bersama), sehingga meningkatkan aktivitas enzim, terutama selama pembentukan autophagosome. Sejumlah jalur seluler non-spesifik juga penting untuk autofagi, termasuk berbagai jalur sekresi dan endositosis (penyerapan). Selain itu, kerangka sitoskeleton tampaknya memainkan berbagai peran dalam autofagi, terutama peran mikrotubulus dalam memfasilitasi transportasi autophagosome pada sel mamalia.

 

Selain fungsi pemeliharaan dan respons terhadap stres, autofagi juga berkontribusi pada kekebalan tubuh, membantu sel dalam mempertahankan diri dari organisme penyebab penyakit dan berpartisipasi dalam presentasi antigen. Autofagi juga terlibat dalam kematian sel terprogram, membantu mengeliminasi sel apoptosis selama perkembangan embrionik dan mendukung proses kematian pada sel yang mengalami defek apoptosis. Autofagi juga dapat melindungi sel dari kematian dengan menyediakan nutrisi selama periode kelaparan.

 

Dalam konteks kanker, autofagi tampaknya berperan dalam mencegah dan, dalam kondisi tertentu, mendorong perkembangan tumor. Akumulasi vesikel autofagi yang abnormal terkait dengan berbagai kondisi neurodegeneratif, termasuk penyakit Parkinson dan amyotrophic lateral sclerosis, serta dengan miopati (penyakit jaringan otot rangka).

 

SUMBER

Autophagy Ditulis oleh Kara Rogers. Diperiksa fakta oleh The Editors of Encyclopaedia Britannica. Terakhir diperbarui: 27 Februari 2025


Saturday, 1 March 2025

Evaluasi Jumlah Pembaca Jurnal Atani Tokyo

 

Jurnal Atani Tokyo telah terbit selama 17 tahun dengan 1.107 postingan dan memiliki 126 pengikut. Sejauh ini, jurnal ini telah dibaca oleh 754.011 orang dan mendapatkan 360 komentar. Berikut ini disajikan tabel yang menggambarkan hubungan antara isi artikel, penampilan, dan jumlah pembacanya.

 

Tabel Peringkat Jumlah Pembaca Artikel pada Jurnal Atani Tokyo

 

No

Judul

Jumlah Pembaca

Tahun Terbit

Jumlah Kata

Isi:Pedoman/Imiah/Populer/Tabel/Gambar/Referensi

1

Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)

34.995

2008

6.696

Pedoman teknis, bergambar banyak dan menarik sesuai teknis, referensi

2

Harga Sebuah Ciplukan Empat Ribu Rupiah

25.655

2009

574

Populer, tabel kandungan gizi, bergambar, referensi

3

Sebatang  pohon anggur di pot 304.000 rupiah

11.013

2007

55

Populer, bergambar satu menarik, ilustrasi nyata, kesan unik, tanpa referensi

4

Wisata Petik Strawberry di Yamanashi Jepang

6.783

2009

641

Populer bergambar, teknik, hiburan

5

Biological Safety Level (BSL) 1, 2, 3, 4

5.139

2020

1.002

Pedoman, bergambar satu, tanpa referensi

6

Budidaya Mangga Apel dan Pemasarannya di Jepang

4.101

2008

557

Populer, bergambar, teknik, hiburan

7

Alamat Pejabat Kementerian Pertanian

3.262

2012

1.200

Dalam tabel berwarna kuning

8

Nanoteknologi Kedokteran Hewan dan Peternakan

2.443

2020

7.280

Ilmiah populer, bergambar satu, referensi (sumber)

9

Trypanosomiasis (Surra)

2.285

2012

1.264

Pedoman, Referensi

10

Identifikasi Virus AI pada Itik ckade 2.3.2

1.630

2012

3.125

Ilmiah murni, referensi

11

Simulasi Pengendalian Wabah Penyakit Hewan

1.588

2012

413

Pedoman, Berita populer

12

Lumpy Skin Disease (LSD)

1.101

2020

1,705

Pedoman, ilmiah, bergambar, referensi

13

Global Warming dan Perubahan Iklim Dunia

1.012

2008

9.923

Ilmiah Populer, lengkap, panjamg sekali, tanpa referensi

14

Cara Meningkatkan Hormon Kebahagiaan (Bagian Pertama)

873

2020

809

Populer, kesehatan, bergambar satu

15

Red Lory Parrot (Eos Bornea)

863

2021

687

Ilmiah, hiburan, bergambar, referensi

16

Pengendalian Inclusion Body Hepatitis

853

2018

1.501

Ilmiah, tanpa gambar, referensi

17

Pengendalian dan Penanggulangan Strangles

851

2019

5.874

Pedoman ilmiah, tidak bergambar, ada referensi.

18

Indonesia pengekspor ikan hias nomor empat

849

2008

342

Populer, bergambar

19

Pencegahan dan Penanggulangan MERS-CoV

769

2016

1.956

Ilmiah populer, tanpa referensi

20

Banyak Virus COVID-19 di Sekitar Kita

688

2020

630

Ilmiah populer, aktual, bergambar, bersumber

21

Perkembangan Pengendalian Penyakit AI

632

2011

2.408

Ilmiah populer, aktual, bernomor, bersumber keswan

22

QA  MERS-CoV

619

2016

720

QA Populer, aktual, referens

23

Kebijakan Penggunaan Vaksin Flu Burung

606

2012

2.276

Pedoman seed Virus Flu Burung

24

Anhrax

605

2011

6.552

Pedoman

25

Kebijakan Pengendalian Rabies di Bali

547

2018

4.357

Ilmiah, bergambar, referensi

26

Anggaran Dasar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

518

2014

1.910

AD/ART PDHI

27

Mengenali Analisis SWOT

471

2021

761

Teori, ilmiah, manajemen, tabel

28

Mengenal Sentra Peternakan Rakyat

454

2016

568

Pedoman Populer

29

Malignant Catarrhal Fever

451

2020

2.370

Pedoman, tanpa referensi

31

Tugas Pejabat Fungsional Medik Veteriner

429

2020

2.738

Peraturan Menteri, Pedoman

32

Coronavirus dan Hewan Kesayangan

401

2020

1.918

Ilmiah Populer, bereferensi

 

Untuk menganalisis tabel di atas, kami akan mengevaluasi beberapa faktor berdasarkan kriteria yang terdapat dalam tabel, yaitu:

 

1. Judul Menarik

  • Judul yang menarik cenderung lebih mampu menarik perhatian pembaca. Misalnya, judul yang menyentuh topik yang sedang tren atau menarik rasa ingin tahu.

  • Contoh judul yang menarik:

    • "Harga Sebuah Ciplukan Empat Ribu Rupiah" (25.655 pembaca, 2009) — Judul yang menimbulkan rasa penasaran tentang harga yang terkesan murah tapi menarik.

    • "Banyak Virus COVID-19 di Sekitar Kita" (688 pembaca, 2020) — Sangat relevan dengan situasi global pada waktu itu.

 

2. Durasi Terbit Sampai Sekarang

  • Artikel yang lebih lama mungkin telah memiliki waktu untuk mendapatkan lebih banyak pembaca dari pencarian organik atau karena menjadi sumber referensi sepanjang waktu.

  • Misalnya, artikel "Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)" (34.995 pembaca, 2008) mendapatkan banyak pembaca setelah bertahun-tahun online, menunjukkan bahwa durasi terbit bisa berpengaruh pada akumulasi pembaca.

 

3. Jumlah Kata (Banyak karena Rinci atau Sedikit karena Mudah Dibaca)

  • Artikel yang lebih pendek dan mudah dibaca umumnya akan lebih diminati oleh pembaca yang mencari informasi cepat dan mudah dicerna.

  • Artikel dengan kata lebih banyak cenderung lebih mendalam dan rinci, cocok untuk pembaca yang membutuhkan pengetahuan lebih mendalam.

  • Contoh artikel dengan banyak kata:

    • "Global Warming dan Perubahan Iklim Dunia" (9.923 kata, 2008) dengan pembaca 1.012, mungkin lebih rinci dan komprehensif, namun jumlah pembacanya tidak sebesar artikel yang lebih singkat.

 

4. Isi Artikel: Pedoman/Ilmiah/Populer/Tabel/Gambar/Referensi

  • Artikel yang disertai gambar dan referensi biasanya lebih kredibel dan menarik bagi pembaca yang mencari informasi ilmiah yang terverifikasi.

  • Artikel yang bersifat populer dan ringan, namun bergambar dan mudah dipahami, cenderung lebih cepat mendapatkan pembaca.

 

EVALUASI BERDASARKAN KRITERIA

 

Artikel dengan Pembaca Terbanyak (Top 3)

1.     "Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)"

o    Pembaca: 34.995

o    Tahun Terbit: 2008

o    Jumlah Kata: 6.696 (cukup panjang)

o    Isi: Pedoman, gambar, referensi

o  Kesan: Judul yang jelas, mengarah pada topik yang banyak dicari, informasi mendalam dengan pedoman, bergambar, dan referensi. Durasi terbit yang lama memberi kesempatan untuk mengumpulkan pembaca.

 

2.     "Harga Sebuah Ciplukan Empat Ribu Rupiah"

o    Pembaca: 25.655

o    Tahun Terbit: 2009

o    Jumlah Kata: 574 (pendek)

o    Isi: Populer, tabel, gambar, referensi

o  Kesan: Judul yang menarik dan tidak biasa, membawa rasa ingin tahu. Meskipun jumlah kata sedikit, topik yang menarik dengan gambar dan referensi membuatnya lebih menarik.

 

3.     "Sebatang Pohon Anggur di Pot 304.000 Rupiah"

o    Pembaca: 11.013

o    Tahun Terbit: 2007

o    Jumlah Kata: 55 (sangat singkat)

o    Isi: Berita bergambar dengan label harga mahal

o    Kesan: Judul yang menarik, langsung, dan membuat pembaca penasaran. Ini lebih berfokus pada berita singkat dengan harga yang menarik perhatian.

 

Artikel dengan Pembaca Paling Sedikit:

1.     "Mengenali Analisis SWOT"

o    Pembaca: 471

o    Tahun Terbit: 2021

o    Jumlah Kata: 761 (sedang)

o    Isi: Teori, ilmiah, manajemen, tabel

o    Kesan: Meskipun konten ilmiah dan berisi teori yang bermanfaat, topiknya mungkin kurang menarik bagi pembaca umum tanpa latar belakang manajemen.

 

2.     "Anggaran Dasar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia"

o    Pembaca: 518

o    Tahun Terbit: 2014

o    Jumlah Kata: 1.910 (panjang)

o    Isi: AD/ART

o    Kesan: Artikel ini sangat spesifik dan mungkin hanya menarik bagi kalangan terbatas, seperti anggota organisasi tersebut.

 

KESIMPULAN

 

  • Judul yang Menarik

Judul yang mengandung elemen kejutan atau pertanyaan menarik, seperti "Harga Sebuah Ciplukan Empat Ribu Rupiah" cenderung mendapatkan pembaca lebih banyak.

  • Durasi Terbit

Artikel yang telah terbit lebih lama, seperti "Budidaya Tomat", cenderung memiliki lebih banyak pembaca karena sudah lama ditemukan dalam pencarian.

  • Jumlah Kata

Artikel yang lebih pendek (seperti artikel "Harga Sebuah Ciplukan") dan mudah dipahami biasanya lebih menarik bagi pembaca yang tidak ingin terlalu banyak membaca.

  • Isi Artikel

Artikel yang berisi pedoman atau yang lebih ringan seperti ilmiah populer, bergambar, dan memiliki referensi mendapatkan perhatian lebih banyak daripada yang terlalu teknis atau panjang lebar.

 

Pembaca cenderung tertarik pada artikel yang tidak hanya informatif tetapi juga mudah dicerna dan relevan dengan tren atau kebutuhan pembaca.

 

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembaca yang telah membaca artikel-artikel di Jurnal Atani Tokyo. Kami sangat mengharapkan komentar dan masukan pembaca yang berharga untuk perbaikan jurnal ini. Kami juga mohon maaf apabila ada isi Jurnal Atani Tokyo yang tidak sesuai dengan harapan atau perasaan pembaca.

 

SUMBER

Jurnal Atani Tokyo 2007-2025