Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, 6 February 2012

OIE Listed Diseases


Multiple species diseases

  • Anthrax
  • Aujeszky's disease
  • Bluetongue
  • Brucellosis (Brucella abortus)
  • Brucellosis (Brucella melitensis)
  • Brucellosis (Brucella suis)
  • Crimean Congo haemorrhagic fever
  • Echinococcosis/hydatidosis
  • Epizootic haemorrhagic disease
  • Equine encephalomyelitis (Eastern)
  • Foot and mouth disease
  • Heartwater
  • Japanese encephalitis
  • New world screwworm (Cochliomyia hominivorax)
  • Old world screwworm (Chrysomya bezziana)
  • Paratuberculosis
  • Q fever
  • Rabies
  • Rift Valley fever
  • Rinderpest
  • Surra (Trypanosoma evansi)
  • Trichinellosis
  • Tularemia
  • Vesicular stomatitis
  • West Nile fever

Cattle diseases

  • Bovine anaplasmosis
  • Bovine babesiosis
  • Bovine genital campylobacteriosis
  • Bovine spongiform encephalopathy
  • Bovine tuberculosis
  • Bovine viral diarrhoea
  • Contagious bovine pleuropneumonia
  • Enzootic bovine leukosis
  • Haemorrhagic septicaemia
  • Infectious bovine rhinotracheitis/infectious pustular vulvovaginitis
  • Lumpky skin disease
  • Theileriosis
  • Trichomonosis
  • Trypanosomosis (tsetse-transmitted)

Sheep and goat diseases

  • Caprine arthritis/encephalitis
  • Contagious agalactia
  • Contagious caprine pleuropneumonia
  • Enzootic abortion of ewes (ovine chlamydiosis)
  • Maedi-visna
  • Nairobi sheep disease
  • Ovine epididymitis (Brucella ovis)
  • Peste des petits ruminants
  • Salmonellosis (S. abortusovis)
  • Scrapie
  • Sheep pox and goat pox

Equine diseases

  • African horse sickness
  • Contagious equine metritis
  • Dourine
  • Equine encephalomyelitis (Western)
  • Equine infectious anaemia
  • Equine influenza
  • Equine piroplasmosis
  • Equine rhinopneumonitis
  • Equine viral arteritis
  • Glanders
  • Venezuelan equine encephalomyelitis

Swine diseases

  • African swine fever
  • Classical swine fever
  • Nipah virus encephalitis
  • Porcine cysticercosis
  • Porcine reproductive and respiratory syndrome
  • Swine vesicular disease
  • Transmissible gastroenteritis

Avian diseases

  • Avian chlamydiosis
  • Avian infectious bronchitis
  • Avian infectious laryngotracheitis
  • Avian mycoplasmosis (M. gallisepticum)
  • Avian mycoplasmosis (M. synoviae)
  • Duck virus hepatitis
  • Fowl typhoid
  • Highly pathogenic avian influenza and low pathogenic avian influenza in poultry as per Chapter 10.4. of the Terrestrial Animal Health Code
  • Infectious bursal disease (Gumboro disease)
  • Newcastle disease
  • Pullorum disease
  • Turkey rhinotracheitis

Lagomorph diseases

  • Myxomatosis
  • Rabbit haemorrhagic disease

Bee diseases

  • Acarapisosis of honey bees
  • American foulbrood of honey bees
  • European foulbrood of honey bees
  • Small hive beetle infestation (Aethina tumida)
  • Tropilaelaps infestation of honey bees
  • Varroosis of honey bees

Fish diseases

  • Epizootic haematopoietic necrosis
  • Epizootic ulcerative syndrome
  • Infection with Gyrodactylus salaris
  • Infectious haematopoietic necrosis
  • Infectious salmon anaemia
  • Koi herpesvirus disease
  • Red sea bream iridoviral disease
  • Spring viraemia of carp
  • Viral haemorrhagic septicaemia

Mollusc diseases

  • Infection with abalone herpes-like virus
  • Infection with Bonamia exitiosa
  • Infection with Bonamia ostreae
  • Infection with Marteilia refringens
  • Infection with Perkinsus marinus
  • Infection with Perkinsus olseni
  • Infection with Xenohaliotis californiensis

Crustacean diseases

  • Crayfish plague (Aphanomyces astaci)
  • Infectious hypodermal and haematopoietic necrosis
  • Infectious myonecrosis
  • Necrotising hepatopancreatitis
  • Taura syndrome
  • White spot disease
  • White tail disease
  • Yellowhead disease

Amphibians

  • Infection with Batrachochytrium dendrobatidis
  • Infection with ranavirus

Other diseases

  • Camelpox
  • Leishmaniosis

Friday, 3 February 2012

Penetapan Empat Propinsi Bebas Brucellosis

 
 Propinsi Sumsel, Bengkulu, Lampung dan Babel Bebas Brucellosis
 
 
Menteri Pertanian Suswono telah menetapkan empat Propinsi di wilayah kerja BPPV Regional III Lampung sebagai Propinsi bebas Penyakit Brucellosis. Surat Keputusan menteri Pertanian tertanggal 30 Desember 2011.


Sebagai penghargaan atas prestasi yang diraih oleh ke empat propinsi tersebut diserahkan piagam penghargaan Menteri Pertanian kepada Gubernur Sumatera Selatan, Gubernur Bengkulu, Gubernur Lampung dan Gubernur Bangka Belitung atas kerja kerasnya dalam mempersiapkan pembebasan penyakit Brucellosis selama 5 tahun.


Penghargaan Menteri Pertanian diberikan juga kepada Kepala BPPV Lampung Drh. Syamsul Ma'arif atas kerja keras dalam memimpin BPPV Lampung melaksanakan Surveilans Penyakit Brucellosis.


Penyerahan Penghargaan dilaksanakan pada tanggal 3 Pebruari 2012 di Dining Hall Wisma Atlit Jakabaring Sport City, Palembang. Ikut menyaksikan penyerahan penghargaan tersebut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktur Kesehatan Hewan, dan para Pejabat Eselon 1 lingkup Kementerian Pertanian.


Dengan meningkatnya status kesehatan hewan ini merupakan suatu prestasi dalam mendukung program swasembada daging sapi dan kerbau tahun 2014.


Sapi yang masuk daerah bebas Brucellosis ini harus berasal dari Zona bebas Brucellosis atau kelompok bebas Brucellosis, tidak divaksinasi Brucellosis.





Thursday, 2 February 2012

Catatan Flu Burung pada Junuari 2012

1. Sejak terjadinya wabah AI pada unggas di Indonesia yang dideklarasi pada bulan Januari 2004, kasus secara bertahap menurun setiap tahun yakni tahun 2011 sebanyak 1411 kasus. Jumlah tersebut lebih rendah dibanding tahun sebelumnya 1502 (th.2010), 2293 (th 2009), 1.413 (th 2008), 2.751 (th 2007).

2. Walaupun kasus AI pada unggas secara nasional terjadi sepanjang bulan setiap tahunnya, namun berdasarkan data laporan dari lapangan bahwa terdapat kecenderungan terjadi peningkatan kasus AI pada setiap bulan Januari sampai dengan April setiap tahunnya. Hal tersebut diindikasikan antara lain bahwa selama musim hujan dengan perubahan suhu secara ekstrim, menyebabkan daya tahan tubuh turun sehingga berbagai penyakit unggas termasuk AI turut menyerang. Untuk itu melalui berbagai forum telah diupayakan sosialisasi kewaspadaan mengantisipasi kejadian tersebut, antara lain telah diterbitkan Surat Edaran Menteri Pertanian kepada seluruh Gubernur, No. 35/PD.620/M/1/2012 tanggal 26 Januari 2012. Berbagai upaya strategi pengendalian AI pada unggas pekarangan telah diintensifkan terutama melalui penerapan Deteksi, Lapor dan dan Respon Cepat di lapangan oleh Tim PDSR (Tim Surveilans dan Respon Cepat AI) sehingga jumlah kasus AI pada unggas pekarangan sementara ini mampu diminimalisir, terutama guna mencegah penularannya ke manusia. Sedangkan kasus AI pada unggas komersial ayam ras, berdasarkan informasi dari Forum/Asosiasi Masyarakat Perunggasan, justru dalam beberapa bulan terakhir ini relatif sedikit/menurun dilaporkan terjadinya kasus AI.

3. Provinsi dengan urutan kasus tertinggi hingga terendah pada unggas di tahun 2011 adalah : endemis di Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, Riau, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat dan sporadis di Bali, Jambi, Gorontalo, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bengkulu, NTB, Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Barat, Aceh, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, NTT, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan dan DKI Jakarta terendah. Tidak terjadi kasus di Maluku, Papua, Papua Barat.

Provinsi yang hingga saat ini masih berstatus bebas AI adalah Maluku Utara.

4. Kasus AI pada unggas tahun 2012 (tanggal 1 s/d 31 Januari 2012) sebanyak 38 kasus pada 25 Kabupaten/Kota di 11 Provinsi, yakni Jawa Tengah (Sragen, Brebes, Cilacap, Kota Tegal), Jawa Timur (Lamongan, Banyuwangi, Surabaya) Jawa Barat (Bandung Barat, Bekasi, Kota Bogor), Riau (Pekanbaru, Rokan hulu), DI Yogyakarta (Gunung Kidul), Kalimantan Timur (Panajam Paser Utara, Samarinda, Bontang, Bulungan), Kalimantan Tengah (Kota Waringin Barat, Barito Timur), Jambi (Muaro Jambi), Sulawesi Selatan (Sidrap), Sulawesi Utara (Minahasa, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara), Gorontalo (Kota Gorontalo).

Jumlah kasus AI pada bulan Januari 2012 ini (38 kasus) masih jauh lebih rendah dibanding pada Januari 2011 (174 kasus) dan Januari 2010 (284 kasus).

5. Beberapa perkembangan kasus AI pada Unggas terkait Kasus Flu Burung pada Manusia yang diberitakan Media Massa.

a. PD (23) dan AS (5) di Sunter Agung - Jakarta Utara

Pasien meninggal akibat positip menderita Flu Burung (H5N1)

Identifikasi faktor risiko penularan Flu Burung ke korban: Daerah/lingkungan sekitar tempat tinggal pasien Flu Burung tersebut kurang higienis, beberapa warga masyarakat sekitar masih memelihara unggas pekarangan a.l. ayam kampung, entok dan burung merpati balap. PD memiliki riwayat kontak sangat erat dengan burung merpati balap miliknya yang mati.

Surveilans pemeriksaan sampel unggas dan lingkungan: negatip virus H5 dengan uji RT-PCR oleh Lab BKHI-DKI dan BPPV Subang.

Tindakan pengendalian penyakit AI pada unggas yang telah dilakukan adalah meningkatkan kegiatan Sweeping pemeliharaan unggas di pemukiman, Sertifikasi pemelihara unggas kesayangan, pembersihan dan desinfeksi, public awareness, koordinasi dengan pihak terkait, upaya percepatan penerapan Perda. DKI Jakarta No. 4 tahun 2007.

b. MT, 55 th, Taman Surya II Kalideres, Jakbar

Pasien yang semula didiagnosa suspek Flu Burung, kemudian ternyata negatip Flu Burung, sembuh dan sehat kembali. Tidak ada unggas di sekitar rumah, tetapi terdapat Tempat Penampungan Unggas dan Tempat Pemotongan Unggas sekitar 400 meter dari rumahnya. Hasil pemeriksaan lab. BKHI-DKI dan BPPV Subang terhadap sampel unggas dan lingkungan adalah negatip virus H5.

c. R, 18 th, Tangerang

Meninggal 27Januari 2012 dengan diagnosa semula suspek Flu Burung ternyata kemudian negatip dan ditemukan positip H1N1 pan09.

Memelihara itik 100 ekor dan ayam 6 ekor, namun tidak ada unggas sakit atau mati juga di lingkungannya. Hasil pemeriksaan laboratoris BPPV Subang PCR: negatip Virus H5.

d. Desa Cibadak, Kec. Tanah Sareal, Kota Bogor

Jumlah sampel positip : 1 (Rapid Test oleh Tim PDSR), 7 (PCR oleh BPPV Subang), belum terima laporan hasil dari Bbalitvet. Jumlah unggas mati : 25 ekor. Tidak ada kasus suspek pada manusia. Tindakan yang telah dilakukan adalah pemusnahan terhadap 25 ekor unggas dan 10 kandang, pembersihan kandang dan disinfeksi, serta sosialisasi Tim Terpadu (Kesehatan hewan dan Kesehatan masyarakat) tanggal 27-31 Januari 2012 di RT-01, di Kel. Cibadak, di Kec. Tanah Sareal, di kel. Kebon Pedes. Kota Bogor.

e. Desa Terlangu, Kec. Brebes, Kota Brebes.

Kematian unggas mulai tanggal 25 Januari 2012 sebanyak 15 ekor ayam (2 ekor rapid test positip). Tim PDSR kota Brebes sudah melakukan tindakan pembersihan dan desinfeksi serta sosialisasi di lokasi. Dalam penelusuran kasus s/d 29 Januari 2012 tercatat jumlah 60 ekor yang mati (rapid test 1 ekor positip). Sampai sekarang masyarakat belum bersedia dilakukan pemusnahan unggasnya, tetapi bersedia diisolasi unggas yang terancam sakit tersebut.

Tidak ada suspek flu burung manusia.

Sumber : Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen PKH, Kementan

Saturday, 28 January 2012

Bubuk keramik kotoran ayam menginaktivasi virus AI

Kazuaki Takehara dari Laboratorium Zoonoses dan kawan-kawannya dari Laboratorium Anatomi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kitasato, Jepang pada tahun 2009 telah mempublikasikan penemuannya yaitu bubuk keramik kotoran ayam yang dapat sebagai anti virus Flu Burung.


Bubuk Keramik yang mereka buat dengan bahan baku kotoran ayam, apabila di dicampur dengan virus flu burung atau avian adeno virus, dapat menginaktivasi virus-virus tersebut sehingga kandungan virusnya menjadi lebih rendah.


Ketika bubuk keramik dicampur dengan air suling ganda, pH air meningkat menjadi 10 tetapi fase cairnya tidak menunjukkan aktivitasnya sebagai antivirus.


Setelah 10 pembasuhan dengan air atau 5 pembasuhan dengan 1M Tris-HCl (pH 8,0), bubuk keramik masih mempertahankan aktivitasnya sebagai antivirus. Aktivitas antivirus bubuk keramik tidak dipengaruhi oleh adanya bahan organik (33% serum janin sapi).


Ketika anak ayam diberi makan makanan yang mengandung bubuk keramik 5%, tidak ada perbedaan berat badan antara anak ayam yang diberi makanan biasa dan makanan yang bercampur keramik. Cara kerja dari bubuk keramik belum diketahui dengan pasti tetapi mungkin diduga bekerja dengan cara menyerap virus. Hasil ini menunjukkan bahwa bubuk keramik memiliki aktivitas antivirus dan dapat menjadi metoda yang berpotensi berguna melawan flu burung di peternakan unggas.


Pada penelitiannya, proses inaktivasi virus Flu Burung dengan bubuk keramik dilakukan dengan cara dua ratus miligram bubuk keramik ini dicampur dengan virus Flu Burung dalam microtube kemudian diinkubasi selama 20 jam. Kandungan virus Flu Burung tersebut diukur. Hasilnya menunjukan bahwa bubuk keramik kotoran ayam dapat menginaktivasi Virus Flu Burung, ketika dilakukan pada suhu kamar indeks netralisasi bubuk keramik ini terhadap virus H5N2 sebesar 4,5 sedangkan terhadap virus H7N1 sebesar 5,1. Apabila dilakukan pada suhu 4 C indeks netralisasi bubuk keramik ini terhadap virus H5N2 sebesar 4,3 sedangkan terhadap virus H7N1 sebesar 4,9.


Referensi:

Avian Diseases 53(1):34-38. 2009