Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Friday, 30 January 2009

Seminar on Agricultural Science (SAS-2009)



Tema:

“Menggali dan Mengembangkan Potensi Sumber Daya Nasional Menuju
Swasembada Pangan dan Kelestarian Lingkungan yang Berkelanjutan”

Waktu :

Minggu, 22 Februari 2009

Tempat :

Tokyo University of Agriculture

Diselenggarakan oleh:

Indonesian Agricultural Sciences Association (IASA)


Dalam seminar SAS-2009 ini, materi utama merupakan (1) keynote address dari Sekretaris Menteri Pertanian - Dr. Ir. Abdul Munif, M.Sc.Agr dan (2) Hasil-hasil penelitian serta kajian dari anggota IASA yang merupakan hasil utama disertasi program Doktor dan thesis program Master. Tema keynote address terkait dengan “Strategi dan Pencapaian Swasembada Pangan di Indonesia”, sedangkan hasil kajian disertasi Doktor dan Master berupa 10 (sepuluh) sub-tema yang memiliki kaitan erat dengan penggalian dan pemanfaatan sumber daya nasional.

Secara umum tema-tema kajian mencakup bidang-bidang berikut:

1.Kehutanan, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang disampaikan oleh:
-Arif Darmawan (The University of Tokyo)
-Syartinilia (The University of Tokyo)

2. Ilmu Hayati Murni dan Terapan yang disampaikan oleh:
- Davin H.E Setiamarga (The University of Tokyo)
- Roni Wijaya (The University of Tokyo)
- Tatang Sopian (Tokyo University of Agriculture and Technology)

3. Peternakan, Perikanan dan Medis Veteriner yang disampaikan oleh:
- Bainah Sari Dewi (Utsonomia University-Tokyo University of Agriculture and
Technology)

4. Sosial, Ekonomi dan Politik Pertanian yang disampaikan oleh:
- Lukytawati Anggraeni (The University of Tokyo)
- Mohamad Dwi Wicaksono (Tokyo University of Agriculture and Technology)
- Syahmir Ramadhan Siregar (Tokyo University of Agriculture)

5. Teknologi dan Informasi Pertanian yang disampaikan oleh:
- Ardiansah (The University of Tokyo)

Direncanakan seminar akan dibagi menjadi 3 sesi utama dengan pembagian sebagai berikut:

1. Sesi 1 : presentasi dan diskusi keynote address
(Sektetaris Menteri Pertanian: Dr.Ir. Abdul Munif, MSc.Agr)

2. Sesi 2 : presentasi dan diskusi pararel 5 (lima) pemakalah/narasumber

3. Sesi 3 : presentasi dan diskusi pararel 5 (lima) pemakalah/narasumber

Thursday, 29 January 2009

Pertanian Percontohan Bawah Tanah Pasona O2 di Tokyo

Projek Pasona O2 didirikan pada tanggal 11 Pebruari 2005, berlokasi di B2F Otemachi-Nomura Building, 2-1-1 Otemachi, Chiyoda-ku, Tokyo dengan luas sekitar 1000 m2, dibuka pada hari kerja Senin sampai Jumat, jam 11:00 – 18:00. Tujuan projek ini adalah membangkitkan kesadaran dan minat masyarakat pada sektor pertanian dengan sasaran penciptaan dan membuka peluang lapangan pekerjaan.

Fasilitas yang disediakan: 1) Green house menggunakan teknologi hydrophonic dan light-emiting diode (LED); 2) Fasilitas Pelatihan untuk kuliah dan seminar pelatihan yang berhubungan dengan pertanian; 3) Ruang Rileks untuk terapi alami.

Latar belakang didirikannya Pasona O2, dimulai pada akhir-akhir ini terdapat banyak para kaum muda dan setengah baya yang ingin merealisasikan impiannya bekerja dan tinggal di desa dari pada di kota.

Ditengah-tengah meningkatnya impor produk pertanian, telah berkembang minat masyarakat pada keamanan pangan, dan bayak orang yang menyewa lahan pertanian untuk membudidayakan produk pertanian bersama-sama dengan mereka yang tertarik pada bidang pertanian.

Dipihak lain telah bertambah dengan pesat jumlah populasi usia lanjut, terjadi penurunan jumlah petani yang mengeluti sektor pertanian. Diantara Negara maju, Jepang mempunyai self-sufficiency ratio paling rendah, hanya 28% bahan makanan biji-bijian yang diproduksi di dalam negeri.

Dalam rangka revitalisasi pertanian sebagai industri bisnis, sistem sewa bagi perusahaan umum yang tertarik dalam bidang pertanian telah meningkat, dan diharapkan terjadi peningkatan perusahaan umum yang mengembangkan pertanian sebagai industri bisnis, dan juga terjadi peningkatan jumlah korporasi produk pertanian. Maka dari itu pemimpin baru bidang pertanian sangat diperlukan, dan penyediaan tenaga kerja menjadi kunci yang baik untuk revulosi pertanian.

Perusahaan Pasona O2 bersama dengan perusahaan terkenal lain telah mendirikan sebuah perusahaan patungan yang berkerak dalam perekrutan tenaga kerja di Kanto dan Kansai. Melalui “Agriculture Internship Project” di Desa Ogata, Prefektur Akita, Perusahaan telah menyelenggarakan pelatihan pertanian dan sejak 2003 pelatihan ini diberikan kepada kaum muda dan setengah baya yang tertarik pada bidang pertanian.

Mulai tahun 2005 Palatihan pertanian telah dilaksanakan di Nambu-cho, Prefektur Aomori dan di Hidagawa-machi dan Aritawa-cho di Prefektur Wakayama.

Pada Pebruari 2005 Perusahaan ini meresmikan “Pasona O2”, menyediakan sarana yang digunakan untuk meningkatkan minat bekerja pada sektor Pertanian. Melalui fasilitas ini yang berlokasi di lantai 2 bawah tanah Kantor Pusat Perusahaan di Otemachi, Pasona O2 berupaya menciptakan kesempatan bekerja di sektor pertanian dengan cara memperkenalkan sektor pertanian yang menarik dan menyenangkan.

Langkah pertama yang dilakukan yaitu membangkitkan minat yang lebih besar pada sektor pertanian kepada mereka yang tidak mempunyai pengalaman lapangan. Kemudian, melalui pelatihan bidang pertanian, Pasona O2 menentukan pengetahuan, pengalaman dan bakat yang penting untuk projek ini, dan menciptakan prasarana yang berguna untuk memotivasi orang bekerja dalam sektor pertanian.

Berdasarkan konsep pertanian sebagai suatu bisnis, Pasona O2 berusaha agar memungkinkan seseorang dengan ide baru dan pengetahuan baru dapat memasuki industri revitalisasi pertanian secara menyeluruh, termasuk industri terkait dan sekaligus untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja berikutnya.

Wednesday, 28 January 2009

Berapa Air Memproduksi 1 Kg Beras?

Banyak orang bertanya, ”Seberapa banyak air yang diperlukan untuk memproduksi 1 kg beras?” tetapi masih sedikit jawaban yang memuaskan. Jawaban pertanyaan ini terletak pada definisi ”penggunaan air untuk bercocok tanam padi”. Kita dapat mengidentifikasikan tiga macam penggunaan ”air”, yaitu melalui 1) Transpirasi, 2) Evaporasi dan 3) Gabungan perembesan dan penapisan air.

Bercocok tanam padi menggunakan air melalui proses transparirasi untuk mendinginkan tanaman dan membawa unsur hara yang dibutuhkan tanaman dari tanah naik ke atas sampai ke daun. Proses ini merupakan penggunaan air secara nyata, tumbuhan mengambil air dan melepaskannya ke atmosfir melalui transpirasi. Air yang dipergunakan dalam proses ini tidak dapat dipergunakan kembali oleh tumbuhan yang sama dalam siklus pertumbuhan yang sama. Air yang ditranspirasi tersebut masuk ke siklus air alam dan pada waktunya kembali ke bumi lagi melalui hujan atau salju.

Untuk bercocok tanam padi terdapat dua unsur yaitu tanaman padi dan tanah media bercocok tanam. Disamping transpirasi dari tumbuhan, air yang diatas tanah meninggalkan tempat bercocok tanam melalui evaporasi. Seperti transpirasi, evaporasi air menghilang dan tidak dapat digunakan lagi oleh tanaman yang sama dalam masa siklus pertumbuhannya. Kombinasi dua jenis penggunaan air oleh tanaman padi ini disebut ”evapotranspirasi”.

Air di sawah biasa digenangkan dalam jumlah cukup banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman padi. Selain evapotranspirasi seperti tersebut diatas, air dapat mengalir ke luar sawah melalui perembesan dan penapisan: menuju ke bawah merembes ke dalam tanah dan menuju kesamping mengalir ke luar sawah. Bagi seorang petani, perembesan dan penapisan air ini merupakan kehilangan air yang nyata. Ketika air dipergunakan untuk tanaman padi di sawah petani sebaiknya mempertimbangkan jumlah air yang terpakai untuk evapotranspirasi, perembesan dan penapisan. Petani memerlukan air irigasi yang cukup, untuk menggantikan air hujan jika curah hujan tidak cukup. Pada hamparan sawah yang lebih luas, perembesan dan penapisan air dari permukaan sawah masuk ke air tanah atau air selokan maupun anak sungai. Dengan air tersebut petani lain bisa menggunakannya lagi untuk mengaliri sawah yang lain. Sedangkan air untuk evapotranspirasi tidak dapat dipergunakan kembali.

Penggunaan air tanaman padi melalui transpirasi

Menurut Haefele dkk (2008) hasil kajian percobaan di dalam pot dan greenhouse yang dilaksanakan di International Rice Research Institute (IRRI) memperlihatkan bahwa penggunaan air untuk memproduksi 1 kg gabah berkisar antara 500 – 1.000 liter. Kebutuhan air untuk tanaman padi terbanyak dibandingkan dengan cereal lain seperti gandum (Wheat) dan Barley.

Penggunaan air tanaman padi melalui evapotranspirasi

Perkiraan penggunan air melalui evapotranspirasi dalam sawah padi di dunia adalah 859 kubik kiloliter per tahun. Produksi beras gabah sedunia diperkirakan sejumlah 600 juta ton. Untuk memproduksi satu kilogram gabah memerlukan 1,432 liter air evapotranspirasi. Secara kasar rata-rata penggunaan air untuk budidaya padi sedunia sama dengan untuk budidaya Wheat, akan tetapi lebih tinggi dari pada penggunaan untuk budidaya jagung dan Barley. Menurut Falkenmark dan Rockstrom (2004) untuk memperoleh satu kilogram Wheat memerlukan air sebanyak 1.480 liter, jagung (Maize) 1.250 liter, dan Barley 1.000 liter. Sedangkan menurut Chapagain and Hoekstra (2004) untuk memperoleh satu kilogram Wheat memerlukan air sebanyak 1.300 liter dan untuk jagung 900 liter.

Jumlah air yang dibutuhkan dalam evapotranspirasi untuk budidaya padi sangat bervariasi. Menurut Zwart and Bastiaansen (2004) hasil penelitian pada sawah dataran rendah menyebutkan jumlah air evapotranspirasi untuk menghasilkan satu kilogram beras paling sedikit 625 liter, pertengahannya 909 liter dan paling banyak 1.667 liter.

Penggunaan air per tahun secara global pada evapotranspirasi dilihat dari peruntukannya, Chapagain dan Hoekstra (2004) menyebutkan bahwa air yang diperlukan untuk produksi makanan sebesar 6.390 kilometer kubik, untuk keperluan industri 716 kilometer kubik dan untuk keperluan domestik 344 kilometer kubik, sedangkan menurut Falkenmark dan Rockstrom (2004) untuk makanan 7.200 kilometer kubik, industri 780 kilometer kubik dan untuk domestik 180 kilometer kubik. Kebutuhan air untuk memproduksi beras total sedunia adalah 12 – 13 % dari jumlah air evapotranspirasi yang diperlukan untuk memproduksi semua bahan makanan di dunia. Sebagai catatan bahwa rumput dan bahan pakan ternak dikategorikan kedalam kebutuhan peternakan.

Penggunaan air sawah untuk tanaman padi melalui evapotranspirasi, perembesan dan penapisan air

Rata-rata sekitar 2.500 liter air yang diperlukan (dengan air hujan dan / atau irigasi) tanaman padi untuk memproduksi satu kilogram gabah padi. Angka 2.500 liter ini dihitung dari evapotranspirasi, perembesan dan penapisan. Rata-rata angka ini berasal dari data penelitian terhadap sawah perorangan di Asia. Angka dari hasil penelitian tersebut sangat beragam yaitu antara 800 – 5.000 liter lebih. Keberagaman ini disebabkan oleh tata laksana budidaya yang beragam seperti penggunaan varietas tanaman, penggunaan pupuk dan cara penanggulangan penyakit, juga tergantung pada iklim dan kesuburan tanah yang berbeda. Penggunaan air di sawah yang ditanami padi memerlukan air 2 - 3 kali lebih banyak dibandingkan tanaman cereal utama yang lain.

Meskipun kebutuhan air untuk evapotranspirasi dalam memproduksi padi hampir sama dengan Wheat, padi memerlukan lebih banyak air sawah dari pada tanaman cereal yang lain karena diperlukan pengaliran air yang tinggi baik perembesan maupun penapisan. Akan tetapi air yang mengalir tersebut dapat diambil dan dipergunakan lagi di bagian hilir. Efisiensi penggunaan air untuk tanaman padi dalam sistem irigasi yang dikelola dengan banyak sawah (dikelola secara kelompok) lebih tinggi dari pada penggunaan air untuk sawah perorangan (dikelola sendiri). Sekitar 1/4 – 1/3 sumber air bersih yang dibangun di dunia digunakan untuk irigasi padi.

Sebagai catatan bahwa beras merupakan bahan makan pokok yang dikonsumsi oleh separuh populasi manusia di planet bumi ini.

Dalam rangka usaha peningkatan produksi padi, yang perlu kita perhatikan adalah masalah krisis air, imbas perubahan iklim terhadap pola curah hujan serta penggunaan saluran air irigasi di perkotaan dan wilayah industri. Ketika terjadi kelangkaan air untuk irigasi pertanian diperlukan peningkatan teknologi penghematan air seperti aerobic rice yaitu varietas padi yang tumbuh baik di sawah yang tidak tergenang air, dan sistem irigasi yang lebih efisien seperti pengairan dan pengeringan sawah secara bergantian.

Sumber : Rice Today, Vol 8, No. 1, 2009.

Sunday, 25 January 2009

Konsumsi Produk Segar Lokal untuk Keamanan Pangan

Kepercayaan masyarakat Jepang terhadap pengemasan dan pelabelan makanan telah menurun di Jepang. Demi kesehatan, mereka telah menaruh perhatian untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dan produk lain yang segar berasal dari pertanian lokal.

Beberapa toko grosir mengambil keuntungan milyaran yen dalam penjualan bahan makanan, terjadi pertentangan antara memperbesar super market dan memperbesar keuntungan uang.

Sejak April tahun 2008 di Kawasaki dengan penduduk sekitar satu milyar, koperasi petani setempat telah membuka toko tempat pemasaran produk pertaniannya sendiri guna menjual langsung bahan makanan segar kepada masyarakat.

Suatu pagi pukul 09:30, pelanggan mulai antri di depan toko tersebut, pukul 09:55 telah terdapat 50 orang pengantri, 5 nenit sebelum toko dibuka. ”Setiap orang yang datang kesini pada pagi hari ini beralasan pada saat itu banyak terdapat produk pertanian yang masih segar” kata seorang wanita pelanggan yang biasa datang ke toko tersebut.

Pada akhir pekan, lebih dari 100 orang antri didepan toko sebelum waktu toko dibuka, didepan tempat parkirpun kendaraan macet karena kendaraan pengunjung antri menunggu giliran masuk lapangan parkir yang telah penuh.

Di rak toko dijajakan bayam, kubis, daun bawang, dan sayuran lain serta buah-buahan yang dipetik pada pagi hari. Yang sangat menarik pada label makanan selain dicantumkan nama produk juga ditulis nama petani dan tempat dimana produknya dibudidayakan. Terdapat 300 petani yang terdaftar turut serta mensuplai produk pertanian di toko tersebut.

Masyarakat ini tidak perlu membandingkan harga sayur-sayuran dan buah-buahan yang lebih murah dengan harga di supermarket, akan tetapi tampaknya mereka berminat membeli produk segar karena mereka merasa aman memakan produk yang dibudidayakan oleh petani yang tidak takut mencantumkan namanya pada kemasan produknya.

Menurut JA General Research Institute, terdapat sekitar 5.000 toko penjualan langsung di seluruh Jepang, 2.000 toko diantaranya dikelola oleh koperasi petani dan 3.000 toko lainnya dikelola oleh perusahaan dan kelompok petani.

Rata-rata keuntungan per tahun yang dikeruk oleh toko-toko tersebut berkisar antara 80 – 100 milyar yen.

Toko-toko besar di Jepang mengawali pembukaan outletnya pada tahun 1970-an, ketika masalah polusi merebak sebagai masalah nasional. Kemudian trend ini meluas secara cepat pada tahun 1990-an setelah keruntuhan bubbled economy.

”Banyak konsumen yang mulai meragukan terhadap produksi masal dan sistem eceran masal” pada waktu itu, kata Masayuki Yamamoto, seorang peneliti pada JA General Research Institute.

Toko-toko tersebut telah merubah cara pikir para petani. Banyak toko-toko memasang sistem jaringan komputer sehingga data penjualan harian dapat dikirimkan kepada setiap petani. Para petanipun dapat mengetahui perkembangan produk pertanian yang dibeli oleh para konsumen.

"Saya mulai lebih serius memikirkan bagaimana saya dapat menjual produk sendiri” kata seorang petani pensuplai toko di Kawasaki.

Dengan menjual produk di toko penjualan langsung tersebut memberi kesempatan kepada para petani dapat menetapkan harga sendiri. Hal ini mendorong mereka untuk berkompetisi dengan supermarket dalam hal harga, mutu dan jenis produk, termasuk dapat menyediakan sayur-sayuran yang tidak dijual di toko-toko biasa.

Akan tetapi terdapat masalah lain yang perlu dipecahkan. Seorang pegawai di Toko Kawasaki berkata bahwa pengetahuan pertanian sangat beragam, dan mereka perlu berhati-hati dalam penggunaan bahan kimia sehingga dapat diyakini bahwa produk-produk yang mereka jual telah aman untuk kesehatan.


Sumber : Japan Times, Januari 25, 2009