Peta Lingkar Laut Jepang dan negara-negara Asia Timur (peta ortografi berpusat Toyama) (Prefektur Toyana)
Saatnya Jepang Menoleh Ke Eurasia
Mempertimbangkan posisi geografis Jepang dalam hal politik-strategi—posisi geopolitik Jepang; menjadikan posisi Jepang bisa jadi tidak stabil karena terjebak di antara kekuatan besar. Tetapi juga berkat posisi itu, Jepang bisa diuntungkan apabila menangani situasi ini dengan baik.
Mengembangkan diplomasi otonom memiliki banyak kendala, tetapi meskipun diplomasi Jepang telah dicirikan oleh diplomasi altruistik, hal ini memiliki aspek negatif dan positif, tergantung pada keadaan.
Diplomasi Jepang sangat dipengaruhi oleh hubungan antara kekuatan darat (kekuata Eurasia Cina, dan Rusia) dan kekuatan laut (kekuatan maritim, AS dan Inggris) yang mengapitnya. Hubungan antara kedua kelompok ini merupakan penentu utama nilai eksistensial dan posisi diplomatik Jepang.
Dengan kata lain, Jepang merupakan variabel subordinat yang dipengaruhi oleh hubungan antara kedua kelompok tersebut. Selama Perang Dingin, ketika “kekuatan laut” sangat kuat, aliansi dengan kekuatan laut adalah satu-satunya jalur kehidupan diplomasi Jepang.
Namun demikian, karena hubungan antara kedua kekuatan semakin seimbang, berosilasi antara konfrontasi, negosiasi, dan kedekatan, Jepang harus bersiap untuk mengambil sikap yang lebih fleksibel. Hal ini ini adalah realisme sejati.
Transformasi Eurasia menurut Watanabe Hirotaka terdapat dua faktor eksternal yang mendorong transformasi lingkungan internasional Eurasia. Secara populer disebut "transisi kekuasaan". Hal ini mengacu pada kebangkitan China, tetapi kebalikannya adalah pengaruh Amerika Serikat yang memudar.
Faktor lain yang berkontribusi terhadap transformasi Eurasia adalah perubahan lingkungan alam dan perubahan peta strategis yang menyertainya. Posisi geopolitik Laut Jepang diharapkan semakin signifikan sebagai jalur transportasi strategis bagi China, Jepang, dan Korea Selatan. Ini adalah kelahiran rute Samudra Arktik.
Ambisi China untuk rute pelayaran Arktik, yang akan dapat dilayari sepanjang tahun karena pemanasan global, sungguh luar biasa. Isu ini juga menandai pergeseran pemikiran geopolitik di Eurasia.
Ini berarti bahwa Eurasia tidak lagi menjadi benua dengan pintu keluar utaranya diblokir oleh Samudra Arktik, tetapi pulau Eurasia baru yang dikelilingi oleh laut di semua sisi.
Wilayah pesisir di sekitar Samudra Arktik merupakan titik strategis bagi negara-negara Eurasia, seperti yang ditunjukkan oleh lokasi pangkalan militer AS di peta dan untuk jalur perdagangan dan transportasi.
Dengan kata lain, selain rute transportasi yang mengelilingi Eurasia melalui Pasifik dan Laut Cina Timur, Samudra Hindia, dan Samudra Atlantik, ketersediaan rute Samudra Arktik yang luas akan mengubah peta rute transportasi baru di Eurasia.
Selain rute geografis sebelumnya di sepanjang sumbu timur-barat, pengembangan rute vertikal yang membentang dari utara ke selatan akan memperkuat signifikansi geopolitik baru Eurasia.
Akibatnya, peta kekuatan Eurasia dapat dimodifikasi secara signifikan. Skenario seperti itu kemungkinan akan membutuhkan poros baru dalam kerangka hubungan Jepang-Rusia dan Jepang-Cina.
Mempertimbangkan politik kekuasaan, jika hubungan antara AS dan China tetap baik, kepulauan Jepang akan menjadi wilayah pusat transportasi dan perdagangan. Jika ketegangan antara kedua kekuatan meningkat, krisis yang sedang berlangsung di Ukraina tidak akan lagi menjadi masalah orang lain. Sekali lagi, diplomasi Jepang selalu kuat secara langsung.
Hubungan yang tulus dan bersahabat antara kedua kekuatan ini tentunya merupakan skenario terbaik bagi Jepang. Namun, Jepang dapat dikatakan memiliki kinerja yang sangat baik secara historis. Faktanya tidak menjadi negara yang terbagi seperti Polandia, Jerman, atau Semenanjung Korea.
Secara historis, diplomasi Jepang telah berkomitmen untuk menjaga stabilitas dan kemakmuran di bawah naungan kekuatan AS dan telah berhasil dalam diplomasi ikut-ikutan. Sebelum zaman Edo, Jepang merupakan bagian dari wilayah Tiongkok Raya melalui upeti dan perdagangan, sebuah kekuatan darat.
Menyusul kemunduran China di era itu, diplomasi Jepang didasarkan pada aliansi dengan Inggris dan Amerika Serikat, pemimpin modernisasi dan kekuatan laut.
Semoga kita bisa belajar dari kondisi geopolitik negara Jepang untuk kepentingan diplomasi NKRI yang terletak diantara dua benua dan dua Lautan, serta sebagai anggota ASEAN. Dalam rangka mempertahankan prinsip kebijakan politik luar negeri bebas aktif.
Bebas aktif berarti politik luar negeri yang bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional dan tidak mengikatkan diri pada satu kekuatan tertentu.
SUMBER:
Pudjiatmoko. Saatnya Jepang Menoleh Ke Eurasia. bicaranetwork.com. https://www.bicaranetwork.com/bicara/pr-2956457565/saatnya-jepang-menoleh-ke-eurasia?page=2