Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Friday 30 September 2016

Pulau Flores dan Pulau Lembata Bukti Nyata Pengendalian Rabies yang Efektif dan Tepat Guna

Pulau Flores dan Lembata, Nusa Tenggara Timur, telah membuktikan bahwa vaksinasi anjing tidak hanya memberikan solusi bagi pengendalian rabies yang efektif dan tepat guna, tetapi juga membantu memulihkan nilai-nilai sosial, budaya dan ekonomi anjing dalam masyarakat mereka. Ini adalah salah satu capaian penting dari kerjasama yang baru saja berakhir antara Kementerian Pertanian dan Food and Agriculture Organization (FAO), dengan dukungan dana dari World Animal Protection (WAP).

Proyek pengendalian rabies di Pulau Flores dan  Pulau Lembata dilaksanakan mulai September 2013, dan lebih dari 400.000 anjing telah divaksin sepanjang tahun 2014 dan 2015 di 1.300 desa. Sejak dimulainya proyek tersebut, jumlah kasus rabies juga mengalami penurunan yang signifikan pada pertengahan 2016. Selain itu, lebih dari 300 petugas kesehatan hewan (medik veteriner dan paramedik veteriner) telah dilatih untuk meningkatkan kompetensinya dalam pengendalian rabies. Lima laboratorium di Flores juga mendapat penguatan kapasitas, yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang efektif dan efisien untuk kegiatan pemberantasan rabies.

“Peningkatan kapasitas petugas dan laboratorium kesehatan hewan dalam pelaksanaan pengendalian dan pemberantasan rabies di Flores serta Lembata ini sangat penting dalam upaya mengendalikan penyakit di daerah tersebut,” ungkap Drh. I Ketut Diarmita, MP., Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.“Dengan adanya petugas yang kompeten ini, terbukti vaksinasi rabies di Flores dan Lembata mampu mengendalikan kasus rabies,” lanjutnya.

Kasus rabies pertama di Flores dilaporkan di Larantuka di Kabupaten Flores Timur pada tahun 1997. Kejadian kasus rabies pertama pada manusia tercatat pada Maret 1998. Wabah rabies merupakan pukulan yang berat bagi penduduk setempat, karena anjing dianggap sebagai aset yang memiliki nilai sosial, budaya, dan ekonomi. Anjing memainkan sejumlah peran penting dalam masyarakat; mereka digunakan untuk perlindungan dari rumah dan properti lainnya, ladang dan tanaman. Mereka juga memainkan peran penting dalam budaya lokal dan acara seremonial. Sebagai hewan peliharaan di dalam sebuah keluarga, anjing dianggap sebagai bagian dari status sosial mereka. Dalam pelaksanaannya, upaya pengendalian rabies di Flores dan Lembata mengalami beberapa tantangan berupa kurangnya tenaga vaksinator, luasnya wilayah, dan belum fokusnya strategi yang diimplementasikan.

Dalam rangka mengoptimalkan upaya pengendalian dan pemberantasan, Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, FAO Indonesia dan pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur bekerja sama dalam mengendalikan dan memberantas rabies menggunakan pendekatan yang tepat guna, dengan memprioritaskan vaksinasi sebagai strategi utama untuk mengurangi kasus rabies pada hewan. Kerjasama ini didukung penuh oleh World Animal Protection.

Dengan pertimbangan bahwa mayoritas penduduk Flores beragama Katolik, keterlibatan paroki secara aktif dalam kampanye vaksinasi untuk pengendalian dan pemberantasan rabies ini sangat penting.

“Ini adalah salah satu contoh yang baik di mana para pemimpin agama daerah dapat berperan dalam meningkatkan kesadaran dan memobilisasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pengendalian rabies,” kata Dr. James McGrane, Team Leader dari FAO Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD) Indonesia. “Pembelajaran dari Flores dapat digunakan di daerah lain di Indonesia, dan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan kerangka kerja global untuk pengendalian dan pemberantasan rabies dengan pendekatan progresif yang saat ini sedang disempurnakan,” tambahnya.

Sejak 2014, Roadmap Nasional untuk Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Indonesia juga telah dikembangkan bersama Kementerian Pertanian, FAO dan World Animal ProtectionRoadmap yang mengedepankan pendekatan yang efektif dan tepat guna tersebut saat ini sedang difinalisasi.

“Selama tiga tahun, kami terus membangun kesadaran bahwa vasinasi anjing adalah cara yang paling efektif untuk mengendalikan rabies,” kata Joanna Tuckwell, Campaign ManagerAsia-PacificWorld Animal Protection. “Harapan kami saat ini, vaksinasi rabies yang dibarengi  dengan pengelolaan populasi anjing yang tepat guna dan edukasi masyarakat lokal tentang kepemilikan yang bertanggungjawab dapat terus didukung di Indonesia – sehingga anjing dan manusia dapat hidup harmonis, dan pada akhirnya Indonesia akan mencapai sasarannya untuk bebas dari rabies.”

Lebih lanjut, Drh. I Ketut Diarmita, MP., menekankan bahwa dalam upaya meraih suksesnya program pengendalian dan pemberantasan rabies, diperlukan adanya komitmen seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program yang telah disepakati. Upaya vaksinasi merupakan prioritas utama diikuti dengan strategi lain berupa tata laksana kasus gigitan terpadu yang memungkinkan penanganan korban gigitan pada manusia dan penanganan pada hewan melalui vaksinasi darurat dan euthanasia hewan suspek.

Sumber:
FAO ECTAD Indonesia News Letter, Edisi 01, Aug – Nov 2016.

No comments: