Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Friday, 30 September 2016

Indonesia Bergerak Melawan Ancaman Pandemi Baru

Seiring dengan meningkatnya interaksi antara manusia, hewan dan lingkungan, ancaman pandemi baru bukan lagi tentang “jika terjadi”, karena sejarah mencatat kemunculan penyakit-penyakit zoonosis baru dari masa ke masa. Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah “kapan dan bagaimana penyakit tersebut terjadi”.  Globalisasi yang mempercepat pergerakan lintas batas hewan dan manusia,  kegiatan intensifikasi pertanian, dan meningkatnya permintaan akan ternak yang mengubah ekosistem menjadi tantangan tersendiri bagi banyak negara, tak terkecuali bagi Indonesia yang diidentifikasi sebagai salah satu kantung atau hotspot bagi penyakitpenyakit menular baru di Asia.

Mengingat besarnya ancaman penyakit menular baru (emerging) dan yang muncul kembali (re-emerging) yang dihadapi Indonesia, tahun 2016 menandai arah gerak baru dari kemitraan Pemerintah Indonesia dengan FAO Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD).  Bersama Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian, dan dengan dukungan dana dari United States Agency for International Development (USAID), FAO ECTAD meluncurkan Program Emerging Pandemic Threats  (EPT-2). Melibatkan para pemangku kepentingan lintas sektor, Program EPT-2 hadir untuk memerangi penyakit-penyakit yang berasal dari hewan yang dapat mengancam kesehatan manusia – langsung di sumbernya.

Dalam program yang akan berjalan selama empat tahun ke depan ini, FAO ECTAD akan mendampingi Pemerintah Indonesia dalam mendeteksi penyakit dengan lebih cepat, menindaklanjuti dengan tepat, dan memitigasi efeknya pada manusia dan hewan, ketahan dan keselamatan pangan. 

“Harapan saya agar Program EPT2 di Indonesia dapat berjalan dengan baik, karena kemungkinan terjadinya suatu pandemi dipengaruhi banyak faktor pemicunya, sehingga dibutuhkan koordinasi lintas sektoral, “ ujar drh. I Ketut Diarmita, MP., Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

Program ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015 – 2019 tentang Peningkatan Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, dan Rencana Strategis Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (2015-2019) pada sasaran mengenai pengamananan dan penanganan penyakit hewan baru (new emerging) dan yang muncul kembali (re-emerging); dan penguatan sistem surveilans penyakit dan sistem informasi kesehatan hewan nasional.

Hampir 75% dari penyakit emerging dan re-emerging yang menjangkiti manusia di abad 21 ini adalah zoonosis atau berasal dari hewan. Beberapa penyakit yang sudah menjadi ancaman yang nyata saat ini antara lain HIV/AIDS, Severe acute respiratory syndrome  (SARS), Middle East respiratory syndrome Corona Virus (MERS-CoV), virus flu burung H5N1, dan yang paling terbaru adalah virus Zika.

“Cepatnya penyakit-penyakit ini timbul dan menyebar dengan luas menjadi perhatian khusus bagi sektor kesehatan masyarakat, ekonomi dan pembangunan global. Program EPT-2 mendukung Indonesia untuk bersiap siaga menghadapi penyakitpenyakit zoonosis menular baru dan yang muncul kembali,” ujar Dr. James Mc Grane, Team Leader FAO ECTAD di Indonesia.

Sumber :
FAO ECTAD Indonesia News Letter, Edisi 01, Aug – Nov 2016.

No comments: