Seiring dengan
meningkatnya interaksi antara manusia, hewan dan lingkungan, ancaman pandemi
baru bukan lagi tentang “jika terjadi”, karena sejarah mencatat kemunculan
penyakit-penyakit zoonosis baru dari masa ke masa. Yang menjadi pertanyaannya
sekarang adalah “kapan dan bagaimana penyakit tersebut terjadi”. Globalisasi yang mempercepat pergerakan
lintas batas hewan dan manusia, kegiatan
intensifikasi pertanian, dan meningkatnya permintaan akan ternak yang mengubah
ekosistem menjadi tantangan tersendiri bagi banyak negara, tak terkecuali bagi
Indonesia yang diidentifikasi sebagai salah satu kantung atau hotspot bagi penyakitpenyakit menular
baru di Asia.
Mengingat besarnya
ancaman penyakit menular baru (emerging)
dan yang muncul kembali (re-emerging)
yang dihadapi Indonesia, tahun 2016 menandai arah gerak baru dari kemitraan
Pemerintah Indonesia dengan FAO Emergency
Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD). Bersama Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian, dan dengan dukungan dana
dari United States Agency for
International Development (USAID), FAO ECTAD meluncurkan Program Emerging Pandemic Threats (EPT-2). Melibatkan para pemangku kepentingan
lintas sektor, Program EPT-2 hadir untuk memerangi penyakit-penyakit yang
berasal dari hewan yang dapat mengancam kesehatan manusia – langsung di
sumbernya.
Dalam program yang akan
berjalan selama empat tahun ke depan ini, FAO ECTAD akan mendampingi Pemerintah
Indonesia dalam mendeteksi penyakit dengan lebih cepat, menindaklanjuti dengan
tepat, dan memitigasi efeknya pada manusia dan hewan, ketahan dan keselamatan
pangan.
“Harapan saya agar
Program EPT2 di Indonesia dapat berjalan dengan baik, karena kemungkinan
terjadinya suatu pandemi dipengaruhi banyak faktor pemicunya, sehingga
dibutuhkan koordinasi lintas sektoral, “ ujar drh. I Ketut Diarmita, MP.,
Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
Kementerian Pertanian.
Program ini sejalan
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015 – 2019 tentang
Peningkatan Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, dan Rencana
Strategis Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (2015-2019) pada sasaran
mengenai pengamananan dan penanganan penyakit hewan baru (new emerging) dan
yang muncul kembali (re-emerging);
dan penguatan sistem surveilans penyakit dan sistem informasi kesehatan hewan
nasional.
Hampir 75% dari
penyakit emerging dan re-emerging yang menjangkiti manusia di abad 21 ini
adalah zoonosis atau berasal dari hewan. Beberapa penyakit yang sudah menjadi
ancaman yang nyata saat ini antara lain HIV/AIDS, Severe acute
respiratory syndrome (SARS), Middle East
respiratory syndrome Corona Virus (MERS-CoV),
virus flu burung H5N1, dan yang paling terbaru adalah virus Zika.
“Cepatnya
penyakit-penyakit ini timbul dan menyebar dengan luas menjadi perhatian khusus bagi sektor
kesehatan masyarakat, ekonomi dan pembangunan global. Program EPT-2 mendukung
Indonesia untuk bersiap siaga menghadapi penyakitpenyakit zoonosis menular baru
dan yang muncul kembali,” ujar Dr. James Mc Grane, Team Leader FAO ECTAD di Indonesia.
Sumber :
FAO ECTAD Indonesia News
Letter, Edisi 01, Aug – Nov 2016.
No comments:
Post a Comment