Tempat
kelahiran peradaban adalah empat wilayah peradaban kuno yaitu Mesopotamia,
Mesir, lembah Indus, dan China. Semua peradaban tersebut bisa bangkit dan berkembang karena didukung oleh
sungai besar. Peradaban Mesopotamia berhubungan dengan lembah sungai Tigris dan
sungai Efrat, peradaban Mesir dengan lembah Sungai Nil, peradaban India dengan lembah
Sungai Indus dan Gangga, dan peradaban China dengan lembah sungai Kuning dan sungai
Yangtze. Air sangat diperlukan untuk aktivitas kegidupan manusia. Peradaban manusia
telah berkembang maju dengan memanfatkan air.
Di
antara wilayah ini dari empat peradaban besar tersebut, adalah China di mana belakang ini menghadapi
masalah krisis air. Menurut CNN Hong Kong, telah terjadi penurunan tanah secara
umum di Beijing, dan distrik terparah. Tanah tersebut
amblas sekitar 11 cm dalam setahun yang dilaporkan 27 Juni 2016. Data ini
diumumkan oleh kelompok riset internasional yang berbasis di China. Kelompok
riset mengatakan bahwa penurunan tanah ini akibat menipisnya air tanah. Di
Beijing, dua-pertiga dari pasokan air untuk industri dan rumah tangga biasanya
berasal dari air tanah. Bahkan secara nasional, penggunaan air bawah tanah jumlahnya
sepertiga dari total pasokan air yang ada. Oleh karena itu, air bawah tanah merupakan
sumber penting pasokan air di China.
Total sumber daya air di China begitu besar jumlahnya mencapai 2.325,85 milyar meter
kubik, merupakan terbesar ke-4 di dunia. Populasi penduduk China begitu
besar tetapi jumlah sumberdaya-air per kapita hanya 1.730,4 meter kubik. Angka
ini sangat kecil di dunia. Selain itu, ketersedian sumber air di daerah tersebut
tidak merata. Secara umum, ketersediaan air jumlahnya berkurang yaitu di bagian
utara China, termasuk Timur Laut, Utara, dan daerah Barat-laut. Beijing berada
di kawasan Utara. Di sisi lain, air melimpah di Tengah Selatan, Selatan, dan
daerah Barat-Daya. Masalahnya adalah bahwa air berkurang, sementara konsumsi
meningkat. Orang di Barat-Laut China menderita kekurangan air kronis.
Industrialisasi
membutuhkan sejumlah besar konsumsi air. Orang menggunakannya untuk mencuci,
pendinginan, dan sebagainya. Hanya beberapa industri seperti sektor jasa tidak
menggunakan banyak air. Untuk pembangunan ekonomi China telah menjadi masyarakat yang mengkonsumsi air dalam jumlah besar. Kebutuhan air dalam rumah tangga masyarakat China
berubah secara dramatis. Penggunaan air di toilet telah berkembang secara luas.
Meskipun di wilayah pedesaan, orang masih buang hajat secara "Ni Hao", gaya toilet komunal yang
masih dilengkapi dengan lubang toilet usang, di mana mereka biasa ngobrol dan
jongkok di toilet yang sama di tempat yang sama. Namun, toilet modern yang
disentor menggunakan air sekarang sudah tersebar luas di daerah perkotaan. Ini
merupakan revolusi toilet di China.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa konsumsi air melonjak. Selain itu, pada saat ini kesadaran
mereka meningkat dalam menjaga kebersihan diri. Akibatnya, orang lebih sering
mandi, dan lebih sering mencuci pakaiannya. Di masa lalu, biasanya orang-orang
jarang mencuci pakaiannya bahkan di Jepang dan Eropa. Namun, sekarang mereka
mencuci pakaian sehari-hari lebih sering. Orang China mengikuti tren ini. Air sangat diperlukan untuk mempertahankan
standar budaya hidup sekarang.
Bukan hanya kritis kuantitas air
di China, tetapi kualitas air juga memburuk dengan cepat. Menurut "Laporan Bulanan Penggunaan Air Tanah" yang dirilis oleh Departemen Sumber
Daya Air China Januari 2016, mereka melakukan penelitian pengamatan kualitas
air dari 2.103 sumur di Songliao dataran wilayah Timur Laut dan dataran
Jianghan di daerah pedalaman tahun lalu, dan ternyata 80% dari air tanah terkontaminasi parah untuk air minum. Telah terjadi pencemaran air tanah serius,
terutama di daerah yang langka air.
Sering terlihat warna sungai China berubah secara mencolok akibat polusi
air yang mengerikan. Namun demikian, jika mau mengambil tindakan dengan tepat,
dibutuhkan waktu relatif singkat untuk membersihkan air sungai. Sungai China
mengalir lebih lambat dari yang di Jepang, sehingga butuh waktu lebih lama
untuk membersihkannya. Namun, setelah air bawah tanah terkontaminasi di wilayah
yang luas, maka sangat sulit untuk menghilangkan atau menurunkan polusinya. Dalam
kasus-kasus di China, pencemaran air berhubungan erat dengan polusi tanah. Orang
melepaskan limbah pabrik ke bawah tanah, dan membenamkan limbah industri ke
dalam tanah. Pencemaran air di China cukup serius, baik cemaran bakteri E. coli maupun logam berat.
Untuk
menanggulanginya sangat penting melakukan usaha kegiatan sebagai berikut: (1)
Mencegah pencemaran air tanah yang berkelanjutan; (2) Diperlukan kerangka sosial dalam rangka membersihkan limbah dan mendaur ulang limbah; (3)
Menghilangkan pencemaran air tanah yang terkontaminasi; (4) Menyediakan cadangan
sumber air yang baik; (5) Mengenalkan dan menerapkan teknologi hemat air.
Orang
Jepang telah menyadari tentang pentingnya penggunaan dan pengamanan air bersih.
Air yang aman dan bersih sangat tertanam dalam budaya masyarakat Jepang. Tidak mengherankan
mengapa Jepang terdepan dalam menerapkan teknologi penggunaan air untuk buang
air besar. Jepang memimpin teknologi
hemat air di dunia. Dalam masalah penghematan air ini, Jepang dan China dapat
bekerja sama satu sama lain. Sumber daya air akan menjadi isu yang terpenting dalam
pembangunan ekonomi di masa depan. Jepang memiliki teknologi yang paling
penting dalam bidang penggunaan air. Oleh karena itu sangat bagus jika kedua
negara Jepang dan China dapat bekerja sama dengan baik terkait penggunaan dan
pengamanan air.
Sumber :
"China that once thrived on water, faces water problems
today" By KODAMA Katsuya. The
English translation of an article which originally appeared on the e-Forum
"Hyakka-Somei (Hundred Ducks in Full Voice)" of CEAC on 13 July,
2016, and was posted on "CEAC Commentary" on 25 August, 2016.
No comments:
Post a Comment