Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday 20 September 2016

Pencegahan dan Penanggulangan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV)

Pengenalan MERS-CoV

  Novel Corona Virus (virus Corona baru) yang menyebabkan penyakit pernapasan pada manusia berjangkit di Saudi Arabia sejak bulan Maret 2012, sebelumnya virus ini tidak pernah ditemukan.
  The Corona Virus Study Group of The International Committee on Taxonomy of viruses (Komite International Taxonomy Virus) 28 Mei 2013 sepakat Virus corona baru bernama Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV) baik dalam komunikasi publik maupun komunikasi ilmiah.
  Virus SARS tahun 2003 juga merupakan kelompok virus Corona dan dapat menimbulkan pneumonia berat akan tetapi berbeda dari virus MERS-CoV.
  MERS-CoV adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan mulai dari yg ringan sampai berat.
  Gejalanya klinis pada umumnya demam, batuk, gangguan pernafasan akut, timbul gambaran pneumonia, kadang-kadang terdapat gejala saluran pencernaan misalnya diare.

Jumlah kasus di dunia dan Kondisi Indonesia saat ini

  Berdasarkan laporan WHO, sejak September 2012 sampai September 2013, telah ditemukan 130 kasus konfirmasi MERS-CoV dengan 58 meninggal (CFR: 44,6%). Sejak September 2012 sampai dengan Juni 2016, terdapat 1.399 kasus MERS pada manusia dimana 594 meninggal (CFR: 42,5%).
  Hingga saat ini belum ada laporan kasus MERS-CoV di Indonesia.
  Kelompok risiko tinggi mencakup usia lanjut (lebih dari 60 tahun), anak anak, wanita hamil dan penderita penyakit kronis (diabetes mellitus, Hipertensi, Penyakit Jantung dan ginjal pernafasan, dan defisiensi immunitas. 
  Belum terdapat pengobatan spesifik dan belum terdapat vaksin untuk manusia

Masa Inkubasi

Masa inkubasi untuk MERS (waktu antara ketika seseorang terkena MERS-CoV dan ketika mereka mulai memiliki gejala) biasanya sekitar 5 atau 6 hari, tetapi dapat berkisar antara 2 sampai 14 hari.

Cara penularan MERS-CoV

  Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat penularan penularan antar manusia secara luas dan bekelanjutan. Mekanisme penularan belum diketahui.
  Kemungkinan penularannya dapat melalui :  (a) Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau bersin. (b)Tidak Langsung: melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.

Klasifikasi Virus
Group               :
Group IV
((+) ssRNA)
Order                :
Nidovirales
Family              :
Coronaviridae
Subfamily         :
Coronavirinae
Genus               :
Betacoronavirus
Species              :
MERS-CoV

Coronavirus merupakan virus berbentuk bulat dengan diameter sekitar 100-120 nm.

Kelelawar diduga berpotensi sebagai sumber spillover MERS-CoV dari hewan ke manusia

Ekspresi dipeptidyl peptidase 4 (DPP4) / CD26 pada permukaan sel berfungsi sebagai reseptor pada sel kelelawar terhadap Infeksi MERS-CoV.
MERS-CoV dapat tumbuh di dalam sel kelelawar.
Analisis filogenetik gen replikase dari coronavirus bahwa Mers-CoV terkait erat dengan Bat coronavirus Tylonycteris HKU4 dan Bat coronavirus Pipistrellus HKU5, yang merupakan prototipe dua spesies dalam garis keturunan C dari genus Betacoronavirus.

Bukti Unta terinfeksi MERS-CoV

  Agustus tahun 2013, unta dromedary pertama kalinya diduga sebagai sumber infeksi pada manusia karena telah  diketahui terdapat antibodi Mers-CoV pada dromedary dari Spanyol (Canary Islands) dan Oman.
  Terbukti bahwa:
(a)  Genom MERS-CoV terdeteksi pada swab hidung dari dromedary di Mesir, Iran, Israel, Saudi Arabia, Kuwait, Oman, Pakistan dan Qatar;
(b) Virus MERS-CoV diisolasi dari dromedary di Mesir, Saudi Arabia dan Qatar.

Tiga spesies CoV terdeteksi pada unta dromedaris (unta berponok satu)

                   1.MERS-CoV (betacoronavirus, kelompok C);
                   2.Betacoronavirus 1 (betacoronavirus, kelompok A); 
                   3. Human CoV 229E (alphacoronavirus).
  Meskipun CoV terdeteksi hampir sepanjang tahun pada hewan tersebut, prevalensi yang relatif lebih tinggi adalah MERS-CoV dan Camelid α-CoV (diamati dari Desember 2014 hingga April 2015 di Saudi Arabia).
  Unta muda (berusia 0,5-1 tahun) menderita infeksi pernapasan tertinggi baik oleh MERS-CoV maupun Camelid α-CoV.
  Unta muda tampaknya memainkan peran epidemiologi yang lebih penting dalam memelihara kedua virus tsb.

Penularan dari Hewan ke Manusia

  Coronavirus (CoVs) mampu menginfeksi manusia muncul melalui penularan lintas-induk semang dari hewan.
  Ada bukti substansial terdapat kejadian MERS-CoV pada manusia dimana penularanannya berasal dari unta dromedari (unta berponok satu).
  Sebagian besar didasarkan pada fakta bahwa virus yang terkait erat dengan MERS-CoV telah diisolasi dari unta berponok satu. 
  Unta berponok satu yang seropositif Mers-CoV distribusi geografisnya cukup luas, maka masih memungkinkan terjadi penularan lanjutan pada waktu mendatang. 
  Pemahaman lebih lanjut tentang penularan MERS-CoV lintas induk semang diperlukan untuk menurunkan risiko penularan virus ini kepada manusia.
  Jalur penularan dari hewan ke manusia belum sepenuhnya dipahami
  Unta cenderung menjadi induk semang reservoir utama Mers-COV dan menjadi sumber infeksinya dari hewan ke manusia.
  MERS-CoV telah diisolasi dari unta di Mesir, Oman, Qatar, dan Arab Saudi. Mers-CoV tersebut identik dengan strain manusia.
  Banyak spesies dan strain Coronavirus yang memiliki karakteristik yang berbeda, yang menyebabkan berbagai tanda penyakit dari ringan sampai berat, baik pada manusia maupun hewan.

Penyebaran Mers-CoV di beberapa negara

Sampai saat ini wabah sporadis MERS-CoV yang terjadi pada kasus manusia telah dideteksi di 17 negara :
          Timur Tengah : Jordan, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Yaman
          Eropa : Perancis, Jerman, Yunani, Italia, dan Inggris
          Afrika : Tunisia dan Mesir
          Asia: Malaysia dan Philipina
          Amerika : Amerika Serikat

Penularan MERS-CoV
    
  Modus utama dari virus shedding dari MERS- dan Camelid α-CoVs adalah dari saluran pernapasan unta dromedaris.
  Lebih dari setengah dari swab hidung Mers-COV-positif (56,6%) juga positif untuk camelid α-CoVs, menunjukkan sering infeksi campuran dari virus ini.
  Dalam survei dari swab hidung ditemukan dua hewan berisi semua tiga spesies CoVs.
  Prevalensi tinggi virus ini menunjukkan bahwa mereka enzootic di unta dromedaris.
  Untuk menguji keragaman genetik dan evolusi CoVs unta, sequencing metagenomic dilakukan dengan menggunakan bahan swab asli yang positif dalam screening RT-PCR awal.
  Tiga puluh delapan sampel ini terdapat infeksi campuran dari MERS-CoV dengan satu atau kedua dari dua spesies lain CoV, tetapi hanya 14 sampel yang dihasilkan dua genom lengkap.
  β1-HKU23-CoVs telah terdeteksi pada unta di Dubai, dan camelid α-CoVs berhubungan erat dengan virus yang diisolasi dari alpacas di California pada tahun 2007.
  Camelid α-CoVs sekelompok dengan humam CoV 229E, agen penyebab pilek umum pada manusia.
  Prevalensi tinggi infeksi tanpa gejala dengan camelid α-CoVs di unta Arab Saudi menekankan peran penting bahwa spesies ini berperan dalam ekologi CoV.

Vaksinasi MERS-CoV pada hewan

  Vaksin MERS-CoV dapat mengurangi jumlah virus yang diproduksi di unta yang terinfeksi, hal ini berpotensi menurunkan risiko bagi manusia. Mengurangi jumlah virus pada ekskresi setelah vaksinasi pada unta sehingga berpotensi mengurangi penularan ke manusia.
  Vaksin (strain lemah virus MERS) secara signifikan dapat menurunkan keberadaan virus MERS dalam ingus dan air liur unta (Bart Haagmans, Science, Januari 2016).
  Penularan MERS ke manusia terjadi terutama melalui ekskresi hidung unta dromedaris.
  MERS pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi pada 2012 dan telah mempengaruhi sekitar 1.400 unta dromedaris, menurut sebuah tulisan ilmiah yang terpisah pada kehadiran virus dan menyebar di negara itu (Science, Januari 2016). Penelitian ini menegaskan ingus unta sebagai pembawa utama virus.
  Wabah besar MERS manusia dimulai Mei 2014. Virus menyebabkan demam, batuk dan sesak napas, dan juga dapat menyebabkan gagal ginjal dan pembekuan darah. Menyebabkan kematian sekitar sepertiga dari kasus manusia yang dilaporkan (Vaccine / scientific paper).
  Untuk menguji mutu vaksin, 8 ekor unta ditantang dengan MERS-CoV.  Empat ekor telah divaksinasi melalui tetes hidung dan suntikan. Empat unta lainnya tidak divaksinasi sebagai kelompok kontrol.
  Unta yang divaksinasi mengembangkan antibodi terhadap MERS dan tidak menunjukkan gejala infeksi. Tapi hewan pada kelompok kontrol memperlihatkan gejala klinis termasuk keluar ingus.
  Terdapat tiga strain (MERS-CoV, Betacoronavirus 1, Human CoV 229E) yang berbeda, sehingga satu vaksin tidak mungkin efektif digunakan untuk semua kasus.
  Hal ini tidak mungkin untuk mengembangkan vaksin tunggal untuk mencegah tiga atau lebih spesies coronavirus (Huachen Zhu, Universitas Hong Kong, Cina).
  Belum diketahui berapa lama kekebalan protektif yang diinduksi oleh vaksin akan bertahan (Haagmans, Erasmus MC, Belanda)

Uji Lab MERS-CoV

  Spesimen untuk pemeriksaan virus MERS-CoV adalah spesimen yang berasal dari saluran nafas bawah seperti dahak, aspirat trakea dan bilasan bronkoalveolar. Spesimen saluran pernafasan atas (nasofaring dan orofaring) tetap diambil terutama bila spesimen saluran pernafasan bawah tidak memungkinkan dan pasien tidak memiliki tanda-tanda atau gejala infeksi pada saluran pernapasan bawah.
  Virus MERS-CoV juga dapat ditemukan di dalam cairan tubuh lainnya  seperti darah, urin, dan feses tetapi kegunaan sampel tersebut di dalam mendiagnosa infeksi MERS-COV belum pasti. Pemeriksaan diagnosis laboratorium kasus infeksi MERS-CoV dilakukan dengan metoda RT-PCR dan dikonfirmasi dengan teknik sekuensing.

Diagnostic Kit untuk Hewan Diregistrasi OIE

§  Disease: Middle East Respiratory Syndrome
§  Name of the Diagnostic kit : BIONOTE® Rapid MERS-CoV Ag Test;
§  Name of the Manufacturer: BioNote, Inc
§  Contact : bionote@bionote.co.kr
§  Type of kit : Immuno Chromatographic Assay
§  Purpose(s) validated : Resolution No 15 adopted in May 2016 by the World Assembly of the OIE Delegates
§  Date and Number of registration : May 2016
§  Registration Number: 20160212
§  Validation studies Abstract Sheet : AS Rapid MERS-CoV Test
§  Kit insert : User's manual.

Pencegahan Penularan MERS-CoV

  Masyarakat yang akan berpergian ke negara-negara yang terdapat MERS-CoV menderita demam dan gejala sakit saluran pernapasan bagian bawah (batuk, atau sesak napas ) dalam kurun waktu 14 hari sesudah perjalanan, segera periksakan ke dokter.
  Belum ada vaksin khusus yang dapat mencegah terjadinya penyakit ini.
  Pencegahan tetap dapat dilakukan dengan memperkuat imunitas tubuh.
  Tutuplah hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk ataupun bersin dan segera buang tisu tersebut ke tempat sampah.
  Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
  Menghindari kontak erat dengan penderita, menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan dengan sabun dan menerapkan etika batuk ketika sakit.
  Gunakan masker dan jaga sanitasi tubuh dan lingkungan. Bila diperlukan bagi penderita penyakit kronik, di kerumunan orang, badan tidak fit dan lain lain gunakan masker.
  Tindakan isolasi dan karantina mungkin dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit MERS-CoV.
  Hindari bepergian atau naik kendaraan umum namun jika terpaksa maka jangan menutup jendela atau pintu.
  Hindarilah tempat umum dan ramai , dekat rumah sakit, internet cafe, tempat nongkrong, bioskop, dan perpustakaan, jika kamu melakukannya maka pakailah masker dan cucilah tangan anda secara bersih dan teratur.
  Hindarilah mengunjungi pasien dan periksa ke dokter di rumah sakit khususnya yang ada pasien MERS. Hindari kontak secara dekat dengan orang yang sedang menderita sakit, misalnya ciuman atau penggunaan alat makan atau minum bersama.
  Cuci tangan dengan sabun dan jangan menyentuh mulut, hidung, dan mata dengan tangan telanjang.
  Jagalah keseimbangan gizi diet dan hendaklah berolah raga secara teratur untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita.
  Anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya melemah harus memakai masker sepanjang waktu untuk menghindari menyebarnya cairan tubuh seperti ludah/air liur.
  Periksalah suhu badan secara teratur dan tetaplah hati-hati dengan kondisi kesehatan.
  Menjaga sirkulasi udara di kamar.
  Rajin rajin Cuci Tangan Pakai Sabun. Bila tangan tidak tampak kelihatan kotor gunakan antiseptik.
  Bersihkan menggunakan desinfektan untuk membersihkan barang-barang yang sering disentuh. Gunakan pemutih ( bleach ) yang tersedia di pasar (dengan kandungan kimia 8-12%). 
  Cara murah dan efektif membunuh kuman: Pakailah sarung tangan anti air, campur pemutih dengan air dengan ukuran 1:100 (pemutih/bleach:air/water).   Bersihkanlah tempat-tempat yang sering dilewati orang secara teratur dan selama masa penyebaran virus, lebih baik basmilah kuman rumah setiap hari.
  Orang – orang yang kontak erat dengan jemaah atau pelancong yang mengidap gejala – tanda sakit saluran pernapasan akut yang disertai demam dan batuk , disarankan untuk melapor ke otoritas Kesehatan setempat guna mendapat pemantauan MersCoV dengan membawa kartu health alert yang dibagikan ketika berada diatas alat angkut atau ketika tiba di bandara kedatangan.
  Jika ada keluhan atau gejala seperti tersebut diatas segera hubungi petugas kesehatan, baik selama di Arab Saudi maupun sampai 2 minggu sesudah sampai Indonesia.

Vaksin MERS-CoV untuk Manusia belum ditemukan tapi ada harapan

  Peneliti jurnal Science Translational Medicine menemukan dua antibodi, yaitu MERS-4 dan MERS-27, yang mampu memblokir sel-sel dalam cawan lab yang terinfeksi virus MERS.  Antibodi ini yang dikombinasikan, dapat menjadi kandidat menjanjikan untuk intervensi terhadap MERS.
  Peneliti menemukan beberapa antibodi penetral yang mampu mencegah bagian kunci dari virus untuk menginfeksi sel-sel tubuh manusia.

1 comment:

bangluq said...

semoga uodate lagi pak, sekarang sudah ada yang baru: https://www.bangluq.com/2020/02/outbreaks-of-coronavirus-covid-19.html