Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, 6 January 2008

Studi Banding Produk Perikanan dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta


Disambut dengan ramah oleh petugas Pasar Pelelangan Ikan Tsukiji

1. Pada tanggal 20 – 25 Agustus 2007 empat pejabat dari Propinsi DKI yaitu Bapak Aliman A’at SE Ketua Komisi B DPRD Propinsi DKI Jakarta, Bapak Riyadi S.Sos, M.M. Kepala UPT Pelabuhan Perikanan dan PPI, Bapak Ir. Sarjoni, M.M. Kepala Seksi Evaluasi Program, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta, Bapak Nugroho S.E., M.M. Kepala Seksi Penyusunan Program, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta telah melakukan kunjungan kerja ke Jepang.

2. Tujuan kunjungan ke Jepang adalah studi banding dalam rangka pengembangan pengolahan sumber daya perikanan dan kelautan di Provinsi DKI Jakarta.
3. Tempat yang telah dikunjungi adalah Pelelangan ikan Tsukiji; Japan Fish Trader Association; Pabrik Sosis Ikan Hachioji General Plant Nissui; Ishinomaki Fishing Port; Fisheries Research Center; dan Oyster Factory.

4. Pada kunjungan ke Tsukiji Market dipandu oleh Mr. Uchiyama pensiunan dari Ministry of Agriculture, Fisheries and Forestry (MAFF) yang diperbantukan di Pasar Pelelangan ikan Tsukuji. Mr. Uchiyama menyampaikan peraturan untuk pengunjung ke pasar pelelangan ikan ini harus mengenakan tanda pengenal khusus, tidak diperbolehkan memegang ikan yang dipasarkan, tidak boleh memotret menggunakan blitz, dan harus hati-hati di dalam pasar ikan karena banyak hilir mudik kendaraan pengangkut ikan.


Suasana Pelelangan ikan di Pasar Lelang Tsukiji

5. Ikan yang dipasarkan di Jepang sebagian besar melaui proses pelelangan di Tokyo, Osaka, Shizuoka, Ichinomaki dan 55 pusat penjualan yang tersebar di seluruh di Jepang.
6. Ikan yang berasal dari Luar negeri dilakukan pemeriksaan di pelabuhan pemasukan oleh Devisi Sanitasi, Departemen Kesehatan (MHLW).
7. Harga ikan di Pasar lelang Tsukiji menjadi acuan untuk harga ikan di pasar-pasar ikan yang lebih kecil.
8. Jumlah ikan yang terjual di pasar pelelangan ikan Tsukiji adalah 2.400 ton per hari, merupakan jumlah yang terbesar di dunia. Jumlahnya 80 kali yang dipasarkan di Muara Baru (30 ton) per hari. Jumlah sebanyak itu disiapkan untuk 12 juta penduduk Tokyo dan 33 juta orang yang bertempat tinggal di sekitar Tokyo.

9. Pasar Pelelangan Ikan yang dikelola oleh pemerintah pusat tidak ada, Pasar pelelangan ikan dikelola oleh pemerintah daerah masing-masing. Sedangkan perizinannya diberikan oleh MAFF.
10. Luas tempat pelelangan ikan tuna beku 3000 m2, sedangkan untuk pelelangan tuna segar 900 m2. Pemerintah daerah tidak berorentasi untuk memperoleh keuntungan. Sewa tempat penjualan di pasar ikan 530 yen per m2 per bulan. Pengelola pasar memperoleh 0,25% dari omset per bulan penjualan ikan oleh took-toko di dalam pasar ikan.

11. Pada kunjungan ke Japan Fish Trader Association (JFTA) diterima oleh Mr. Akio Kamimura Executive Managing Director. Mr. Kamimura yang sudah berpengalaman di bidang pemasaran ikan selama 10 tahun diangkat oleh rapat anggota Asosiasi. Pada kesempatan itu beliau menjelaskan kepada delegasi RI tentang organisasi dan aktivitas JFTA.
12. JFTA mempunyai 53 anggota yang terdiri dari para pedagang besar, pengusaha hasil laut, dan Koperasi perikanan. JFTA beroperasi menggunakan dana yang berasal dari iuran para anggota.

13. Peran JFTA adalah sebagai loket atau penghubung anatara pedagang ikan dan para stake holder lainnya. Karena prinsipnya bahwa satu Asosiasi kecil peran dalam menyelesaikan suatu masalah lebih dipercaya dari pada sebuah perusahaan Besar.
14. Kegiatan JFTA adalah membuat data produk perikanan yang diimpor dan yang diekspor oleh pengusaha di Jepang dan data lain yang berhubungan dengan data perdagangan ikan. Data tersebut harus memperoleh pengakuan resmi dari pemerintah Jepang terlebih dahulu. Setelah itu baru dapat disebar-luaskan kepada para anggota secara cuma-cuma. Sedangkan kepada kalangan di luar anggota dikenakan biaya.

15. Selain itu JFTA membantu untuk mencari jalan keluar apabila terdapat masalah yang menimpa para anggotanya termasuk memfasilitasi pertemuan dengan Kedutaan Besar.
16. JFTA juga melakukan pemeriksaan atau penelitian yang berhubungan dengan proses sanitasi ke negara pengekspor ikan sperti Vietnam, China dan Thailand.
17. Apabila terdapat perusahaan yang akan mengimpor ikan dari memperkenalkan dan memfasilitasi dalam negosiasinya. Tetapi JFTA tidak terlibat langsung dalam perdagangan ikan ini.

18. Kesan terhadap Indonesia, Mr. Akio Kamimura menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara yang baik dalam perdagangan ikan dunia, hanya pada akhir tahun lalu (2006) dan awal tahun ini (2007) terdapat maslah residu AOZ pada udang yang diekspor ke Jepang. Harapan dari pedagnag importir di Jepang memperoleh informasi mengenai perkembangan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan para peternak udang di Indonesia. Peran dari JFTA yang penting tentang informasi pasar.

19. Jawaban dari pihak Indonesia yang disampaikan oleh , Bapak Riyadi S.Sos, M.M. Kepala UPT Pelabuhan Perikanan adalah sebagai berikut. Pemerintah Indonesia telah melakukan peningkatan metoda pengujian mutu produk perikanan dan termasuk udang. Pemerintah Provinsi DKI telah melakukan pengujian yang menggunakan metoda sesuai dengan persyaratan yang diperlukan oleh negara pengimpor.
20. Kabar sementara dari Pemerintah propinsi DKI adalah hasil penangkapan ikan tuna menurun begitu pula produksi udang juga menurun.

21. Jepang siap untuk menerima berbagai macam ikan dari Indonesia termasuk ikan teri dan lain-lain yang penting memenuhi persyaratan mutu yang diminta oleh Jepang. Bukan ikan segar saja yang disantap orang Jepang, ikan yang sudah diolahpun konsumen Jepang siap untuk menikmatinya. Konsumen Jepang sudah mulai menyukai makanan ikan siap saji. Konsumsi ikan seorang Jepang setahun sebanyak 63 kg, sedangkan konsumsi penduduk Indonesia baru mencapai 36 kg.

22. Pihak Indonesia akan memperkenalkan Bandeng Presto agar bisa masuk ke Jepang.
23. Negara tidak mensubsidi kepada para pedagang ikan, tetapi apabila mereka menginginkan untuk dilakukan penelitian terhadap suatu masalah penting yang segera ditangani maka pemerintah akan memberikan bantuan anggaran penelitian tersebut.
24. Berhubungan dengan ekspor produk perikanan untuk pertama kali, Mr. Akio Kamimura menyarankan agar memberikan 4 informasi penting yaitu kemampuan penyediaan jumlah produk, mutu produk, kesinambungan produksi, dan harga yang ditawarkan.

25. Selain dari Indonesia Jepang juga mengimpor ikan dari Argentina, Chlili, Peru, Australia dan negara lainnya. Sedangkan Jepang mengekspor produk ikan ke Hongkong, Singapore, Taiwan. JFTA juga melakukan observasi kondisi pelabuhan, pabrik pengolahan ikan dsb. Jepang juga mengekspor ikan cakalang ke Indonesia sebagai bahan ikan kaleng.
26. JFTA telah menyelesaikan masalah tentang a) Ikan salmon yang mengandung garam tinggi yang berasal dari Norvegia, b) Udang yang berasal dari China, setelah sampai di lapangan ternyata berbeda. Selain masalah Sanitary and Phytosanitary juga ditangani masalah penting lain yang berhungan dengan perdagangan ikan.

27. Pada saat berkunjung ke Hachioji General Plant Nissui disambut oleh Mr. Masahiro Yoshioka General Manager dan Mr. Yamamoto. Beliau menjelaskan tentang sejarah pendirian Pabrik tersebut sampai dengan inovasi teknologi terbaru yang dikembangkan oleh Nissui dalam memproduksi makanan olahan yang berasal dari ikan.

28. Pabrik di dirikan pada tahun 1962, kemudian dilakukan pembangunan tambahan pada tahun 1981 dan terakhir dilakukan pengembangan pada tahun 2006. Hachioji dipilih sebagai lokasi pabrik karena tempatnya yang strategis dalam transportasi menuju ke kota-kota besar yang berpenduduk padat. Untuk memenuhi persyaratan lingkungan, pabrik telah mengembangkan teknologi sehingga tidak mencemari lingkungan baik suara, bau enak, sampah dan jumlah pegawai yang banyak.

29. Luas pabrik 69.263 m2 dengan jumlah pegawai tetap 400 orang, kalau ditambah jumlah pegawai tidak tetap menjadi 1.200 orang. Pabrik ini mempunyai 4 cabang di Kyoto, Nagoya, Hyogo dan Miyagi.
30. Produk yang dihasilkan oleh pabrik ini adalah Sosis ikan, Chikua, Kepiting buatan, bakso ikan, dan pilaf (nasi goreng) serta pasta ikan sebagai bahan baku pembuatan makanan olahan. Permintaan produk tersebut akhir-akhir ini mengalami peningkatan seiring dengan kecenderungan penduduk di beberapa negara di dunia cenderung menyukai makanan yang berasal dari ikan dengan alasan untuk menjaga kesehatan. Produk andalan yang terbaru pabrik ini adalah Onigiri (Rice ball) bakar dalam bentuk beku, diakui menempati urutan nomor satu di Jepang.

31. Pabrik ini dalam inovasi mutu produknya, telah mengembangkan bahan olahan tanpa tambahan putih telur ayam. Putih telur ayam telah diketahui sebagai salah satu bahan yang digunakan untuk mengenyalkan produk ikan akan tetapi putih telur dapat menimbulkan alergi pada orang-orang tertentu. Maka dari itu pabrik ini telah mengembangkan teknologi terbaru sehingga untuk kekenyalan produk tidak perlu menggunakan putih telur lagi.

32. Teknologi terbaru yang telah dikembangkan adalah kemasan sosis ikan tanpa tali kawat pada kedua ujungnya sehingga efiseien dalam proses produksi sosis di pabrik maupun dalam pembukaan kemasan sosis oleh konsumen. Contoh dapat dilihat seperti gambar di bawah.


33. Pabrik ini selain mempunyai peralatan produksi yang canggih juga difasilitasi dengan Pusat Penelitian Bahan Makanan dengan bahan baku ikan se Jepang. Penelitian ditujukan pada Pengembangan mutu dan keamanan produk .

34. Dalam Standard ISO, pabrik ini telah mengantongi akreditasi ISO 9001 pada tahun 1999 dan ISO 14001 sejak tahun 2004.
35. Nissui mempunyai beberapa pabrik diluar negeri, Starfish di Thailand, Kantag di Australia dan Unisea di Alaska. Beberapa pabrik tersebut selain untuk produksi juga sebagai tempat latihan para pegawai Nissui dalam kesungguhan dan dedikasi kerja mereka di perusahaan pengolahan ikan. Nissui juga mempunyai kapal yang berada di Luar negeri, Yamamoto di Amerika Latin; A. Pollack di Amerika Utara; Alaska Ocean; Ocean Phonix; dan NBW (Eropa Utara)

36. Untuk memperoleh bahan prdoduksinya, Pabrik Nissui juga mengimpor pasta ikan (Surimi) dan Filet dari China dan Thailand.
37. Pada Kunjungan ke Pelabuhan Ikan Ishinomaki disambut dan dipandu oleh Mr. Tsunobu Kunio Kepala Pelabuhan Ishinomaki.
38. Pelabuhan ikan Ishinomaki merupakan pelabuhan nomor 3 terbesar di Jepang. Luas tempat Pelelangannya 625 X 30 m2. Dari 200 jenis ikan dan hasil laut yang dapat ditangkap, ikan yang menjadi andalan yang diturunkan dari kapal di pelabuhan ini yaitu Tuna dan Cakalang.

39. Hasil tangkapan ikan per hari berkisar antara 150 ton samapai dengan 3000 ton. Rata-rata tangkapan selama satu trahun sekitar 400 ton per hari.
40. Pada tempat pelelangan ikan ini telah dilengkapi peralatan baru untuk pembuatan es dimana bahan bakunya berasal dari air laut. Air laut tersebut disuling terlebih dahulu.
41. Ikan tuna Ishinomaki sebagian diekspor ke Thailand sebagai bahan makanan kaleng untuk manusia maupun binatang. Pada saat ini banyak kapal yang istirahat, sedangkan mulai bulan September kapal-kapal trawl mulai aktif kembali untuk menangkap ikan tuna.

42. Ikan yang terlihat pada saat pelelangan adalah Sea Peanaple (Koya), Anago (belut laut), dan Unagi.
43. Kunjungan ke Pabrik Kamaboko Ishinomaki diterima dan dipandu oleh Presiden Direktur Pabrik tersebut
44. Di pabrik ini dipresentasikan proses pembuatan kamaboko dan dilanjutkan dengan peninjauan proses pembuatan di pabrik kamaboko.
45. Pabrik ini memproduksi 30 ribu buah kamaboko per hari. Untuk menjaga mutu Kamaboko tetap terbaik, perusahaan melakukan penelitian terus menerus tentang rasa, kekenyalan, kebersihan, peredaran udara dsb.

46. Produk yang didinginkan perlakuannya dipanggang atau dikukus atau dibungkus dengan kain yang mengikat air. Kalau digoreng perlu diperhatikan waktu penggorengannya jangan terlalu lama.
47. Penangkapan ikan menggunakan trawl diperuntukan laut dalam. Ikan merah atau kikiji.
48. Sebanyak 90% bahan baku diimpor dari luar negeri. Balida dari USA, sedangkan ikan kakap dari Thailand.

2 comments:

ipat said...

Pak, berapa prosen ikan yang ada di pelelangan di Japan yang berasal dari perairan Indonesia?

Anonymous said...

Studi banding memang bagus untuk menambah wawasan, tetapi apa manfaat langsung yang bisa diterima nelayan dan bakul ikan di Indonesia?
Saya juga ingin sekali diajak ikut studi banding kok...he he he