Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan
paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus,
parasit, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik paru. Pneumonia dapat
menyerang siapa aja, seperti anak-anak, remaja, dewasa muda dan lanjut usia,
namun lebih banyak pada balita dan lanjut usia. Pneumonia dibagi menjadi tiga
yaitu community acquired pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas, hospital acquired pneumonia (HAP) dan
ventilator associated pneumonia (VAP), dibedakan berdasarkan darimana sumber
infeksi dari pneumonia. Pneumonia yang sering terjadi dan dapat bersifat serius
bahkan kematian yaitu pneumonia komunitas.
Angka kejadian pneumonia lebih sering terjadi di negara
berkembang. Pneumonia menyerang sekitar 450 juta orang setiap tahunnya.
Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan yaitu sekitar 2% sedangkan tahun 2013 adalah 1,8%.
Berdasarkan data Kemenkes 2014, Jumlah penderita pneumonia di Indonesia pada
tahun 2013 berkisar antara 23%-27% dan kematian akibat pneumonia sebesar 1,19%.
Tahun 2010 di Indonesia pneumonia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap
di rumah sakit dengan crude fatality rate (CFR) atau angka kematian penyakit
tertentu pada periode waktu tertentu dibagi jumlah kasus adalah 7,6%. Menurut
Profil Kesehatan Indonesia, pneumonia menyebabkan 15% kematian balita yaitu
sekitar 922.000 balita tahun 2015.
Dari tahun 2015- 2018 kasus pneumonia yang
terkonfimasi pada anak-anak dibawah 5 tahun meningkat sekitar 500.000 per
tahun, tercatat mencapai 505.331 pasien dengan 425 pasien meninggal. Dinas
Kesehatan DKI Jakarta memperkirakan 43.309 kasus pneumonia atau radang paru
pada balita selama tahun 2019.
Pada tanggal 31 Desember 2019, di Kota Wuhan Tiongkok
dilaporkan adanya kasus-kasus pneumonia berat yang belum diketahui etiologinya.
Awalnya terdapat 27 kasus kemudian meningkat menjadi 59 kasus, dengan usia, antara
12-59 tahun. Terdapat laporan kematian pertama terkait kasus pneumonia ini,
pasien usia 61 tahun dengan penyakit penyerta yaitu penyakit liver kronis dan
tumor abdomen atau perut. Dari 50 pasien lainnya yang sedang menjalani
perawatan, dua pasien sudah dinyatakan boleh pulang dan tujuh pasien masih
dalam kondisi yang serius.
Hasil pengkajian dipikirkan kemungkinan etiologi
kasus-kasus ini terkait dengan Severe Acute Respiratory Infection (SARS) yang
disebabkan Coronavirus dan pemah menimbulkan pandemi di dunia pada tahun 2003. Global Initiative on Sharing All Influenza
Data (GISAID) merilis jenis Betacoronavirus yang menjadi outbreak di Wuhan,
terdapat 5 genom baru, yang berbeda dari SARS-coronavirus dan MERSCoronavirus.
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan
sampai berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti
MERS dan SARS. Beberapa coronavirus diketahui beredar diperedaran darah hewan.
Gejala yang muncul pada pneumonia ini diantaranya demam,
lemas, batuk kering dan sesak atau kesulitan bernapas. Beberapa kondisi
ditemukan lebih berat. Pada orang dengan lanjut usia atau memiliki penyakit
penyerta lain, memiliki risiko lebih tinggi untuk memperberat kondisi. Metode
transmisi dan masa inkubasi belum diketahui. Berdasarkan investigasi beberapa
institusi di Wuhan, sebagian kasus terjadi pada orang yang bekerja di pasar
ikan, akan tetapi belum ada bukti yang menunjukkan penularan dari manusia ke
manusia.
Selain di Wuhan, beberapa Negara melaporkan kasus-kasus
suspek serupa dengan di Wuhan yaitu di Singapura, Seoul, Thailand dan Hongkong.
Di Singapura dan Bangkok terdapat penerbangan langsung dari Wuhan. WHO
mengonfirmasi ada satu kasus di Thailand, terdeteksi virus baru yang berasal
dari outbreak pneumonia di Tiongkok. Kasus tersebut merupakan traveler dari
Wuhan, Tiongkok. Berdasarkan data United Nations Maret 2018, terdapat banyak
negara atau tempat yang menjadi tujuan pengunjung dari Wuhan diantaranya
Bangkok, Hong Kong, Tokyo, Singapura, Denpasar Bali, Macau, Dubai, Sydney dan
masih banyak negara lainnya. Namun, WHO belum merekomendasikan secara spesifik
untuk traveler atau restriksi perdagangan dengan Tiongkok. Saat ini WHO masih
terus melakukan pengamatan.
Terdapat beberapa vaksin pneumonia yang ditujukan untuk
mencegah pneumonia, namun tidak bisa mencegah pneumonia yang sedang outbreak
saat ini.
Beberapa vaksin tersebut yaitu sebagai berikut.
- Vaksin Pneumokokus (atau PCV : Pneumococcal Conjugate Vaccine) Vaksin PCV13 (merek dagang Prevnar®) memberikan kekebalan terhadap 13 strain bakteri Streptococcus pneumoniae, yang paling sering menyebabkan penyakit pneumokokus pada manusia. Masa perlindungan sekitar 3 tahun. Vaksin PCV13 utamanya ditujukan kepada bayi dan anak di bawah usia 2 tahun.
- Vaksin Pneumokokus PPSV23 Vaksin PPSV23 (nama dagang Pneumovax 23®) memberikan proteksi terhadap 23 strain bakteri pneumokokus. Vaksin PPSV23 ditujukan kepada kelompok umur yang lebih dewasa. Mereka adalah orang dewasa usia 65 tahun ke atas, atau usia 2 hingga 64 tahun dengan kondisi khusus.
- Vaksin Hib Di negara berkembang, bakteri Haemophilus
influenzae type B (Hib) merupakan penyebab pneumonia dan radang otak
(meningitis) yang utama. Di Indonesia vaksinasi Hib telah masuk dalam program
nasional imunisasi untuk bayi. Terkait pencegahan pneumonia yang sedang outbreak saat ini, belum ada vaksin
untuk mencegah kasus ini karena pneumonia pada kasus outbreak saat ini disebabkan oleh coronavirus jenis baru.
Menyikapi hal ini, PDPI (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia) menyarankan beberapa hal, antara lain:
1. Agar masyarakat jangan panik.
2. Masyarakat tetap waspada terutama bila mengalami
gejala demam, batuk disertai kesulitan bernafas, segera mencari pertolongan ke
RS terdekat.
3. Health Advice
- Melakukan kebersihan tangan rutin, terutama sebelum
memegang mulut, hidung dan mata; serta setelah memegang instalasi publik.
- Mencuci tangan dengan air dan sabun cair serta bilas
setidaknya 20 detik. Cuci dengan air dan keringkan dengan handuk atau kertas sekali
pakai. Jika tidak ada fasilitas cuci tangan, dapat menggunakan alkohol 70-80%
handrub.
- Menutup mulut dan hidung dengan tissue ketika bersin
atau batuk.
- Ketika meiliki gejala saluran napas, gunakan masker dan
berobat ke fasilitas layanan kesehatan.
4. Travel advice
- Hindari menyentuh hewan atau burung.
- Hindari mengunjungi pasar basah, peternakan atau pasar
hewan hidup.
- Hindari kontak dekat dengan pasien yang memiliki gejala
infeksi saluran napas.
- Patuhi petunjuk keamanan makanan dan aturan kebersihan.
- Jika merasa kesehatan tidak nyaman ketika di daerah
outbreak terutama demam atau batuk, gunakan masker dan cari layanan kesehatan.
- Setelah kembali dari daerah outbreak, konsultasi ke
dokter jika terdapat gejala demam atau gejala lain dan beritahu dokter riwayat
perjalanan serta gunakan masker untuk mencegah penularan penyakit.
Sumber: Press release “Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia (PDPI) outbreak
pneumonia di Tiongkok, Jakarta. 17 Januari 2020
No comments:
Post a Comment