Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday, 2 February 2016

Salmonella pada Unggas

Oleh Pudjiatmoko

Agen Penyebab

Salmonella merupakan bakteri gram negatif, aerobik, berbentuk batang, bersifat zoonosis, dapat menginfeksi orang, burung, reptil, dan hewan lainnya. Dalam satu Genusnya terdapat sekitar 2.000 spesies yang dibagi menjadi lima subgenera. Dari lima subgenera, terdapat dua subgenera, yaitu subgenus I dan subgenus III, yang dapat ditemukan menginfeksi burung.

Dalam Subgenus I terdapat spesies salmonella yang paling sering menginfeksi burung.  Dalam Subgenus III terdapat spesies Salmonella arizonae dan arizona hinshawii, yang kadang-kadang dilaporkan menginfeksi burung, terutama hewan yang biasa kontak dengan reptil, atau dekat dengan reptil.

Hewan Rentan

Kebanyakan vertebrata dapat terinfeksi Salmonella, namun, kerentanan hewan dan status induk semang sebagai pembawa bakteri ini (carrier) bervariasi di antara spesies. Burung liar bisa menjadi carrier yang sub-klinis dan berfungsi sebagai reservoir Salmonella.

Selain burung liar, lalat, tikus, dan hama lain mungkin juga berfungsi sebagai vektor Salmonella. Kejadian berbagai infeksi spesies Salmonella tampaknya bervariasi tergantung dengan lokasi geografis dan jenis makanan yang dikonsumsi.  Burung dan hewan impor dapat berfungsi mengintroduksi spesies Salmonella yang berbeda ke tempat pemasukan dan menyebar ke daerah lain sehingga dapat menimbulkan wabah baru yang membahayakan populasi hewan rentan di suatu negara.

Penularan

Cara penularan utama bakteri ini dari satu hewan ke hewan yang lain melalui udara. Bakteri keluar dari burung yang terinfeksi dari sekresi hidung dan atau mata, feces, dan bulu. Bakteri ini tetap stabil di luar tubuh hewan dan mengering bercampur debu. Debu atau aerosol memungkinkan mencemari udara yang kemudian dihirup oleh hewan yang lain. Kerentanan serta jumlah kontaminasi menentukan bisa atau tidaknya induk semang baru terinfeksi dengan penyakit ini.  Bentuk Penularan lain yaitu induk ayam yang telah terinfeksi menularkan penyakit ini kepada anaknya melalui pakan dan air minum yang terkontaminasi.

Penularan vertikal yaitu penularan bakteri dari induk ke embrio dalam telur dapat terjadi, kemudian anak ayam menetas terinfeksi akan menyebarkan salmonella melalui kontak langsung.  Embrio dapat mati jika tingkat kandungan bakteri tinggi.

Penyakit ini berpeluang disebarkan lebih besar dalam kondisi populasi yang padat dan udara lingkungan, sarang-bertelur, dan mesin tetas yang pengap.  Dalam toko hewan kesayangan, pasar burung, dan stasiun karantina juga merupakan tempat berisiko tinggi terjadinya penularan penyakit ini.

Gejala Klinis


Gejala klinis yang umum dari terinfeksi Salmonella yaitu kelesuan, anoreksia, dan diare. Dalam kasus-kasus kronis, dapat ditemukan arthritis terutama pada burung merpati.  Pada infeksi dengan jumlah bakteri yang tinggi dapat menimbulkan kehausan dan konjungtivitis disertai ditandai dengan kerusakan hati, limpa, ginjal atau jantung. Beberapa spesies unggas tertentu memiliki gejala klinis yang unik. Wabah pada burung Beo (Lory, Loriidae) menyebabkan penyakit akut dan menimbulkan kematian sekelompok burung yang tinggi. Burung Beo Abu-abu asal Afrika juga sangat rentan terhadap salmonella, apabila terinfeksi memperlihatkan gejala yang lebih kronis, keluar lendir dari hidung, radang sendi, kehausan, dan dermatitis. Kotorannya berwarna hijau kekuningan merupakan tanda diagnostik klinis infeksi Salmonella.

Diagnosis

Isolasi dan identifikasi bakteri pada kasus klinis disarankan dilakukan plating langsung pada Brilliant Hijau, McConkey dan agar non-selektif. Prosedur pengayaan biasanya bergantung pada kaldu Selenite diikuti oleh plating pada media selektif.

Uji aglutinasi cepat pada plate atau tabung telah menjadi uji serologi standar selama bertahun-tahun telah divalidasi untuk ayam. Uji ELISA berbasis LPS telah dikembangkan.

Untuk peneguhan diagnosis memerlukan isolasi bakteri dan identifikasi spesies Salmonella. Kebanyakan strain Salmonella bersifat motil, atau mampu bergerak secara spontan, dan tumbuh pada media umum.

Uji-uji Isolasi dan identifikasi bakteri pada lab tersebut belum memberikan tingkat identitas yang cukup. Maka dari itu perlu dilakukan Uji PCR dan DNA Sequencing yang dapat membuktikan informasi identitas yang lebih tepat dalam mengkonfirmasi jenis Salmonella yang menginfeksi.

Sampel

Sampel untuk uji laboratorium berasal dari kloaka burung yang diduga terinfeksi dikumpulkan dengan swab. Setiap eksudat lendir dari mata dan hidung juga dikumpulkan dengan swab. Swab tersebut harus steril dan dibawa dengan menggunakan media yang tepat. Swab lingkungan juga dikumpulkan dan dikirimkan ke lab diagnosa untuk membantu evaluasi lingkungan.

Penanganan sampel

Sebelum pengiriman sampel harus disimpan pada suhu 4 oC.  Sampel dalam media transportasi harus segera dikirimkan kurang dari satu hari.

Pencegahan

Biosekuriti yang prima merupakan cara terbaik untuk mencegah wabah Salmonellosis.  Pembasmian yang efektif terhadap lalat, tikus dan hama lainnya sangat penting dalam pencegahan wabah Salmonellosis. Keberadaan strain Salmonella pada burung peliharaan umumnya tidak dianggap bahaya terhadap manusia yang sehat. Namun infeksi bakteri ini dapat mengancam bayi, orang tua, atau orang-orang dengan penyakit imunosupresif. Manusia membawa Salmonella dapat menginfeksi burung peliharaan mereka. Interaksi manusia dengan hewan tersebut terbukti telah menimbulkan penularan, terutama dengan burung Greys Afrika, Amazon, Kakatua dan Makaw.

Pengobatan

Pengobatan infeksi salmonella lebih berhasil jika pada tahap awal infeksi bisa dilakukan penentuan spesies bakteri dengan tepat. Setelah spesiesnya bisa diidentifikasi, maka dapat diberikan antibiotik yang tepat.  Strain Salmonella yang sering ditemukan kebanyakan sensitif terhadap banyak antibiotik yang umum tersedia, tetapi strain bakteri yang berasal dari burung liar memiliki berbagai tingkat resistensi terhadap antibiotik.

Antibiotik

Kanamisin : Dosisnya 0,01 mg untuk satu gram berat badan hewan diberikan secara intramuskular.

Gentamisin : Dosisnya 0,01 mg untuk satu gram berat badan hewan diberikan secara intramuskular atau 25 mg dalam 120 ml air minum.

No comments: