Etiologis
Etilogik : Trypanosoma
evansi
Lokasi :
darah, limpa, dan cairan serebrospinal
Penularan
Penular mekanik
murni oleh vektor, puncaknya pada siang hari, secara congenital lewat induk
atau plasma, mukosa kelamin, mukosa usus, dan luka terbuka. Di tubuh lalat
hidup bertahan selama kurang lebih 6-12 jam.
Patogenesis
Vektor utama adalah lalat dan nyamuk (Stomoxys calcitrans, Lyperosia, Glossina dan Tabanus). Trypanosoma evansi diketahui hanya berbentuk tunggal (monomorfik) berbeda dengan spesies lain yang berbentuk ganda (pleomorfik). Dalam keadaan tertentu, protozoa ini tidak dapat tertangkap saat dilakukan pemeriksaan karena dapat bersembunyi di dalam kelenjar limfe (Subronto, 2006).
Penyakit
Tripanosomiasis ditularkan secara mekanik melalui gigitan vektor setelah ia
menghisap darah penderita, baik hewan ternak maupun anjing. Setelah memasuki
peredaran darah, trypanosoma segera memperbanyak diri secara biner. Dalam waktu
pendek penderita mengalami parasitemia dan suhu tubuh biasanya mengalami
kenaikan. Sel darah penderita yang tersensitisasi oleh parasit segera dikenali
oleh makrofag dan dimakan oleh sel darah putih tersebut. Bila sel darah merah
yang dimakan makrofag cukup banyak anjing penderita segera mengalami anemia
normositik dan normokromik. Sebagai akibat anemia, penderita tampak lesu, malas
bergerak, bulu kusam, nafsu makan menurun dan mungkin juga terjadi oedem di
bawah kulit maupun serosa (Subronto, 2006).
Jenis
Trypanosoma yang dalam siklus hidupnya hanya terdapat satu stadium, contoh T.
Equiperdum dan T. Evansi, disebut monomorf, dan perlipatgandaannya
berlangsung dengan pembelahan biner. Trypanosoma yang dalam hidupnya terdapat 2
atau lebih stadium, disebut polimorf, contoh: T. Gambiense, T. Rhodesiense,
T. Brucei, dan sebagainya.
Dalam tubuh
vertebrata, stadium terakhirnya adalah Trypanosoma. Jika bersama darah stadium
tadi ditelan oleh serangga, dalam saluran pencernaan parasit itu mengalami
perubahanbentuk melalui satu atau lebih stadium, yaitu stadium Leishmania,
Leptomonas, atau chritidia. Tiga macam stadium itu tidak infektif bagi
vertbrata. Stadium yang infektif adalah tripanosoma metasiklik. Parasit bentuk
infektif ini dikeluarkan bersama tinja serangga, dan penularan terjadi bila
tinja yang mengandung tripanosoma metasiklik itu kontak langsung dengan kulit
vertebrata inang. Masuknya parasit bentuk infektif ke dalam tubuh inang
dipermudah oleh luka karena gigitan serangga atau karena luka goresan atau
garukan (Mukayat, 1987).
Gejala
Klinis
- Suhu
badan naik, demam bersalng-seling, anemi, muka pucat
- Nafsu
makan berkurang, sapi menjadi kurus dan berat badan menurun
- Penderita
tak mampu bekerja karena letih
- Bulu
rontok, kelihatan kotor, kering seperti sisik
- Terjadi
gerakan berputar-putar tanpa arah, bila parasit ini menyerang otak atau
syaraf (Girisonta, 1995).
Differential Diagnosa
T. congolense; Di daerah Afrika sub sahara,
penyebab nagana (sleeping sickness), lebih patogen daripada brucei, pada
sapi, kerbau dan hewan liar, didapat di dalam darah, bentuk dalam darah: kecil
(8 – 12 μ), membrana undulan jarang terlihat tidak ada flagela bebas, ditularkan
oleh lalat tse-tse, mekanis oleh lalat penggigit.
T. vivax; Kadang-kadang bersama dengan T.
Brucei dan T. Congolense, patogenitas lebih ringan pada sapi, di
daerah Afrika sub-sahara, panjangnya: 20 – 27 μ, posterior membulat satu
flagellum bebas, membrana undulans tidak jelas, kinetoplas besar di terminal.
T. brucei; Berparasit pada semua mamalia,
ruminansia liar di Afrika, bersifat fatal, penyebab penyakit nagana, ruminan
liar sebagai reservoir, T. gambiense dan T. Rhodesiense → penyakit tidur di
Afrika pada manusia.
T. gambiense pada sapi; Bentuk lebih langsing,
buntak, berparasit dalam darah, limfe dan cairan cerebrospinal, ukuran ± 29 μ –
42 μ, posterior meruncing, kinetoplas 4 μ dari ujung, flagella bebas dan
panjang, penularan: lalat tse-tse (genus Glossina), berbiak dalam darah
atau limfe, pembelahan ganda memanjang, lokasi di lalat: di usus bagian tengah
→ 10 hari trypomastigot → proventrikulus → oesophagus → faring → kelenjar ludah
→ epimastigot → tripometasiklik pendek → diinfeksikan ke hospes saat menghisap
darah, penularan lalat tse-tse, lalat kuda dan Tabanidae → vektor mekanis.
T. equinum; Terdapat di Amerika Selatan,
menyebabkan mal de caderas pada kuda (sapi, anjing, domba, kambing), mirip
dengan penyakit surra, beda dengan T. evansi (tidak ada kinetoplas), mungkin
penjelmaan dari T. Evansi, morfologi: → 35 μm, vektor: Tabanidae (Stomoxys),
pada kuda berjalan secara kronis, kehilangan tenaga → kelumpuhan.
T.
equiperdum; Ada di
seluruh dunia, pada kuda, sapi, keledai → penyakit dourine, ditemukan pada
darah dan limfe, menyerupai evansi, tetapi menyebabkan penyakit kelamin,
ditularkan melalui coitus (kawin). Morfologi: 16 – 35 μm, monomorf, kinetoplas
sub-terminal, plasma bergranula. Berjalan klinis pada 3 stadium: organ genital
– kulit – saraf pusat (CNS) setelah 1 – 4 minggu inkubasi → stadium primer
(genitas ) → oedem, keradangan di penis, praeputium dan organ genital lain →
beberapa jam → ulcer. Pada betina → vaginitis → disertai demam. Stadium
sekunder → urtikaria → reaksi dermatologis → hemoragi kulit. Stadium tertier →
gangguan sistem saraf pusat → paralisa → refleks extremitas menurun → gangguan
beberapa nervus mata/muka. Pada dourine, menciri pada sekresi cairan genital,
infeksi kulit,preparat apus darah → parasitemia kuat saja. Diagnosa
immunologis: CBR.
T. theileri; Berparasit dalam darah sapi di
seluruh dunia, biasanya tidak patogen, bentuk relatif besar, 35 – 70 μm (120 μm
pernah dilaporkan), ditularkan oleh Tabanus dan haematopota, ujung posterior
panjang dan runcing, membarana undulan jelas flagela bebas, dalam darah:
tripomastigot – epimastigot, ditularkan melalui tinja lalat, pada beberapa
kasus produksi susu mengalami penurunan dan aborsi.
T. rangeli; Parasit pada darah anjing, kucing, kera di Amerika selatan dan tengah, Non-patogen, harus dibedakan dengan T. Cruzi, ukuran 26 – 36 μm, kinetoplas kecil, reproduksi binary fission, ditularkan oleh kutu pencium dengan pencemaran tinja.
Trypanosoma cruzi (chagas disease); Berparasit pada manusia di Amerika Selatan dan tengah, pada hewan liar, armadillo, kus – kus → reservoir (termasuk tikus), 5 juta orang terinfeksi di Brazil 2 juta di venezuella/Columbia, penyakit serius dan mematikan pada manusia (37 juta di seluruh dunia terinfeksi) bentuk tripomastigot di darah, tetapi tidak membiak masuk ke dalam retikuloendotelial dan otot melintang → amastigot → berbiak predileksi di urat daging jantung, tripomastigot: 16 – 20 μm, posterior runcing, flagela bebas, membrana undulan sempit, vektor: kutu pencium hemiptera, gambaran penyakit: kerusakan organ dalam, sistem syaraf pusat. Otot jantung → rusak, berbahaya pada anak kecil.
Diagnosis
Penentuan diagnosis didasarkan pada ditemukannya parasit dalam pemeriksan darah natif atau dengan pengecatan HE atau dengan trypan-blue (Subronto, 2006).
Pada stadium akut atau awal dari penyakit ini tripanosoma dapat ditemukan di dalam aliran darah perifer. Usapan darah tebal lebih baik dipakai daripada usapan darah tipis pada pemeriksaaan ini. Protozoa ini lebih banyak ditemukan di dalam kelenjar limfa. Mereka juga dapat ditemukan di dalam usapan cairan yang diperoleh dari tusukan kelenjar limfa yang segar atau yang telah diwarnai. Pada stadium lebih lanjut dapat ditemui pada cairan serebrospinal (Levine., N.D. 1995).
Prognosa
Sebagian besar hewan yang terkena penyakit tripanosomiasis ini mengalami kematian. Penyakit ini lebih menahun pada sapi dan banyak yang menjadi sembuh. Pada kuda, bagal, dan keledai sangat rentan, serta domba, kambing, dan onta juga sangat rentan, tanda-tandanya sangat mirip dengan kuda (Levine., N.D. 1995).
Penanganan
Tindakan-tindakan preventive terhadap tripanosomiasis meliputi tndakan-tindakan yang ditujukan kepada hospes-hospes pengelolaan ternak, melenyapkan hospes reservoir, menghindakan kontaminasi mekanis yang tidak disengaja, pengelolaan penggunaan tanah, dan pengendalian biologik.
Survey
terus-menerusdan pengobatan atau penyembelihan semua hewan yang terserang dan
pengobatan secara missal secara periodic semua hewan. Meenyapkan tempat
perindukan secara besar-besaran karena lalat berkembang biak di bawah
semak-semak sepanjang sungai atau di lokasi-lokasi lain yang bersemak.
Pelepasan jantan-jantan steril untuk mengendalikan dan penyemprotan tanah
dengan DDT (Levine., N.D. 1995).
Untuk
menyembuhkan infeksi T. evansi pada kuda dan anjing WHO menganjurkan
pemakaian kuinapiramin (antrycide), diberikan secara subkutan sebagai sulfat
yang dilarutkan dalam konsentrasi 10% dalam air dingin; dosisnya 5 mg/kg berat
badan (Levine., N.D. 1995).
Suramin
larutan 10%, dosis 10 mg/kg berat badan, disuntikkan IV, diminazene aceturat,
dosis 3,5 mg/kg, disuntikkan IM, dan isometamedium, dosis 0,25 – 0,5 mg/kg
disuntikkan IM (Subronto., 2006).
DAFTAR
PUSTAKA
Girisonta., 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Levine., N.D. 1995. Protozoologi Veteriner. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Mukayat., D Brotowidjoyo. Parasit dan Parasitisme. Jakarta: PT Melton Putra
Subronto., 2006. Penyakit Infeksi Parasit & Mikroba pada Anjing & Kucing. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment