Mr. Kato Koichi adalah seorang petani melon yang sukses di Nakajima-Mura, Nishi-Shirakawa-gun, Fukushima Prefecture. Tiga puluh tahun yang lalu, dimasa mudanya dia telah menimba ilmu pertanian selama 2 tahun lalu dilanjutkan magang bertani selama 2 tahun di Amerika Serikat.
Sekembalinya dari Amerika Serikat dia mempraktekan ilmu yang telah ditimba selama 4 tahun itu dengan bercocok-tanam melon, padi dan sayur-sayuran. Dia mengolah lahan dari orang tuanya dengan tekun sehingga dia berhasil menjadi petani melon yang terkenal di Nishi-Sirakawa.
Dia menanam melon Arasu pada tanah seluas 7000 m2. Melon yang dihasilkannya sangat berkwalitas dengan berat 1610 gram berbentuk bulat dengan volume 1440 cm3. Warna daging buahnya hijau muda. Kadar gulanya antara 15,5% - 17,0%. Melon ditanam berdasarkan iklim di Nakazima. Pada akhir bulan Pebruari di lakukan penyemaian. Pada awa Maret dilakukan penanaman. Sebulan kemudian dilakukan pemotongan cabang batang yang pertama sampai dengan cabang yang ke sepuluh. Sedangkan cabang yang ke sebelas sampai dengan ke dua belas dibiarkan tumbuh. Dari ketiga cabang tersebut dipilih yang terbaik, dua yang tidak baik dipotong. Sehingga satu pohon hanya terdapat satu buah. Dengan teknik ini dapat menghasilkan buah yang bermutu.
Rasa melon tergantung pada curah hujan terutama saat menjelang dipanen. Sehingga pada saat menjelang panen tidak dilakukan penyiraman dan pemanenan dilakukan pada saat musim kemarau. Disamping itu suhu yang ideal untuk pertumbuhan dan panen melon berkisar 18-20 C pada malam hari dan 28-30 C pada siang hari. Waktu yang tepat untuk pemanenan adalah pada bulan Mei - Juni dan pada bulan September - Oktober.
Untuk mengatur suhu pada green house dilengkapi dengan alat pengontrol suhu dilengkapi heater otomatis dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah.
Pada green house atap dibuat dua lapis,lapis bawah berfungsi untuk menahan udara dingin dari luar pada malam hari.
Melon ditanamam, dipanen, di grading, dikemas dan dipasarkan sendiri. Cara pemasaran melon yang dilakukan oleh Mr. kato yaitu dengan menjalin hubungan baik dengan pelanggan hotel dan restoran. Terdapat 7 hotel yang telah menjadi pelanggan setia, dimana setiap hotel bisa memesan 200 buah per minggu. Harga satu melon produknya 1.600 – 2.000 yen per buah, sedangkan harga yang di super market bisa mencapai 3000 yen.
Kemasan yang dikirim ke hotel dikemas setiap kotak berisi 5 melon. Sedangkan yang dijual ke super market dikemas satu kardus berisi satu buah. Kemasan terbuat dari kardus yang bertuliskan namanya dan alamat serta nomor telpon dan fax. Sebelum dimasukan ke kardus sebuah melon dibungkus dengan kertas pembungkus dua lapis dan pembungkus buah dua lapis.
Melon diantar langsung oleh Mr. Kato sendiri menggunakan mobil vagon. Untuk menjalin hubungan dengan pelanggan dilakukan pertemuan di hotel-hotel pelanggannya setiap bulan sekali. Apabila terjadi keluhan mutu produk dari pelanggan maka akan segera diganti dengan produk lain secepatnya, paling lambat pada hari berikutnya. Keluhan ini sangat jarang terjadi karena Mr. Kato menjaga mutu produknya dengan sangat hati-hati.
Menurut pengakuannya hotel dan super market pelanggannya lebih mementingkan mutu dibanding harga yang murah. Maka dari itu Mr. Kato sangat menjaga mutu selain dengan teknik penanaman yang bagus juga grading mutu yang sangat ketat sehingga dia lakukan sendiri. Mutu melon yang bagus menurut dia adalah melon dengan aroma harum, rasa manisnya pas dengan tekstur daging buah lembut bagaikan es krim.
Selain melon Mr. Kato juga bertani padi. Menurut dia saat ini persediaan beras di Jepang banyak sehingga harga beras mengalami penurunan maka pada tahun ini pemerintah akan mengurangi jumlah produksi padi dengan cara memberikan intensif kepada mereka yang mau merubah pertaniaan padinya menjadi pertanian sayur. Setiap ha memperoleh 500.000 yen selama lima tahun. Ini merupakan kebijakan pemerintah Jepang yang menarik.
Untuk memperlancar pekerjaan ini dia memperoleh bantuan seorang Trainee yang berasal dari Garut, Indonesia, bernama Gungun Imat Rohmat. Gungun bersyukur telah memperoleh kesempatan magang petani di Jepang selama setahun melaui Program kerjasama Deptan-JAEC. Dia tinggal bersama keluarga Mr. Kato. Kamarnya yang berukuran 3X3 m2 dilengkapi AC, heater, kulkas, kamar mandi dan WC. Setelah membeli laptop, Gungun dapat mengikuti perkembangan Indonesia setiap hari melalui internet dan bisa berkomunikasi dengan kawan-kawannya lewat e-mail. Cita-cita pemuda lulusan IAIN ini setelah kembali ke Indonesia akan mengembangkan daerah asalnya Garut sebagai penghasil buah melon yang bermutu.
Wednesday, 13 February 2008
Petani melon dari Nakajima
Posted by Drh.Pudjiatmoko,PhD at 23:13
Labels: Teknologi Pertanian
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment