- PENDAHULUAN
Hutan dan lahan merupakan sumber
daya alam yang sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi pembangunan Nasional.
Kendati demikian terhadap hutan dan lahan sering terjadi ancaman dan gangguan
sehingga menghambat upaya-upaya pelestariannya. Salah satu bentuk ancaman dan
gangguan tersebut adalah kebakaran hutan dan lahan.
Kebakaran hutan dan lahan mempunyai
dampak buruk terhadap tumbuhan/tanaman, sosial ekonomi dan lingkungan hidup,
sehingga kebakaran hutan dan lahannya bukan saja berakibat buruk terhadap hutan
dan lahannya sendiri, tetapi lebih jauh akan mengakibatkan terganggunya proses
pembangunan.
Sementara ini kebakaran hutan dan
lahan masih dianggap sebagai suatu musibah/bencana alam seperti halnya gempa
bumi dan angin topan, padahal kebakaran hutan dan lahan berbeda dengan
kejadian-kejadian bencana alam tersebut. Kebakaran hutan dan lahan dapat
dicegah/dikendalikan, karena kita telah mengetahui bahwa apabila musim kemarau
atau daerah rawan kebakaran tidak diadakan pencegahan sudah dapat dipastikan
akan terjadi kebakaran hutan/lahan. Berdasarkan hal tersebut di atas, sudah
saatnya pengendalian kebakaran hutan dan lahan ditangani secara terencana,
menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan. Dengan kata lain, bahwa pengendalian
kebakaran hutan dan lahan tidak hanya tertuju pada pemadaman saat kebakaran
hutan musim kemarau, tetapi hal-hal lain yang bersifat pencegahan harus
direncanakan dan dilakukan berkelanjutan baik pada musim kemarau maupun pada
musim penghujan.
- PRINSIP DASAR KEBAKARAN HUTAN
DAN LAHAN
Faktor-faktor terjadinya suatu
kebakaran hutan dan lahan adalah karena adanya unsur panas, bahan bakar dan
udara/oksigen. Ketiga unsur ini dapat digambarkan dalam bentuk segitiga api.
Pada prinsipnya, pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah menghilangkan
salah satu atau lebih dari unsur tersebut.
Penyebaran api bergantung kepada
bahan bakar dan cuaca. Bahan bakar berat seperti log, tonggak dan cabang-cabang
kayu dalam keadaan kering bisa terbakar, meski lambat tetapi menghasilkan panas
yang tinggi. Bahan bakar ringan seperti rumput dan resam kering, daun-daun
pinus dan serasah, mudah terbakar dan cepat menyebar, yang selanjutnya dapat
menyebabkan kebakaran hutan/lahan yang besar.
Unsur-unsur cuaca yang penting dalam
kebakaran hutan dan lahan adalah angin, kelembaban dan suhu. Angin yang bertiup
kencang meningkatkan pasokan udara sehingga mempercepat penyebaran api. Pada
kasus kebakaran besar, angin bersifat simultan. Semakin besar kebakaran, tiupan
angin semakin kencang akibat perpindahan massa udara padat di sekitar kebakaran
ke ruang udara renggang di tempat kebakaran.
Kadar air/kelembaban bahan bakar
juga penting untuk dipertimbangkan dalam pengendalian kebakaran hutan dan
lahan. Pada keadaan normal, api menyala perlahan pada malam hari karena
kelembaban udara diserap oleh bahan bakar. Udara yang lebih kering pada siang
hari dapat menyebabkan kebakaran yang cepat. Oleh sebab itu, secara teknis pada
malam hari akan lebih mudah mengendalikan kebakaran hutan/lahan daripada siang
hari. Namun demikian tidak lantas berarti, bahwa pengendalian kebakaran secara
serius tidak dilakukan pada siang hari. Kenyataannya karena berbagai
pertimbangan, kebakaran lebih banyak ditanggulangi pada siang hari. Suhu udara
juga mempengaruhi para pemadam kebakaran, dalam keadaan udara yang panas, daya
tahan dan kemampuan kerja pemadam kebakaran menurun.
- DAMPAK KEBAKARAN HUTAN DAN
LAHAN
- Dampak Terhadap Bio-Fisik
Dampak buruk dari kebakaran hutan
dan lahan sangat banyak. Kerusakan dapat berkisar dari gangguan luka-luka bakar
pada pangkal batang pohon/tanaman sampai dengan hancurnya pepohonan/tanaman
secara keseluruhan berikut vegetasi lainnya. Dengan hancurnya vegetasi, yang
paling dikhawatirkan adalah hilangnya plasma nutfah (sumber daya genetik
pembawa sifat keturunan) seiring dengan hancurnya vegetasi tersebut. Selain itu
kebakaran dapat melemahkan daya tahan tegakan terhadap serangan hama dan
penyakit. Batang pohon yang menderita luka bakar meskipun tidak mati,
seringkali pada akhirnya terkena serangan penyakit/pembusukan atau menjadi merana.
Kebakaran hutan juga dapat
mengurangi kepadatan tegakan dan merusak hijauan yang bermanfaat bagi hewan
serta mengganggu habitat satwa liar. Rusaknya suatu generasi tegakan hutan oleh
kebakaran, berarti hilangnya pengorbanan dan waktu yang diperlukan untuk
mencapai taraf pembentukan tegakan tersebut.
Kebakaran hutan dan lahan dapat
merusak sifat fisik tanah akibat hilangnya humus dan bahan-bahan organik tanah,
dan pada gilirannya tanah menjadi terbuka terhadap pengaruh panas matahari dan
aliran air permukaan. Tanah menjadi mudah tererosi, perkolasi dan tingkat air
tanah menurun. Kebakaran yang berulang-ulang di kawasan yang sama dapat
menghabiskan lapisan serasah dan mematikan mikroorganisme/jasad renik yang
sangat berguna bagi kesuburan tanah.
Dampak lainnya dari kebakaran hutan
adalah rusaknya permukaan tanah dan meningkatnya erosi. Kawasan yang terbakar
di lereng-lereng di daerah hulu DAS cenderung menurunkan kapasitas penyimpanan
air di daerah-daerah di bawahnya. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa penurunan
mutu kawasan karena kebakaran yang berulang-ulang menyebabkan erosi tanah dan
banjir, yang menimbulkan dampak lanjutan berupa pendangkalan terhadap saluran
air, sungai, danau dan bendungan.
- Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
Perubahan bio-fisik terhadap sumber
daya alam dan lingkungan akibat kebakaran hutan dan lahan, mengakibatkan
penurunan daya dukung dan produktivitas hutan dan lahan. Pada keadaan serupa
ini akan menurunkan pendapatan masyarakat dan negara dari sektor kehutanan,
pertanian, perindustrian, perdagangan, jasa wisata dan lainnya yang terkait
dengan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungannya.
- Dampak Terhadap Lingkungan
Di samping dapat menimbulkan
kerugian material, kebakaran hutan dan lahan juga menimbulkan akumulasi asap
yang besar. Kebakaran hutan dan lahan pada tahun 1994 dan tahun 1997 telah
menarik perhatian dunia, karena adanya suatu kondisi cuaca tertentu yaitu asap
dari kebakaran hutan dan lahan terperangkap di bawah suatu lapisan udara dingin
atmosfir di atas wilayah Indonesia dan negara tetangga, menyebabkan penurunan
visibilitas (daya tembus pandang) sehingga mengganggu kelancaran transportasi
darat, laut dan udara.
- SUMBER API KEBAKARAN HUTAN DAN
LAHAN
Kejadian kebakaran hutan dan lahan
di Indonesia meningkat selama dekade terakhir ini. Sebagian besar kebakaran
tersebut disebabkan oleh kelalaian manusia. Di samping itu, meningkatnya
masalah kebakaran hutan juga akibat adanya kondisi sangat kering yang secara
periodik terjadi oleh pengaruh perubahan iklim global/makro yang melanda
beberapa daerah di Indonesia.
Kebakaran hutan bisa terjadi karena
ketidaksengajaan maupun karena kesengajaan. Beberapa di antara penyebab dari
ketidaksengajaan adalah kelengahan dari para perokok, wisatawan, petualang,
pekerja di hutan dan para pengumpul hasil hutan. Dalam banyak kasus, kebakaran
hutan berawal dari kesengajaan menggunakan api oleh pembangunan HTI,
pembangunan perkebunan, perambah hutan dan peladang yang mempersiapkan
lahannya, pengembala/pemburu yang ingin merangsang pertumbuhan rerumputan,
pemburu yang menggiring satwa buruan, pengumpul madu yang mengusir lebah dari
sarangnya, dan sebagainya.
Kegiatan budidaya dan faktor lainnya yang dapat
menjadi sumber api kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut:
- Pertanian
Sebagian besar kebakaran hutan dan
lahan berasal dari kegiatan pembakaran pada sistem pengolahan lahan di
pedesaan. Pembukaan kawasan hutan untuk membuka suatu areal baru bagi tanaman
pangan sudah lama berlangsung. Setelah 2 atau 3 tahun ditanami tanaman pangan,
lahan tersebut biasanya menjadi miskin hara dan ditinggalkan. Selanjutnya
pembukaan kawasan hutan yang lainnya terjadi lagi untuk maksud yang sama.
Demikian terus-menerus, bahkan meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk.
Pembakaran juga dilakukan pada lahan
pertanian menetap untuk menghilangkan sisa-sisa panenan, serta pada lahan calon
perkebunan dalam kegiatan persiapan lahan tanam.
Karena kebakaran biasanya dilakukan
pada musim kemarau dan tidak atau kurang diawasi, maka api dengan mudah
merambat kekawasan hutan/lahan di sekitarnya dan menyebabkan kebakaran
hutan/lahan yang merugikan secara ekonomis dan ekologis.
- Pembuatan Tanaman Hutan
Dalam kegiatan penanaman hutan
terutama dengan sistem tebang habis permudaan buatan atau bahkan kegiatan
reboisasi, api digunakan untuk pembersihan pada persiapan lahan tanam.
Seringkali karena keteledoran, api merambat ke kawasan hutan dan lahan di
sekitarnya dan menyebabkan kebakaran hutan.
- Pembalakan/logging
Kebakaran hutan akibat
pembalakan/logging biasanya diakibatkan oleh kelalaian dari para pembalak pada
musim kering. Sebagai contoh percikan api dari saluran gas buangan/knalpot
chain saw jatuh mengenai bahan kering menimbulkan bara, selanjutnya menjadi
nyala api yang merembet pada bahan-bahan lain di lantai hutan.
- Api
Batubara
Kebakaran batubara merupakan suatu
masalah unik seperti yang terjadi di Kalimantan Timur. Lapisan batubara yang
terbakar akibat kebakaran hebat pada tahun 1993 masih membara di bawah tanah.
Pada musim penghujan keadaan ini hampir tidak ada masalah, karena bara
tersembunyi di bawah permukaan tanah. Tetapi pada musim kemarau kadar air tanah
turun menyebabkan tanah kering dan retak-retak merekah. Demikian pula karena
kebakaran lapisan batubara terus berlangsung menyebabkan longsoran-longsoran
pada bibir lubang/sumur api. Akibat rekahan dan longsoran ini api batubara
menyentuh bahan bakar dari vegetasi yang telah kering (terlebih dahulu mati
akibat panas api batubara) selanjutnya merembet ke segala jurusan di lantai
hutan.
Saat ini masih terdapat banyak
titik-titik api batubara yang membara dan sangat potensial sebagai penyebab
kebakaran hutan di Kalimantan Timur. Keadaan serupa itu dapat pula terjadi di
tempat-tempat lain yang mempunyai lapisan batubara dangkal di bawah permukaan tanah.
- Kejadian
Alam
Sumber api kebakaran hutan dan lahan
yang berasal dari kejadian alam, walaupun jarang terjadi tetapi kemungkinan
tetap ada yaitu dari halilintar/petir. Karena terjadinya pada musim penghujan,
biasanya hanya berakibat kecil dan kurang berarti. Tetapi apabila petir
menyambar pohon dengan tajuk yang mudah terbakar dalam keadaan basah (pinus),
hal ini akan menimbulkan kebakaran tajuk yang hebat pada hutan pinus.
- MANAJEMEN
PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN TERPADU
Kebakaran hutan memungkinkan selalu
terjadi setiap tahun dan cenderung merusak lingkungan hidup. Penyebab utama
kegagalan upaya pengendalian kebakaran adalah pendekatan yang sepotong-potong
dan tak tentu ujung pangkalnya terhadap permasalahan yang ada.
Perhatian umumnya ditujukan pada
upaya pemadaman kebakaran, faktor-faktor lainnya terlupakan. Padahal semestinya
pemadaman perlu didukung oleh program-program pencegahan dan manajemen bahan
bakar yang lebih mantap. Sejalan dengan itu, suatu sistem manajemen kebakaran
hutan yang terpadu dan terkoordinasi menjadi keharusan. Sistem dimaksud harus
meliputi komponen-komonen sebagai berikut:
- Pencegahan kebakaran yang
disebabkan oleh manusia melalui pendidikan dan penyuluhan.
- Deteksi kebakaran yang baik
melalui sistem deteksi yang mencakup jaringan kerja titik-titik
pengamatan, patroli yang efektif dan efisien, penggunaan sistem citra
satelit dan GIS, sistem komunikasi yang baik dan sebagainya.
- Tindakan awal penanggulangan
yang cepat.
- Tindakan lanjutan yang mantap
dan terarah.
Masing-masing komponen tersebut di
atas berperan penting dalam mensukseskan keseluruhan sistem manajemen kebakaran
hutan. Kelalaian atau ketidakacuhan terhadap salah satu komponen tersebut akan
dapat menyebabkan kegagalan sistem manajemen.
Rencana manajemen kebakaran hutan
untuk masing-masing kawasan harus disusun dengan menunjukkan tujuan dan
sasaran, kawasan-kawasan beresiko kebakaran tinggi (menurut data kebakaran yang
lalu atau analisis kerawanan), sumber daya yang ada, dan kegiatan-kegiatan
pengendalian kebakaran. Rencana-rencana ini perlu ditelaah dan ditinjau secara
teratur.
- PENGENDALIAN
KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
- Pencegahan Kebakaran Hutan dan
Lahan
Pencegahan lebih baik daripada
pengobatan. Pernyataan ini juga berlaku untuk kebakaran hutan. Dengan program
pencegahan yang baik maka kebakaran tidak perlu terjadi, sehingga biaya
pemadaman dapat diperkecil serta kerusakan akibat kebakaran dapat dihindarkan.
Pencegahan kebakaran meliputi pengurangan bahaya dan resiko kebakaran. Hal ini
dapat dicapai melalui pendidikan, praktek silvikultur yang tepat, modifikasi
bahan bakar, serta penegakan peraturan perundang-undangan.
- Penyuluhan
dan Pendidikan
Sebagian besar kebakaran di
Indonesia disebabkan oleh manusia, baik oleh sebab kelalaian maupun
kesengajaan, maka dukungan dan kerjasama masyarakat menjadi penting agar
program perlindungan dapat berhasil. Untuk itu sangat perlu adanya penyuluhan
dan pendidikan yang berulang-ulang untuk menarik minat masyarakat terhadap
perlindungan hutan dan membuat mereka peduli terhadap kelestarian hutan.
Hal-hal berikut ini dapat menjadi pertimbangan dalam upaya pencegahan kebakaran
hutan dan lahan:
- Masih
banyak orang yang tidak peduli, belum menyadari, atau memperoleh
informasi yang salah mengenai kegiatan-kegiatan pencegahan. Mereka
tidak peduli dengan bahaya kebakaran di hutan. Sebagai contoh dalam
kelompok orang semacam ini adalah mereka yang membuat api unggun di
dekat tonggak kayu atau batang kayu kering.
- Ketidakhati-hatian
sebagian orang yang tidak peduli dengan akibat dari tindakannya.
Termasuk dalam kelompok ini adalah para perokok yang cenderung
sembarangan membuang puntung rokok atau batang korek api yang masih
menyala, para pekemah yang membuat api unggun meninggalkannya tanpa
memadamkan lebih dulu dan pembalak (logger) yang lalai terhadap
kemungkinan terjadinya kebakaran hutan.
- Kegiatan
yang disengaja atau mengarah pada terjadinya kebakaran oleh oknum-oknum
yang anti-sosial/anti-kemapanan seperti vandalisme (perusakan) atau
tindakan egois lainnya.
Kelompok orang yang pertama dan
kedua (a & b) perlu dididik. Orang-orang yang tidak mendapat informasi atau
salah informasi dapat dididik mengenai bahaya kebakaran; orang-orang yang tidak
hati-hati dapat diberi penerangan melalui publikasi audio visual ataupun kalau
terpaksa dengan penegakan hukum. Kerja sama dengan kedua kelompok ini akan
membantu pemadam kebakaran menghadapi kelompok ketiga (c).
Rencana pendidikan harus mencakup:
- Pemanfaatan
tokoh-tokoh masyarakat yang terorganisasi untuk pekerjaan pencegahan
kebakaran;
- Publikasi
media massa setempat;
- Publikasi
audio-visual;
- Surat-surat
edaran dan selebaran;
- Penerbitan
buku saku yang mudah dibawa-bawa.
Media massa (pers, TV dan radio)
merupakan suatu media yang potensial untuk menjangkau massa. Makalah-makalah
tentang pencegahan kebakaran, editorial dan lain-lain perlu dipublikasikan
melalui media massa setempat selama musim kering. Tulisan-tulisan tersebut
harus secara jelas menguraikan manfaat pencegahan kebakaran hutan, khususnya
dari segi ekonomi pedesaan. Kejadian-kejadian kebakaran besar dan dampaknya
terhadap masyarakat serta kasus-kasus penegakan hukum yang menyeret tersangka
penyebab kebakaran, juga harus diberitakan secara memadai dan sejujurnya
melalui media massa, sehingga dapat mendidik dan memberikan informasi yang
benar bagi masyarakat, guna mendorong mereka untuk bekerja sama seperti yang
dibutuhkan.
Cara pendekatan dalam program
pencegahan kebakaran harus imajinatif dan benar-benar dipikirkan, misalnya
dengan dialog temu muka dengan masyarakat, karya wisata, audio visual, dsb.
Ceramah tentang pencegahan kebakaran oleh pejabat kehutanan di sekolah-sekolah,
lembaga-lembaga kemasyarakatan dsb, yang didukung sarana ceramah seperti slide
dan hiburan-hiburan juga merupakan cara yang efektif.
Kegiatan penyuluhan harus
terorganisasi dengan baik. Ceramah-ceramah sporadis atau penempatan poster di
beberapa tempat tidak akan memadai. Kegiatan harus terorganisasi melalui suatu
program yang tergambar baik, yang menyentuh aspek-aspek pendidikan masyarakat,
kontak masyarakat dan pemasangan tanda-tanda atau poster-poster dengan maskot
kebakaran hutan nasional (si Pongi). Program pencegahan kebakaran merupakan
suatu kegiatan sepanjang tahun dan tidak boleh ada kesempatan terlepas dalam
membina kesadaran masyarakat maupun perorangan mengenai kebakaran hutan. Secara
singkat, adalah perlu untuk menciptakan opini masyarakat tentang pencegahan
kebakaran hutan.
Peran serta masyarkat dan lembaga
swadaya masyarakat setempat dalam pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan
sangat penting. Suatu program kerjasama di bidang pencegahan dengan bantuan
masyarakat menjadi keharusan. Hal ini dapat dicapai dengan demonstrasi sistem
pencegahan, deteksi dini, komunikasi dan pemadaman kebakaran yang tepat
terhadap masyarakat, dan juga melalui pembentukan regu-regu pemadam dengan
struktur dan kewenangan yang tepat yang terdiri dari masyarakat desa.
Perlu juga dipertimbangkan penerapan
sanksi dan penghargaan. Masyarakat yang berhasil membantu memelihara kawasan
hutan dari bahaya kebakaran untuk suatu jangka waktu tertentu, layak diberi
penghargaan.
- Praktek
Silvikultur
Dalam suatu kawasan hutan
bervegetasi campuran atau suatu tanaman pangan dari berbagai umur, api dari
sebuah kebakaran permukaan mungkin dapat merambat dari semak-semak atau tanaman
bawah ke arah tajuk. Pohon-pohon mati yang menyandar ke pohon lain juga
membantu penyebaran api dari kebakaran permukaan ke kebakaran tajuk. Oleh
karena itu perlu diperhatikan praktek silvikultur yang tepat, misalnya
pembersihan berkala, pembuangan pohon-pohon atau vegetasi mati, merana, atau
yang terserang penyakit, guna memutus rangkaian vertikal bahan bakar. Kegiatan
pembalakan harus direncanakan sedemikian rupa untuk menghindarkan terciptanya
celah (pembukaan) yang lebar yang bisa jadi dimasuki oleh species yang rawan
kebakaran dan meningkatkan resiko kebakaran hutan.
Pembersihan bahan-bahan mudah
terbakar sangat perlu untuk mengurangi resiko kebakaran. Akumulasi serasah
harus dihindarkan atau dikurangi untuk memotong rangkaian bahan bakar. Limbah
pembalakan harus dikurangi dan pemanfaatan limbah tersebut oleh masyarakat
mungkin perlu dipertimbangkan. Di samping itu, kalau layak, bahan-bahan bakar
tersebut dimanfaatkan seoptimal mungkin misalnya untuk chips, kompos dan
lain-lain.
Istilah "pembakaran
terencana", "pembakaran terkendali" dan sejenisnya dikaitkan
dengan pengendalian kebakaran yang dilakukan di bawah kendali dan kondisi yang
dikehendaki untuk mengurangi bahan bakar di dalam hutan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa "pembakaran terencana" meliputi "pembakaran
sisa-sisa" yang dilakukan di daerah setempat untuk pembersihan lahan
maupun "pembakaran terkendali" di dalam tegakan hutan, menjamin
terhindarnya kerusakan di masa mendatang.
Kegiatan reboisasi dan penghijauan
telah mendapat perhatian besar selama ini. Pemilihan jenis pohon dan
konservasinya harus direncanakan secara mantap dengan memperhatikan kepentingan
untuk mengurangi resiko kebakaran hutan. Kejadian kebakaran hutan sudah umum
terjadi di kawasan reboisasi sebagai akibat kurangnya perhatian mengenai
usaha-usaha pencegahan semacam ini. Kawasan-kawasan yang rawan kebakaran
seharusnya dipertimbangkan untuk diadakannya modifikasi jenis tanaman/bahan
bakar untuk mencegah kebakaran. Jenis-jenis vegetasi yang sangat rawan
kebakaran harus dikenali dan apabila digunakan, maka sistem silvikultur untuk
mengurangi tingkat kerawanannya harus diperhatikan benar-benar. Kalau tidak,
lebih baik menggunakan jenis-jenis yang tahan api.
- Jalur
Hijau dan Jalur Kuning
Jalur hijau dibuat dengan
mempergunakan tanaman yang tahan terhadap api dan tidak menggugurkan daun pada
musim kemarau yang berfungsi sebagai sekat api (sekat bakar) baik dalam petak
tanaman, antar petak maupun antara petak tanaman dengan penggunaan lahan
lainnya. Sehingga apabila terjadi kebakaran di suatu petak api tidak menjalar
ke petak-petak lainnya.
Adapun jalur kuning atau sekat
bakar/ilaran api dibuat dengan mengosongkan jalur baik dari tanaman maupun
bahan bakar lainnya. Jalur kuning dapat berupa jalan angkutan atau jalan
kontrol. Jalur kuning sangat membantu dalam pemadaman kebakaran, terutama bila
dilakukan bakar balas.
- Perbaikan
Sistem Penggembalaan
Penggembala seringkali menjadi
penyebab kebakaran hutan. Tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencegah
kegiatan pembakaran padang pengembalaan, antara lain sebagai berikut:
- Perbaikan
sistem peternakan melalui peningkatan mutu pakan ternak;
- Pengembangan
jenis-jenis pakan dalam kaitannya dengan penyediaan pakan yang
bervariasi;
- Rehabilitasi
padang alang-alang.
- Usahatani
Konservasi, Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Rakyat
Menyadari bahaya dari eksploitasi
hutan alam yang berlebihan, Indonesia telah menjalankan usaha-usaha
pengembangan hutan tanaman dan rehabilitasi lahan serta daerah aliran sungai
yang kritis. Pemerintah telah membuat kebijaksanaan mengenai Usahatani
Konservasi, Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Rakyat untuk mendorong masyarakat
perdesaan menanam pohon serba guna, baik dalam kawasan maupun di luar kawasan
hutan. Dengan adanya ketiga program tersebut, diharapkan masyarakat dapat
berperan serta dalam pembangunan kehutanan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya
serta terpeliharaanya kelestarian sumber daya hutan.
Demikian pula dengan dilaksanakannya
kegiatan dalam program tersebut yang melibatkan masyarakat, diharapkan
masyarakat termotivasi dan lebih peduli terhadap pengendalian kebakaran hutan
dan lahan.
- Penegakan
Hukum
Peraturan perundangan sangat penting
dalam rangka pencegahan kebakaran hutan. Penegakan disiplin penggunaan api
sangat perlu dilakukan, terutama terhadap mereka yang cenderung melanggar.
Masyarakat perlu diberi informasi dan dididik mengenai aturan-aturan tersebut.
Masih terdapat sejumlah kecil kelompok orang yang karena kepentingannya sendiri
cenderung melanggar atau tidak peduli dengan aturan penggunaan api di
tempat-tempat terlarang. Meskipun kelompok ini kecil, tapi seringkali mereka
bisa menggagalkan upaya-upaya pencegah kebakaran. Oleh karenanya penegakan
hukum tetap merupakan jalan satu-satunya untuk menjamin berhasilnya kegiatan
pencegahan yang ditujukan terhadap orang-orang yang tidak peduli tersebut.
Pengenaan sanksi hukum kadang-kadang
dipandang semata-mata sebagai penghukuman, padahal hal ini dapat menjadi sarana
bagi tujuan yang baik. Jika hukum ditegakkan dan hukuman terhadap si pelanggar
diumumkan, kemungkinan kejadian kebakaran dapat ditekan. Meski penegakan
ketentuan hukum merupakan suatu bagian penting dari pencegahan kebakaran, hal
ini sebaiknya dianggap sebagai suatu alat pendidikan yang harus digunakan
secara arif dan bijaksana.
- Pemadaman Kebakaran Hutan dan
Lahan
- Deteksi
Dini Kebakaran Hutan dan Lahan
Pemadaman kebakaran hutan dan lahan
yang efektif memerlukan deteksi dini dan pelaporan yang baik. Kalau deteksi
dini tidak efisien, kerusakan akibat kebakaran bisa menjadi demikian besar oleh
karena terlambatnya upaya-upaya penanggulangan. Pemadaman belum dilakukan sampai
suatu kebakaran dapat diketahui atau dideteksi. Selang waktu antara mulainya
kebakaran dengan datangnya tenaga pemadam ke lokasi kebakaran akan mencakup
waktu-waktu untuk kegiatan yaitu : deteksi, pelaporan, persiapan, pemadaman dan
mobilisasi. Untuk itu, deteksi kebakaran harus benar-benar diperhatikan agar
upaya pemadaman dapat segera dan mudah dilakukan, sehingga kerugian yang
diderita dapat ditekan sampai sekecil mungkin.
Adalah tidak mungkin mengawasi
seluruh kawasan hutan sepanjang waktu, bahkan selama musim kering. Paremeter
seperti : nilai hutan yang dilindungi, frekuensi kejadian kebakaran, sifat
kebakaran dan efek pemulihannya, fasilitas transportasi dan komunikasi, sumber
dana, kemampuan tenaga pemadam, dan peralatan pemadaman yang tersedia turut
membantu menentukan "kawasan prioritas" yang harus diawasi sepanjang
waktu.
Cara-cara deteksi yang mungkin dapat
dilakukan antara lain:
- Deteksi
dan pelaporan sukarela dari masyarakat;
- Patroli
darat (secara rutin);
- Pengawasan
dan menara api;
- Patroli
udara dan penginderaan jarak jauh (satelit).
Suatu sistem deteksi yang efesien
seharusnya menggunakan semua cara tersebut, sesuai dengan kebutuhan.
- Pelaporan
Sukarela
Pada kawasan hutan rawan kebakaran
yang terdapat penduduk, maka penduduk setempat tersebut diharapkan dapat
melaporkan setiap terjadinya kebakaran hutan. Pelaporan sukarela seperti ini
dapat dimasukkan dalam perencanaan sistem deteksi. Tentu saja hal ini
memungkinkan apabila masyarakat setempat benar-benar termotivasi. Oleh sebab
itu masyarakat setempat perlu diberi penerangan mengenai bahaya kebakaran dan
hal-hal lain mengenai pengendalian kebakaran hutan.
- Patroli
Darat
Patroli darat nampaknya merupakan
kegiatan yang sederhana, tetapi kalau dilaksanakan dengan benar akan menjadi
suatu cara yang sangat baik. Patroli darat sebaiknya dilakukan secara rutin
pada kawasan-kawasan hutan yang sangat bernilai tinggi dan memiliki tingkat
bahaya kebakaran tinggi. Petugas dapat berpatroli dengan berjalan kaki,
bersepeda, kendaraan bermotor, perahu dan kadang-kadang harus memanfaatkan
ketinggian di lapangan seperti dengan memanjat pohon. Mereka harus sudah
mengenal kawasan yang di bawah tanggung jawabnya, yang meliputi pengenalan
topografi dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat. Petugas-petugas ini juga
dapat berfungsi dalam pencegahan, penegakan hukum dan pemadaman.
Kelemahan cara ini adalah
terbatasnya kawasan yang terawasi terus-menerus dan oleh karenanya waktu
penemuan adanya kebakaran seringkali terlambat. Di samping itu dalam jangka
panjang patroli lebih mahal dari pada stasiun-stasiun atau menara api, sehingga
penggunaan menara api perlu dipertimbangkan sebagai pengganti patroli.
Bila pengawas kebakaran dipekerjakan
musiman, dalam jangka panjang mungkin akan lebih ekonomis untuk memperkerjakan
dan memanfaatkan mereka untuk pekerjaan lain dalam rangka pengendalian
kebakaran setelah musim kebakaran berlalu. Dalam beberapa kasus, kebakaran
hutan dapat juga dideteksi dan dilaporkan oleh petugas dari departemen atau
dinas-dinas pemerintah lainnya apabila mereka kebetulan menemukan kebakaran
dalam tugas sehari-harinya.
- Menara
Pengawas/Menara Api
Menara api secara umum merupakan
cara deteksi kebakaran yang paling memuaskan dan secara bertahap dapat
mengurangi patroli darat. Di samping itu, adanya penggunaan menara api di
lapangan juga dapat membantu upaya perlindungan hutan karena menandakan daerah
tersebut selalu diawasi. Dalam operasi pemadaman, menara api dapat digunakan
sebagai markas untuk menyimpan sementara peralatan dan tempat beristirahat bagi
petugas pemadam.
Metode deteksi ini bermula dengan
penempatan tenaga pada tempat-tempat yang telah ditentukan selama musim
kebakaran. Jika dipandang efektif, maka di lokasi tersebut dapat dibangun
menara api. Namun demikian, penentuan titik di mana menara akan dibangun harus
memperhatikan pertimbangan yang ilmiah. Agar menara api dapat berfungsi
efektif, maka perlu dilengkapi dengan peralatan pokok seperti teropong
binokuler, peta, fire finder, pengukur arah dan kecepatan angin, dan penunjuk
arah mata angin.
Tinggi menara api harus ditentukan
dengan sebaik-baiknya. Pilihlah lokasi yang tepat untuk menara api.
Selanjutnya, tinggi menara tergantung pada fungsi jenis pohon di kawasan
tersebut.
- Data
NOAA (satelit)
Deteksi kebakaran dapat dilakukan
dengan memanfaatkan citra satelit. Pada September 1993, sebuah stasiun penerima
satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) telah dibangun
di kantor Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Tengah di Palangka Raya. Satelit
ini memberikan data mengenai titik panas (hot spot) dalam selang waktu
tertentu. Dengan memadukan data dari NOAA dan sumber-sumber data lainnya maka
dapat dibangun suatu manajemen data kebakaran hutan dengan GIS (Geographical
Informations System).
- Komunikasi
Berbagai deteksi kebakaran akan
menjadi sia-sia apabila fasilitas komunikasi yang efisien tidak tersedia.
Informasi mengenai kebakaran yang terdeteksi harus cepat dikomunikasikan kepada
mereka yang berwenang, sehingga kebakaran dapat segera dikendalikan selagi
masih kecil. Komunikasi yang efektif juga diperlukan pada kegiatan operasi
pemadaman.
Metode-metode komunikasi yang
sederhana untuk suatu jarak terbatas meliputi penggunaan tanda-tanda seperti
serine, kentongan, peluit dst. Komunikasi berupa pesan-pesan yang dibawa
berjalan, bersepeda, atau berkendaraan bermotor juga dapat diterapkan. Telepon
boleh jadi merupakan alat komunikasi paling memuaskan tetapi sayang
keberadaannya di lapangan masih sangat terbatas.
Radio merupakan alat komunikasi yang
terbaik dalam mobilitas tinggi. Radio dapat digunakan oleh petugas patroli
darat maupun pengawas di menara api.
- Prinsip
Pemadaman
Prinsip pemadaman kebakaran hutan
dan lahan adalah menemukan kebakaran secara cepat/dini dan kemudian
memadamkannya selagi api masih kecil. Rata-rata kejadian kebakaran hutan
dipadamkan oleh regu yang pertama datang melihatnya. Kebakaran yang lebih besar
memerlukan tenaga bantuan.
Sedangkan prinsip utama dalam
pemadaman kebakaran hutan dan lahan adalah:
- Capailah setiap lokasi kebakaran hutan
secepat dapat dicapai dengan selamat. Seranglah dengan kekuatan penuh,
sehingga api mengecil. Jaga hingga dapat dipastikan bahwa api
benar-benar mati.
- Buatlah ilaran lebih cepat dari penjalaran
api.
- Klasifikasi bahan bakar perlu diketahui untuk
menentukan kecepatan menjalar dan ketahanan untuk mengendalikan api.
- Perencanaan pengendalian kebakaran hutan
untuk kondisi kebakaran yang paling buruk tetap diperlukan.
- Kondisi-kondisi yang terjadi akibat perkembangan
kebakaran hutan selalu berubah-ubah, oleh karena itu perencanaan
pengendalian kebakaran merupakan proses yang terus menerus dengan
memperhatikan perubahan kondisi yang terjadi, sehingga didapatkan
hasil pemadaman yang lebih baik.
- Pelaksanaan
Pemadaman
Pelaksanaan pemadaman bisa dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung. Pada metode pemadaman langsung, semua
upaya pemadaman diarahkan langsung pada lidah api. Dalam metode ini ada dua
pilihan : Pertama menyerang muka api dengan kepyokan (alat pemukul) atau
melemparkan material, seperti tanah/lumpur/pasir pada lidah api; Kedua memulai
memadamkan api dari bagian belakang dan bergerak ke depan melalui ke dua sisi
api dan terakhir menguasai muka api. Pilihan yang pertama adalah mungkin pada
kondisi kebakaran kecil.
Pada kasus kedua, di mana kondisi
kebakaran besar dan terlalu panas untuk didekati, sehingga strategi penyerangan
harus dimulai dari belakang dan kemudian bergerak menyerang melalui sisi api
hingga didapatkan muka api, tindakan tersebut diambil untuk mengurangi panas
dan menghentikan penyebaran api ke arah samping.
Jika kebakaran kecil pada daerah
belukar dan menjalar ke arah bukit, dan terlalu panas untuk diserang dari arah
depan, mulailah memadamkan api dari arah belakang dan kemudian bergerak ke
depan melalui sisi-sisi api di dalam areal yang sudah terbakar dan menujulah ke
arah muka api setelah kebakaran mencapai puncak bukit. Penyerangan langsung
dari depan dimungkinkan apabila muka api telah mencapai puncak punggung bukit.
Kebakaran harus dikendalikan sebelum api turun atau loncat ke sisi bukit atau
bukit lain.
Pada pemadaman tidak langsung,
ilaran ditempatkan bergantung pada topografi dan sekat bakar alami atau buatan
yang sudah ada seperti jalan. Metode pembakaran tidak langsung merupakan
alternatif lain jika kebakaran menjalar dengan sebegitu cepatnya dan melintasi
bahan bakar berat dan kemudian adalah sudah tidak memungkinkan lagi untuk
diserang secara langsung.
- Ilaran Api
Ilaran api sering dibuat dengan
bantuan alat sekop, garu dan alat-alat pemotong (parang, gergaji tangan dan
chain saw). Untuk material yang tak terbakar atau lambat terbakar sebaiknya
dipinggirkan untuk menghindari resiko. Sedangkan material yang mudah terbakar
dimasukkan ke dalam daerah yang pasti terbakar. Semak belukar dibersihkan
dengan alat pemotong. Setelah itu ditindak-lanjuti dengan alat garu atau
cangkul sepanjang ilaran untuk membersihkan humus sehingga nampak tanah
mineral. Penting bahwa vegetasi yang belum terbakar antara garis ilaran dengan
sisi api harus dibakar. Untuk daerah yang berbukit, garis ilaran dibuat parit
yang dimaksudkan untuk mencegat/menangkap meterial terbakar yang menggelinding.
Kedalaman dan lebar dari parit bergantung pada kecuraman lereng serta ukuran
dan material alami yang ada di atas bukit.
- Penggunaan Air
Air adalah sarana pemadaman yang
paling efektif. Jika air tersedia dan dimanfaatkan untuk pemadaman dengan
benar, maka itu merupakan alat terbaik dan tercepat untuk mengendalikan api.
Tetapi, air yang tersedia dengan cukup, jarang dimanfaatkan untuk memadamkan
api sampai mati. Sehingga air biasanya hanya sekedar untuk pendinginan lokasi
dan untuk menghambat penyebaran api.
Air dapat dipasok dari truk tangki,
pompa punggung dan penampung air lainnya. Apabila kebakaran terjadi pada rerumputan,
semak belukar, serasah dan topografi datar maka truk tangki dapat bergerak
secara perlahan-lahan sepanjang sisi api. Pada daerah yang mana truk tangki
tidak dapat dioperasikan, pemadaman dengan pompa punggung dapat dilakukan
dengan cara yang sama. Pelaksanaan pemadaman dengan air akan efektif bila
dilaksanakan penyemprotan sejajar dengan sisi api. Air harus digunakan dengan
efisien dan secukupnya untuk menghindari pemborosan/kelangkaan air.
- Penggunaan Tanah/Lumpur
Tanah/lumpur ataupun pasir adalah cukup
efektif untuk mengendalikan api pada pohon mati, sisa-sisa tegakan atau
pangkal-pangkal semak belukar. Tindakan tersebut sangat menolong untuk menekan
api dan pendinginan. Material tersebut dilemparkan dengan mengayunkannya pada
dasar lidah api sepanjang sisi api. Gerakannya harus cepat dan terus-menerus.
Bahan bakar panas yang tertutupi tanah tersebut jangan dianggap sudah aman,
karena sewaktu-waktu api tersebut akan muncul kembali dan terjadilah kebakaran
lagi. Seperti api yang sudah tertutupi, segera dipadamkan setelah penyebaran
api diawasi.
- Penggunaan Ranting (kepyokan)
Kebakaran permukaan (serasah atau
semak) dapat juga dikendalikan dengan menggunakan ranting atau "karung
goni" basah. Metode ini dapat digunakan untuk pendinginan sisi api dalam
pembuatan ilaran api. Gerakan ayunan dari ranting tersebut langsung dikenakan
pada api sedemikian sehingga bara api dan percikan api terdorong ke dalam areal
yang terbakar.
- Bakar Balas
Bakar balas merupakan sebuah trik
yang berbahaya dan beresiko besar, dengan demikian cara tersebut dapat
dilaksanakan apabila regu pemadaman betul-betul telah terlatih dan
berpengalaman. Beberapa pertimbangan, dilaksanakannya bakar balas antara lain :
apabila api merembet dengan cepat yang sulit diatasi dengan metode penyerangan
secara langsung, atau adalah bahaya untuk menyerang pada jarak dekat, atau
karena kondisi alamnya yang tidak memungkinkan mengerahkan tenaga sebegitu
banyak, atau keterbatasan tenaga sehingga tidak bisa menyerang secara langsung.
Ilaran api harus sudah dimantapkan
pada daerah yang strategis sebelum api balas dinyalakan. Jalan-jalan yang sudah
ada, jembatan atau sekat bakar lainnya dapat dimanfaatkan. Ilaran sebisa
mungkin dibuat lurus dan di dalam lokasi dengan mempertimbangkan angin,
kelerengan dan bahan bakar, pembakaran yang baik adalah bertemunya api balas
dengan api utama di dalam areal yang terbakar.
Bakar balas dimulai pada titik yang
tertinggi pada ilaran untuk dibakar dan kemudian menyambung dengan areal yang
terbakar. Kewaspadaan tetap dijaga terutama pada kemiringan lebih dari 20%
untuk menghindari meluncurnya material panas.
- Mop - Up
Semua api adalah berpotensi membawa
bahaya jika tidak dimatikan dengan benar-benar. Mop-up dikerjakan setelah
kebakaran terkontrol. Pekerjaannya terdiri dari pemadaman sisa-sisa api atau
memindah-mindahkan material yang masih membara di sepanjang atau dekat ilaran
api.
Di bawah ini beberapa petunjuk
pelaksanaan Mop-up :
- Setelah api dapat dikendalikan, padamkan
semua material yang membara sepanjang sisi api.
- Semua bahan bakar yang diperkirakan dapat
menggelinding diambil/dipindah posisikan sedemikian rupa sehingga
tidak tidak memungkinkan bergerak ke luar ilaran.
- Bahan bakar khusus seperti pohon mati, log
yang membusuk, tonggak dan cabang pohon yang dekat permukaan tanah
baik yang ada di dalam maupun di luar ilaran harus dibuang.
- Dalam hal pekerjaan mop-up pada kasus api
kecil, semua api harus dipadamkan.
- Pada kasus api besar, cukup material
terbakar dipadamkan dengan demikian api tidak dapat menjilat, loncat
atau menggelinding ke luar ilaran.
- Jika air tersedia, dapat digunakan untuk
pekerjaan lanjutan yang lebih baik. Air dapat juga digunakan untuk
membuat lumpur untuk menutupi sisa-sisa bara.
Patroli/pengawasan adalah diperlukan
pada tahapan pemadaman kebakaran, sehingga percikan api yang terakhir sudah
tidak nampak lagi. Tetap waspada harus dipegang pada kawasan yang terbakar
maupun kawasan yang tidak terbakar di sekelilingnya, untuk mendeteksi loncatan
api. Pada tipe-tipe bahan bakar yang terbakar secara cepat, patroli/pengawasan
mungkin perlu hanya beberapa hari saja, sedangkan di dalam bahan bakar berat
patroli mungkin diperlukan untuk beberapa hari atau bahkan mingguan.
Satu tujuan penting dari patroli dan
pengawasan, adalah untuk mencari dan memadamkan sisa-sisa bahan bakar yang
terbakar di dalam areal yang terbakar. Tujuan patroli dan pengawasan adalah
untuk mencari dan memadamkan sisa-sisa bara api di dalam areal yang terbakar,
yang kemungkinan akan menyala kembali dan merembet keluar ilaran api. Pentingnya
patroli dan pengawasan perlu ditekankan, baik pada waktu setelah terjadi
kebakaran dalam beberapa jam, atau lewat sehari atau bahkan setelah seminggu.
Hal ini untuk memastikan bahwa kebakaran sudah tidak berpengaruh lagi terhadap
lingkungannya.
- Peralatan
Berbagai macam peralatan yang
digunakan untuk pengendalian kebakaran meliputi peralatan tangan, peralatan
mekanik (chain saw, tractor dan bulldozer), dan pompa air portable (mudah
dibawa).
Peralatan yang umum digunakan adalah
peralatan tangan. Peralatan tangan adalah peralatan seperti alat potong dan
alat pengikis yang pada dasarnya digunakan secara umum untuk membuat dan
membersihkan ilaran dan memadamkan api dengan lumpur/tanah. Peralatan tangan
yang paling umum digunakan adalah sebagai berikut : kapak mata satu, gergaji
tangan, chain saw, pompa punggung, kapak mata dua, sekop, pengait semak dan
kepyok (pemukul api).
Tenaga pemadam kebakaran hutan
hendaknya masing-masing membawa satu alat pada waktu pemadaman api.
- Keselamatan
Pemadaman kebakaran hutan adalah
tugas yang berbahaya. Setiap tindakan pencegahan hendaknya diambil untuk
menghindari kecelakaan anggota regu pemadam. Di bawah ini beberapa petunjuk
yang dapat diikuti untuk menghindari kecelakaan:
- Regu
pemadam harus mempunyai kondisi kesehatan mental dan fisik yang baik.
- Regu
pemadam harus dilengkapi dengan perlengkapan P3K.
- Regu
pemadam terdepan harus menggunakan baju tahan api, mengenakan topi/helm
yang kuat, sepatu boot serta masker.
- Fasilitas
untuk minum regu harus ada. Setiap anggota regu harus membawa air minum
masing-masing tetapi harus dihemat.
- Berhati-hati
dan selalu siap untuk melindungi diri sendiri jika sewaktu-waktu
penyebaran api yang tidak diharapkan, dengan menggunakan arah pelarian
yang sudah diketahui sebelumnya.
- Tetap
memperhatikan dengan seksama pada material yang mudah menyala, materi
terbakar yang diperkirakan mudah jatuh atau menggelinding.
- Tindakan
harus diambil untuk melindungi peralatan contohnya, kehati-hatian tetap
dijaga sepanjang waktu agar keadaan tidak terjebak. Jangan tinggalkan
peralatan dekat dengan kebakaran.
- Untuk
tindakan penyelamatan mungkin perlu untuk memisahkan antara penyimpanan
minyak (bensin, solar dll) dengan air, baik warna, tempat maupun
penempatannya. Pewarnaan tempat yang direkomendasikan adalah:
- bensin
= merah tua
- air
minum = hijau
- solar
= oranye
- air-air lain = kuning
- MASALAH
DAN PENANGANANNYA
- Kebakaran Pada Kayu Bulat
Seandainya kayu bulat terbakar,
pertama kali yang dilakukan adalah dinginkan pada bagian terpanas (menganga).
Dapat dilakukan dengan menyiramkan tanah/lumpur dengan sekop. Segera gali tanah
di sekeliling kayu bulat, hal ini dilakukan untuk menghindari merembetnya api
ke serasah di sekitarnya. Ilaran ditempatkan pada jarak yang cukup dari kayu
bulat untuk mendapatkan kenyamanan kerja.
Seandainya kebakaran terjadi pada
lereng yang curam, parit dibuat pada bagian yang lebih rendah untuk menangkap
material-material kecil yang jatuh ke bawah. Jika mungkin, kayu bulat tersebut
hendaknya diguling-gulingkan dan dipindahkan sedapat mungkin ke bawah untuk
mencegah meluncurnya kayu tersebut dan menyebarkan api. Jika tidak mungkin,
agar tidak menggelinding, halangi dengan batu-batu atau gelindingkan ke parit
yang sudah disiapkan sebelumnya. Jika terlalu berat dianjurkan membuat parit di
bawah kayu tersebut.
Setelah api mulai padam dan
mendingin, kayu tersebut dibelah-belah atau digergaji pada bagian yang tidak
berapi. Pekerjaan ini harus dilakukan secara hati-hati agar percikan api tidak
menyebabkan kebakaran pada areal yang lain. Seandainya tersedia air yang cukup
dapat disemprotkan pada bagian arang yang masih membara atau bagian-bagiannya.
Jika tidak tersedia cukup air maka manfaatkan tanah atau lumpur untuk semua
aktivitas pemadaman. Jika terdapat beberapa kayu bulat yang terbakar,
disarankan untuk membersihkan areal tersebut dari potongan-potongan ranting
atau serpihan-serpihan lainnya. Dalam pekerjaan Mop-Up, semua areal yang
terbakar dan bagian-bagian kayu bulat yang terbakar harus dilihat secara
hati-hati dengan memperhatikan asap yang masih mengepul dan diperlukan
pengetesan bara api dengan tangan. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa
kebakaran benar-benar telah dipadamkan. Hal tersebut harus diketahui secara
pasti sebelum meninggalkan areal.
- Api Pada Pohon yang Mati
Pohon-pohon mati dalam proses
pembusukan adalah potensial untuk terbakar. Sebuah pohon mati terbakar dapat
membahayakan pohon-pohon lain karena sebaran dan percikan apinya dapat
menjangkau jarak yang jauh. Biasanya dilakukan pemotongan, namun jika tidak
mungkin maka disarankan untuk membersihkan semak-semak di bawahnya. Tindakan
selanjutnya adalah mengawasi kalau-kalau ada bagian pohon yang jatuh.
Dan segera setelah bagian pohon
tumbang/patah tindakan seperti dalam penanggulangan kayu bulat di atas dapat
dilakukan. Setiap jengkal material yang terbakar harus dipadamkan. Pencarian
secara seksama pada api-api yang ditimbulkan akibat percikan dari pohon mati
tetap dilakukan.
Pada umumnya pohon mati yang
terbakar dipotong. Tetapi jika api dekat dengan permukaan maka cukup dipadamkan
saja dengan air atau tanah tanpa memotongnya.
Sementara sedang memotong pohon
mati, semua pohon-pohon kecil yang menutupi hendaknya disingkirkan. Dengan cara
yang sama, semua cabang-cabang pohon besar juga disingkirkan. Tindakan
terpenting adalah mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah kebakaran tajuk.
- Api Pada Tonggak Pohon
Seandainya sebuah tonggak besar
terbakar dan api telah menyebar ke permukaan, maka ilaran api segera dibuat,
untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Pendinginan segera dilakukan dengan
menutupinya dengan tanah (pakai sekop). Tindakan lanjutannya adalah dengan
memadamkan seluruh apinya.
- Kebakaran Rumput atau Bahan
Bakar Campuran
Rumput adalah bahan bakar yang mudah
berubah karena kondisi cuaca. Rumput cepat mengering dan akan menunjukkan
tanda-tanda akan terbakar. Rumput kering dan mati sangat cepat tersulut dan
akan terbakar dengan cepatnya, khususnya rerumputan yang tumbuh rapat.
Kebakaran rumput akan membakar areal yang luas dan kita tak cukup waktu untuk
memadamkannya jika tidak dikontrol sesegera mungkin. Angin dan kemiringan akan
mempercepat penjalaran api. Namun demikian kebakaran rumput tidak terlalu
panas, dan dalam tempo singkat sudah dingin.
Kebakaran rumput dapat dikendalikan
juga dengan menggunakan tanah/pasir dengan menggunakan sekop. Mungkin juga
dapat dibuat ilaran dengan bekerja secara langsung pada sisi-sisi api. Beberapa
bahan bakar yang tidak terbakar antara ilaran dan rumput yang terbakar harus
dibakar habis.
Rerumputan yang lebih tinggi (perdu)
biasanya menutupi areal yang luas pada lahan-lahan bekas terbakar, atau
lahan-lahan yang bekas dibabad. Bentuk kebakarannya mirip dengan kebakaran
rumput, hanya biasanya lidah apinya lebih besar dan berasap lebih banyak.
Pemadamannya dapat dilakukan secara langsung pada sisi-sisi apinya. Kepyok,
sekop dan pemotong dapat digunakan untuk pemadam.
Ketika kebakaran semak menjalar ke
arah bukit-bukit, maka mulailah bekerja dari ekor api/bagian belakang kebakaran
dan kemudian bergerak melalui sisi-sisi api mencapai puncak punggung bukit.
Serangan secara langsung dapat dilaksanakan pada muka api di puncak punggung
bukit tetapi api harus dikendalikan sebelum api menyeberang ke sisi bukit lain.
Semak-semak/perdu adalah bahan bakar
yang mudah menyala dan tidak memakan waktu lama untuk terbakar secara luas,
oleh karena itu dapat dilaksanakan pekerjaan Mop-Up dengan cepat, tetapi
beberapa bahan bakar lain seperti kayu-kayu lapuk, tonggak, kayu bulat atau
bahan bakar berat lainnya memerlukan perlakuan khusus. Pada kasus-kasus
tertentu adalah sangat penting untuk secara tepat mengadakan penilaian
kebakaran sehingga dapat menentukan lokasi-lokasi berbahaya dan prioritas
penyerangannya. Masing-masing lokasi berbahaya harus dapat diperlambat
penyebarannya atau ancaman penyebarannya.
- Kebakaran pada Hutan Pinus
Kebakaran pada hutan pinus dapat
terjadi setiap saat, tidak terbatas pada musim kemarau. Hal ini disebabkan
seluruh bagian pohon pinus mengandung getah yang mudah terbakar. Di samping itu
serasah daun pinus cepat kering dan sulit melapuk sehingga menjadikannya bahan
yang mudah terbakar.
Kebakaran pada hutan pinus
kemungkinan terjadi tiga jenis kebakaran yaitu : kebakaran bawah, kebakaran
tajuk atau keduanya secara bersamaan.
Pengendalian pada kebakaran bawah
dapat dilakukan dengan teknik mop-up. Pengendalian kebakaran tajuk dapat
dilakukan dengan pembuatan ilaran api, dengan cara menebang pohon secara
mekanis yang berada dalam jaur ilaran. Pengendalian kebakaran bawah dan
kebakaran tajuk secara bersamaan dapat dilakukan dengan kombinasi antara mop-up
dan ilaran api, seandainya terpaksa dan telah melalui beberapa pertimbangan
dapat dilakukan bakar balas.
Kebakaran hutan pinus pada daerah
datar, kemungkinan akan lebih mudah untuk dikendalikan, tetapi kebakaran di
daerah lereng curam memerlukan tenaga, biaya peralatan dan keahlian yang
memadai.
Apabila terjadi kebakaran pada hutan
pinus di daerah berlereng curam, maka teknik pengendaliannya antara lain sebagai
berikut:
- Ilaran
api dibuat di belakang bukit pada lereng yang berlawanan arah dengan
datangnya api utama. Ilaran ini dibuat tidak terlampau jauh dari puncak
bukit.
- Pilih
titik taut berupa penghalang alami seperti jalan setapak, alur-alur
sungai, tebing batu, bekas tanah longsor atau areal bekas kebakaran,
untuk menghubungkan ilaran yang dibuat.
- Perhatikan
cabang-cabang, tonggak-tonggak atau pohon-pohon mati yang berada dalam
ilaran dan diperkirakan dapat merambatkan api harus dibersihkan.
- Setelah ilaran api selesai, dilakukan bakar balas dengan cara sebagai berikut:
- Pembakaran dimulai pada titik taut, yaitu titik yang terbentuk antara ilaran api yang dibuat dengan ilaran api alami (jalan, sungai dan sebagainya).
- Pembakaran
kedua dilakukan pada pinggiran ilaran yang berhadapan dengan api
utama/kepala api.
- Pembakaran
berikutnya sepanjang sisi-sisi api menuruni bukit.
- Apabila
api utama berkembang menjadi jari-jari api, maka pembakaran diarahkan
ke jari-jari api tersebut.
- Bakar
balas diusahakan dengan cepat dan terus-menerus dan jangan berhenti
ditengah-tengah.
Sumber :
Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dati I Sumatera Utara (http://www.dephut.go.id/INFORMASI/PROPINSI/SUMUT/Pd_Bkr_Hut.html)
Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dati I Sumatera Utara (http://www.dephut.go.id/INFORMASI/PROPINSI/SUMUT/Pd_Bkr_Hut.html)
No comments:
Post a Comment