Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design: Kisi Karunia
Base Code: Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, 6 March 2017

Wildlife World Day- Perlindungan kesehatan hewan, kesehatan manusia dan keanekaragaman hayati

Tahun ini Wildlife World Day memberikan kesempatan untuk mencatat pentingnya pemantauan, pencegahan dan pengendalian penyakit satwa liar untuk menjaga keanekaragaman hayati dan kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan di seluruh dunia.

Dalam mandatnya, peningkatan kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan di seluruh dunia, OIE telah terlibat aktif dalam pengawasan dan perlindungan satwa liar dan keanekaragaman hayati sejak tahun 1980-an.

Hewan di alam liar merupakan penjaga kesehatan dunia.  Bisa menjadi sasaran maupun reservoir penyakit yang mampu menginfeksi hewan domestik dan manusia:
Satwa liar dapat menularkan penyakit tetapi satwa liar sendiri bisa menjadi korban.  Untuk menyusun langkah-langkah pengendalian yang tepat perlu dilakukan peningkatan pengetahuan tentang (a) penyakit menular kepada satwa liar dan (b) cara di mana satwa liar dapat menularkan dan tertular ke dan dari hewan domestik dan manusia.

Namun, mendeteksi dan mengendalikan penyakit pada satwa liar akan berhadapan dengan banyak tantangan. Gejala dan tanda-tanda penyakit yang sering tidak sejelas seperti yang dialami oleh  hewan ternak.  Spesimen satwa liar lebih sulit untuk dikumpulkan dan dianalisis di laboratorium. Selain itu, karena banyak binatang liar yang bermigrasi dan tidak mengenal batas-batas yurisdiksi, pelacakan dan pengawasan dapat sangat rumit.

Hubungan antara hewan ternak dan hewan liar bisa menjadi begitu dekat.  Penyakit dapat dengan mudah menular di antara kedua jenis hewan tersebut. Dampak penyakit terhadap satwa liar juga dapat mempengaruhi lingkungan.

Seperti halnya dari wabah terakhir Peste des Petites Ruminansia (PPR), di Mongolia, ketika beberapa 900 Saiga antelop ditemukan mati di Khovd, provinsi di bagian barat Mongolia. Sampel yang diambil dari bangkai menunjukkan hewan positif untuk PPR, telah menimbulkan kematian hingga 90 persen dari hewan yang terinfeksi.  Satwa liar telah dianggap berpotensi rentan terhadap PPR tetapi tidak pernah mengalami seperti wabah besar untuk penyakit ini. Beberapa infeksi PPR telah didokumentasikan pada hewan liar seperti kambing tetapi tidak pada spesies kijang ini.  Investigasi yang sedang berlangsung pada situasi tersebut menjelaskan penyebab kasus ini diduga berasal dari hewan domestik yang digembalakan di area penggembalaan umum.  Di sisi lain, situasi ini juga menyoroti bahwa PPR dapat ditemukan di satwa liar dan satwa liar ini  ini berpotensi menimbulkan risiko sebagai sumber infeksi bagi ternak. Para ilmuwan juga telah membuat hipotesis bahwa menipisnya sumber daya rumput untuk satwa liar melalui tekanan dari ternak di lingkungan yang lemah bisa berkontribusi kerentanan antelop Saiga terserang PPR.  Informasi lebih lanjut di sini: Alarm sebagai wabah mematikan membunuh kijang langka Mongolia.

Bovine Tuberculosis (TB) merupakan contoh yang baik dari hubungan kuat antara kesehatan satwa liar, hewan domestik dan manusia.  Infeksi TB pada satwa liar menjadi perhatian besar di negara-negara seperti Inggris, Selandia Baru dan Perancis. Bukti bahwa hewan liar seperti babi hutan, rusa merah, possum sikat-ekor atau musang terinfeksi dari sapi diaktifkan serangkaian penelitian untuk menentukan apakah hewan seperti itu hanya korban infeksi tumpahan dari hewan domestik atau bisa memainkan peran dalam pemeliharaan infeksi dan bisa kembali menginfeksi ternak.  Di Afrika pada bulan November 2016, TB didokumentasikan pada lebih dari 16 jenis satwa yang berbeda, meningkatkan potensi berdampak penting pada keanekaragaman hayati. Di Asia Selatan dan Tenggara, infeksi Bovine Tuberculosis ditularkan dari manusia ke gajah pekerja Asia. Dengan demikian, dalam sistem satwa liar multi-spesies, atau dalam situasi satwa liar- dekat manusia, infeksi TBC berpotensi berdampak pada keanekaragaman hayati.

Dalam menanggapi kebutuhan meningkatkan pengetahuan penyakit pada satwa liar serta pada hewan domestik, OIE memperkenalkan informasi untuk mengidentifikasi spesies satwa liar dari pada epidemiologi yang signifikan pada masing-masing penyakit yang tercantum dalam standar internasional.  Selain itu, daftar penyakit yang penting bagi satwa liar telah diidentifikasi, dan Delegasi Negara Anggota OIE diminta untuk secara sukarela melaporkan kejadinya pada setiap akhir tahun.

Untuk mengaktifkan upaya ini, jaringan informasi OIE, terdiri dari focal point satwa liar di 180 Negara Anggota serta Pusat Referensi OIE, didukung oleh Kelompok Kerja internasional OIE satwa liar yang terdiri dari para ilmuwan dengan keahlian di bidang ini.  Kelompok Ilmuwan mengulas penyakit hewan liar yang terjadi pada dunia hewan liar, hewan ternak, hewan gembalaan, dan hewan buruan, yang dapat mempunyai dampak besar pada populasi ini dan juga pada hewan ternak, termasuk unggas dan juga kesehatan masyarakat.


Sumber: OIE / F.Diaz

No comments: