Tahun ini Wildlife World Day memberikan kesempatan untuk mencatat pentingnya pemantauan,
pencegahan dan pengendalian penyakit satwa liar untuk menjaga keanekaragaman
hayati dan kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan di seluruh dunia.
Dalam mandatnya, peningkatan kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan di seluruh
dunia, OIE telah terlibat aktif dalam pengawasan dan perlindungan satwa liar
dan keanekaragaman hayati sejak tahun 1980-an.
Hewan di alam liar merupakan
penjaga kesehatan dunia. Bisa menjadi
sasaran maupun reservoir penyakit yang mampu menginfeksi hewan domestik dan
manusia:
Satwa liar dapat menularkan
penyakit tetapi satwa liar sendiri bisa menjadi korban. Untuk menyusun langkah-langkah pengendalian
yang tepat perlu dilakukan peningkatan
pengetahuan tentang (a) penyakit menular kepada satwa liar dan (b) cara di mana
satwa liar dapat menularkan dan tertular ke dan dari hewan domestik dan manusia.
Namun, mendeteksi dan
mengendalikan penyakit pada satwa liar akan berhadapan dengan banyak tantangan.
Gejala dan tanda-tanda penyakit yang sering tidak sejelas seperti yang dialami
oleh hewan ternak. Spesimen satwa liar lebih sulit untuk
dikumpulkan dan dianalisis di laboratorium. Selain itu, karena banyak binatang
liar yang bermigrasi dan tidak mengenal batas-batas yurisdiksi, pelacakan dan
pengawasan dapat sangat rumit.
Hubungan antara hewan ternak
dan hewan liar bisa menjadi begitu dekat. Penyakit dapat dengan mudah menular di antara kedua
jenis hewan tersebut. Dampak penyakit terhadap satwa liar juga dapat mempengaruhi
lingkungan.
Seperti halnya dari
wabah terakhir Peste des Petites
Ruminansia (PPR), di Mongolia, ketika beberapa 900 Saiga antelop ditemukan mati di Khovd, provinsi di bagian barat
Mongolia. Sampel yang diambil dari bangkai menunjukkan hewan positif untuk PPR,
telah menimbulkan kematian hingga 90 persen dari hewan yang terinfeksi. Satwa liar telah dianggap berpotensi rentan
terhadap PPR tetapi tidak pernah mengalami seperti wabah besar untuk penyakit
ini. Beberapa infeksi PPR telah didokumentasikan pada hewan liar seperti
kambing tetapi tidak pada spesies kijang ini. Investigasi yang sedang berlangsung pada
situasi tersebut menjelaskan penyebab kasus ini diduga berasal dari hewan domestik yang
digembalakan di area penggembalaan umum. Di sisi lain, situasi ini juga menyoroti bahwa
PPR dapat ditemukan di satwa liar dan satwa liar ini ini berpotensi menimbulkan risiko sebagai
sumber infeksi bagi ternak. Para ilmuwan juga telah membuat hipotesis bahwa
menipisnya sumber daya rumput untuk satwa liar melalui tekanan dari ternak di
lingkungan yang lemah bisa berkontribusi kerentanan antelop Saiga terserang
PPR. Informasi lebih lanjut di sini: Alarm sebagai wabah mematikan membunuh kijang
langka Mongolia.
Bovine
Tuberculosis (TB) merupakan contoh yang baik dari
hubungan kuat antara kesehatan satwa liar, hewan domestik dan manusia. Infeksi TB pada satwa liar menjadi perhatian
besar di negara-negara seperti Inggris, Selandia Baru dan Perancis. Bukti bahwa
hewan liar seperti babi hutan, rusa merah, possum sikat-ekor atau musang
terinfeksi dari sapi diaktifkan serangkaian penelitian untuk menentukan apakah
hewan seperti itu hanya korban infeksi tumpahan dari hewan domestik atau bisa
memainkan peran dalam pemeliharaan infeksi dan bisa kembali menginfeksi ternak.
Di Afrika pada bulan November 2016, TB
didokumentasikan pada lebih dari 16 jenis satwa yang berbeda, meningkatkan
potensi berdampak penting pada keanekaragaman hayati. Di Asia Selatan dan
Tenggara, infeksi Bovine Tuberculosis
ditularkan dari manusia ke gajah pekerja Asia. Dengan demikian, dalam sistem
satwa liar multi-spesies, atau dalam situasi satwa liar- dekat manusia, infeksi
TBC berpotensi berdampak pada keanekaragaman hayati.
Dalam menanggapi
kebutuhan meningkatkan pengetahuan penyakit pada satwa liar serta pada hewan
domestik, OIE memperkenalkan informasi untuk mengidentifikasi spesies satwa
liar dari pada epidemiologi yang signifikan pada masing-masing penyakit yang
tercantum dalam standar internasional. Selain
itu, daftar penyakit yang penting bagi satwa liar telah diidentifikasi, dan
Delegasi Negara Anggota OIE diminta untuk secara sukarela melaporkan kejadinya pada
setiap akhir tahun.
Untuk
mengaktifkan upaya ini, jaringan informasi OIE, terdiri dari focal point satwa liar di 180 Negara
Anggota serta Pusat Referensi OIE, didukung oleh Kelompok Kerja internasional OIE
satwa liar yang terdiri dari para ilmuwan dengan keahlian di bidang ini. Kelompok Ilmuwan mengulas penyakit hewan liar yang
terjadi pada dunia hewan liar, hewan ternak, hewan gembalaan, dan hewan buruan,
yang dapat mempunyai dampak besar pada populasi ini dan juga pada hewan ternak,
termasuk unggas dan juga kesehatan masyarakat.
Sumber: OIE / F.Diaz
No comments:
Post a Comment