Pada tanggal 31 Maret 2013
Otoritas Republik Rakyat Cina melaporkan pertama kali Timur kepada Organisasi
Kesehatan Dunia tiga kasus manusia terinfeksi dengan Influenza strain A baru
(H7N9) di Cina bagian, sesuai ketentuan Regulasi Kesehatan Internasional
(International Health Regulations, WHO 2007)
Tiga orang yang terinfeksi
meninggal setelah memperlihatkan gejala penyakit pada saluran pernapasan dari
gejala yang ringan hingga berat termasuk pneumonia (radang paru-paru) yang
parah. Sejak saat itu, hampir setiap
hari dilaporkan kasus baru oleh Kementerian Kesehatan Cina. Sementara itu sumber penyebab A (H7N9) belum
bisa dikonfirmasi, surveilans virus kasus besar memperlihatkan bukti terdapat
infeksi pada ayam, itik dan merpati. Dan
juga telah ditemukan postif sampel yang diperoleh dari lingkungan di beberapa
pasar unggas hidup.
Sejauh ini belum ditemukan kasus
pada burung liar dan babi. Cara infeksi
pada manusia dipercayai melalui rute oro-paryngeal
route, yang bisa menyebabkan gejala klinis dari sub-klinis hingga ringan dan
bisa menyebabkan pneumonia yang parah.
Angka kematian diperkirakan
mencapai 20%.
Virus Influenza A (H7N9) ini unik
karena tidak menyebabkan penyakit atau penurunan produksi pada populasi unggas
tetapi telah menimbulkan infeksi yang berat pada manusia. Jadi low pathogenic Influenza A(H7N9) ini
mempunyai potensi yang besar menyebar luas di peternakan unggas tanpa
terdeteksi.
Sampai saat ini belum ada bukti
terdapat penularan dari manusia ke manusia yang berlanjut.
Analisis secara Laboratorium
terhadap genetik yang membentuk virus ini menjadi perhatian utama. Rangkaian genetiknya berasal dari paling
sedikit 4 virus avian inflliuenza, dan telah menunjukan mempunyai kecocokan
pada sel mamalia. Maka dari itu, spesies
hewan mamalia berpotensi terinfeksi dan menjadi reservoir kedua.
Data surveilans dan epidemiologi
menunjukan bahwa virus ini terdapat pada level tinggi dalam lingkungan pasar
unggas hidup (terutama pada pasar besar).
Sumber besar virus di pasar adalah unggas domestik yang dibawa dari
berbagai peternakan kemudian tersebar keluar dari pasar.
Pasar unggas hidup tampaknya
menjadi sumber utama penyebaran virus ke manusia. Ini merupakan asumsi awal berdasarkan
keterbatasan data,
Hal ini belum cukup dapat ditekankan
karena masih terdapat kesenjangan pengetahuan yang signifikan mengenai sumber
virus dari hewan dan distribusi secara geografik.
Pemerintah RRC telah merespon
situasi ini dengan mengimplementasikan berbagai macam peraturan termasuk
pengafkiran dan kompensasi, penutupan pasar unggas hidup, pelarangan lalulintas
unggas dari provinsi tertular.
Palarangan ini telah menimbulkan dampak negatif pada poduksi unggas. Kerugian baik pada penyakit pada manusia
maupun kehilangan kehidupan, kerugian secara ekonomi, pada tiga minggu pertama
sejak kasus virus baru ini ditotal diperkirakan sekitar 1,6 milyar USD.
Akan tetapi pelaksanaan kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah RRC telah menghasilkan dampak positif, kasus pada
manusia telah mengalami penurunan secara signifikan setelah dilakukan penutupan
pasar unggas hidup di daerah Shanghai.
Untuk pencegahan penyebaran virus H7N9 ini telah diselenggarakan diskusi Tehnik dan Kebijakan pada Pencegahan dan
Pengendalian Avian Influenza A (H7N9) di Asia bertempat di bangkok tanggal 24-25 Juni 2013.
No comments:
Post a Comment