Oleh
Patricia R. L. Tobing
(Technical Support Manager Divisi Center of Research & Development PT. Indofood Sukses Makmur)
Pameran Foodex biasa dilaksanakan setiap tahun sekali. Pameran diselenggarakan di Soga, Makuhari Messe dan berlangsung dari 3 hingga 6 Maret 2009. Panitia menyediakan 8 buah hall besar yang terbagi atas daerah pameran internasional (sebanyak 5 hall) dan daerah pameran khusus produk-produk industri pangan Jepang sebanyak 3 hall. Pameran kali ini diikuti oleh kurang lebih 74 negara yang masing-masing terdiri dari beberapa perusahaan pangan, asosiasi pertanian, asosiasi peternakan dan pemerintah daerah dari beberapa negara yang memamerkan produk-produk pangan hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan yang dihasilkan. Jepang sendiri sebagai tuan rumah menyediakan area khusus produk –produk lokal, baik dari perusahaan pangan modern maupun dari industri kecil termasuk pangan tradisional Jepang.
Perusahaan produsen kemasan pangan juga ikut memamerkan hasil produksinya yang berbahan dasar plastik, tradisional rotan maupun kemasan kertas. Bahan kemasan ini lebih mengarah kepada kemasan makanan tradisional Jepang. Pameran kali ini juga memberi tempat khusus bagi produk-produk baru unggulan yang berasal dari Jepang dan dari perusahaan Internasional lainnya. Produk-produk ini dipamerkan pada displai khusus yang terletak di depan pintu masuk ke hall besar. Setiap paviliun mempresentasikan produk pangannya dengan cara-cara yang menarik, ada yang membagikan produk yang langsung bisa dikonsumsi, ada yang menyediakan juru masak yang mendemo cara memasak dan mempersiapkan produk. Negara Tunisia mempromosikan minyak zaitun dengan mengadakan demo masak masakan Tunisia dan setelah itu membagi-bagikan masakan hasil demo kepada pengunjung secara gratis. Paviliun Thailand membuat moto “kitchen of the world” dan menyediakan tempat masak dan juru masak yang mendemo produk-produk yang dipamerkan. Demikian pula dengan paviliun Amerika, Meksiko, Korea, dan Jepang menyediakan stand demo masak. Beberapa stand minuman dari Jepang bahkan membuat panel organoleptik melalui pengunjung stand yang bersedia mencoba produk sambil mengisi kuesioner yang disediakan. Sebagai imbalan, panelis diberikan produk gratis.
Keterlibatan Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara peserta pameran yang menempati sebuah paviliun khusus dan kali ini merupakan pameran Foodex Jepang yang diikuti oleh Indonesia untuk pertama kali. Kedutaan besar Indonesia di Jepang memfasilitasi keikut-sertaan Indonesia berpameran di bawah koordinasi ITPC (Indonesian Trade Promotion Center) yang dikepalai oleh atase perdagangan Indonesia di Jepang, Tulus Budhianto. Duta besar Indonesia di Jepang, Jusuf Anwar memutuskan untuk mengikut-sertakan perusahaan pangan Indonesia pada pameran ini dan untuk kali ini peserta Indonesia diarahkan sebagian besar untuk UKM atau industri kecil yang memiliki produk yang potensial dan dapat memenuhi permintaan masyarakat Jepang. Salah satu pertimbangan untuk berpameran adalah dampak krisis ekonomi global tidak mengurangi pengeluaran masyarakat Jepang untuk produk pangan terutama produk pangan alternatif yang tetap memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan dengan harga yang kompetitif. Sedangkan pengeluaran untuk otomotif, elektronik dan pariwisata sebagai kebutuhan sekunder sangat berkurang secara signifikan. Diharapkan pameran ini dapat membuka peluang bagi produk pangan hasil karya UKM dan industri kecil Indonesia untuk bisa diterima oleh masyarakat Jepang dengan mutu dan harga yang memadai. Beberapa perusahaan asal Indonesia yang mengikuti pameran ini pada tahun sebelumnya mendaftarkan perusahaannya melalui JETRO atau Japan External Trade Organization, sebuah organisasi yang mempromosikan kerjasama perdagangan dan investasi antara negara Jepang dan negara-negara lainnya.
Sebanyak 7 peserta perusahaan pangan, koperasi wanita, importir makanan Indonesia yang berada di Jepang dan UKM dari Indonesia mengikuti pameran pada stand Indonesia. Produk yang dipamerkan berupa bumbu-bumbu pasta masakan Indonesia, sambal bajak, kecap, makanan ringan seperti emping melinjo, hasil penggorengan vakum dari nangka, salak dan nanas, minuman serbuk jahe, teh rosela (Hibiscus sabdariffa), jus buah noni (Morinda citrifolia), ekstrak buah merah (Pandanus conoideus), virgin coconut oil (di Jepang disebut extract virgin coconut oil) dan produk nata de coco.
Minat masyarakat Jepang terhadap produk-produk yang dipamerkan sangat besar walaupun stand pameran kita relatif kecil dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini terlihat dari jumlah pengunjung stand Indonesia per hari sebanyak kurang lebih 250-300 orang. Lokasi stand Indonesia yang strategis di bagian pinggir hall 4 merupakan salah satu keuntungan sehingga pengunjung yang akan berpindah dari hall 5 ke hall 4 pasti melewati paviliun Indonesia, demikian pula sebaliknya. Negara Cina menempati paviliun yang berukuran sangat besar akan tetapi minat pengunjung sangat sedikit. Kepercayaan masyarakat Jepang terhadap pangan asal Cina sangat berkurang mengingat begitu banyaknya isu keamanan pangan yang terjadi belakangan ini. Brosur dan leaflet dalam bahasa Jepang merupakan salah satu hal yang penting untuk menarik perhatian pengunjung, demikian pula dengan fasilitas penterjemah bahasa Jepang. Pengunjung asal Jepang yang pernah tinggal di Indonesia pasti menyempatkan diri untuk mampir ke paviliun Indonesia untuk mencicipi makanan dan minuman Indonesia sambil bernostalgia, di antaranya adalah Professor K. Katoh, PhD. yang pernah bekerja pada JICA pada tahun 1982-1985 pada saat kerjasamanya dengan IPB.
Konsep produk pangan
Banyak hal yang menarik dari produk-produk yang dipamerkan berupa konsep produk, jenis tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan, konsep berpromosi, jenis kemasan produk, dan inovasi lainnya yang dilakukan pada beberapa negara. Produk yang terasa biasa di suatu negara bisa berubah menjadi luar biasa di negara lain karena keberadaan produk tersebut yang susah didapatkan. Beberapa contoh konsep dan produk yang bisa dijadikan ide bagi produsen pangan maupun buah-buahan dan sayuran di Indonesia adalah sebagai berikut:
Ubi merah panggang dan diekspor dalam keadaan dingin beku dari Taiwan. Salah satu peserta dari sebuah provinsi di negara Taiwan memamerkan ubi merah panggang yang dikemas dalam aluminium foil dan dibekukan. Konsep ini sangat cocok untuk mempromosikan ubi merah dari Cilembu Jawa Barat yang terkenal dengan rasanya yang sangat manis. Menurut Atase Pertanian Indonesia di Jepang, Pudjiatmoko, saat ini sudah ada produk ubi ungu dari kota Malang yang diimpor ke Jepang secara rutin. Demikian pula dengan talas Jepang atau Satoimo (Colocasia esculenta var. antiquorum) yang dibudi-dayakan di Indonesia melalui panduan dari importir Jepang; produk ini telah menjadi salah satu makanan favorit di Jepang yang mengandung serat pangan dalam jumlah memadai untuk kesehatan. Produk-produk pertanian seperti ini kurang mendapat tempat di Indonesia akan tetapi di Jepang sangat dihargai.
Snack sayuran ~ penggorengan vakum. Kemasan keripik sayuran berisi macam-macam jenis sayur yang digoreng dengan metode penggorengan vakum, terdiri dari buncis, wortel, labu parang, terong, ubi ungu yang diiris tipis.
Minuman serbuk instan natural dari jeruk nipis dan pandan. Salah satu perusahaan minuman bubuk instan dari Thailand membuat bubuk alami dari tanaman daun pandan, jahe, asam jawa, jeruk nipis dan mencantumkan klaim ‘produk alami’. Produsen minuman serbuk sudah banyak di Indonesia sehingga bisa bersaing di pasar International. Nilai tambah dengan klaim ‘organik’ banyak digunakan pada beberapa produk makanan dan minuman.
Produk minuman dari Rosela (Hibiscus sabdariffa). Di Indonesia sudah banyak beredar teh rosela, sirup rosela yang dihasilkan oleh industri kecil UKM sedangkan bentuk jam belum ada yang memasarkan. Kesulitan bagi UKM di Indonesia adalah kesinambungan pasokan bunga Rosela yang belum dibudi dayakan secara komersial. Beda produk dari Indonesia dengan yang diproduksi di Jepang adalah pada kemasan dan cara promosi atau pemasaran. Posisinya sebagai minuman yang mengandung banyak antioksidan menjadi nilai tambah sehingga kesan desain kemasan dibuat berkesan sehat dan bersih dengan klaim-klaim meningkatkan daya tahan tubuh. Suplai rosella kering ke Jepang juga merupakan salah satu peluang potensial bagi usaha perkebunan di Indonesia.
Klaim-klaim produk yang dipromosikan adalah no artificial flavors,no cholesterol, no trans fat, made with real vegetables,made with whole grain, low in saturated fat, source of f ibre, no preservatives, natural antioxidant, high in monosaturates, certified organics, low in sodium, gluten free, high fibre snack, nuts free dan pernyataan sertifikat internasional dari HACCP, BRC, ISO, organic, non GMO. Semua pernyataan atau klaim-klaim tersebut digunakan juga sebagai garansi bahwa produk yang dibuat aman bagi kesehatan dan bermutu. Industri kecil yang ingin bersaing di pasar global perlu mengetahui tentang tuntutan mutu yang diminta oleh konsumennya.
Jus lidah buaya atau aloe vera yang diberi perasa buah-buahan dan air kelapa segar dalam botol Plastik PET. Aloe vera atau lidah buaya sudah mendapat tempat sebagai bahan baku fungsional di jepang sehingga beberapa produsen minuman pada beberapa negara termasuk Indonesia juga menawarkan aloe vera sebagai komponen padat, ada pula yang membuat jus dan diberi perasa buah-buahan.
Wine brewing dari buah-buahan selain anggur seperti Bokbunja berry (dari Korea),
Salad topping atau taburan berupa granul kering seperti bawang goreng, crouton atau roti kering, bawang putih goreng, cereal mix, campuran kacang dan buah kering, taburan granul keju kering. Bisa menjadi taburan untuk nasi, sup, mi goreng, dan lain-lain.
Dari pameran ini, Indonesia, yang amat kaya dengan hasil pertanian, perkebunan, pertanian dan perikanan didukung dengan lahan yang amat luas dan tanah yang subur, patut bersyukur dan bekerja lebih cermat lagi dalam mengembangkan hasil-hasil bumi dan selanjutnya mengolahnya menjadi bahan pangan yang disukai, bergizi, sehat dan aman bagi konsumsi lokal maupun global. Masih banyak konsep produk yang bisa ditiru untuk meningkatkan mutu produk pangan Indonesia sehingga bisa dikenal oleh konsumen Internasional. Industri pangan perlu diperkuat dengan sistem jaminan mutu maupun sertifikat pengontrolan mutu yang dituntut oleh konsumen Internasional seperti GMP, HACCP, ISO dan lain sebagainya. Dari produk-produk Indonesia yang ada, kita bisa mengikuti pameran berikutnya dengan moto ‘Indonesia feed the world’.
Sumber: Food Riview, Referensi Industri dan Teknologi Pangan Indonesia
No comments:
Post a Comment