Sunday, 16 December 2012

Peternak super galau, harga itik jatuh 35%


Mewabahnya virus avian influenza (AI) strain baru membuat peternak resah. Akibat faktor psikologis ini membuat harga itik terjerembab hingga 35%.

"Harga itik dijual menjadi Rp 30.000 per ekor saja. Padahal, harga jual di tingkat peternak bisa dihargai Rp 40.000 per ekor," ujar Ketua Umum Himpunan Peternak Unggul Lokal Indonesia (Himpuli) Ade M.Zulkarnaen kepada kabarbisnis.com di Jakarta, Kamis (13/12/2012).

Tidak hanya harga itik yang jatuh, menurut Ade, rerata penjualan itik juga terjerembab hingga 50%. 

Ade menambahkan, keluarnya surat edaran ditjen peternakan dan kesehatan hewan awal Desember lalu kepada seluruh dinas di daerah tidak memberi solusi. Isi surat edaran tersebut di antaranya meminta dinas di daerah segera melakukan depopulasi terbatas di wilayah yang terkena wabah virus AI Clade 2.3.2.

Menurut Ade, peternak itu lebih memilih memotong sendiri itik peliharaannya ketimbang mengukuti ajakan pemerintah melakukan depopulasi terbatas. "Meski harga itik jatuh, peternak masih memegang uang. Tapi, kalau itik dimusnahkan,lalu peternak mendapat kompensasi?"

Informasi sikap reaktif peternak itik itu ditemukan di Kediri, Tulungagung, dan Pasuruan. Ditanya apakah ternak itik yang dipotong para peternak tersebut dapat dijamin tidak terkena virus AI, Ahmad juga tidak dapat menjawabnya.

Prinsipnya, depopulasi terbatas dilakukan terhadap itik yang masih sehat. Namun, lokasi peternakannnya berada zonasi 1 kilometer dengan pertenakan yang terkena wabah AI.

Sebelumnya, Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Pudjiatmoko mengatakan, virus AI baru ini berbeda dengan virus AI yang selama ini endemis di Indonesia sejak 2003 yakni Clade 2.1 sub Clade. 2.1.3 Virus tersebut hanya patogen pada unggas golongan ayam layer, broiler, kampung dan puyuh.

"Kalau virus AI sekarang sub Clade 2.3.2 menyebabkan tingkat kesaktian dan kematian cukup tinggi pada itik. Jenisnya asal virus masih sama H5N1 tergolong Highly Pathogenic Avian Influenza(HPAI)," ujar Pujiatmoko. kbc11

Sumber:

No comments:

Post a Comment