Pengantar Pemurnian Protein: Metode, Teknologi, dan Aplikasi
Teknik pemurnian protein yang maju meningkatkan
aktivitas dan hasil protein, sehingga membuka peluang terobosan dalam
penelitian.
Saat
ini, kemampuan untuk memperoleh protein murni sangat penting untuk
mengembangkan obat yang ditargetkan, membuat vaksin, dan memahami proses
biologis pada tingkat molekuler. Pengembangan dan optimalisasi metodologi
pemurnian protein menjadi semakin penting untuk memenuhi permintaan tinggi
terhadap protein tersebut, sekaligus memastikan bahwa protein bebas dari
kontaminan yang dapat memengaruhi fungsinya.
Teknik pemurnian tingkat lanjut meningkatkan hasil dan
aktivitas protein, sehingga mendukung terobosan dalam penelitian medis dan
aplikasi industri. Perbaikan berkelanjutan dalam metodologi ini memungkinkan
produksi protein berkualitas tinggi yang lebih efisien, hemat biaya, dan mudah
ditingkatkan skalanya, sehingga mendorong inovasi dan penemuan di berbagai
bidang ilmu pengetahuan.
Daftar Isi
Apa itu pemurnian protein?
Seperti apa protokol pemurnian protein yang umum?
- Sumber protein
- Ekstraksi
- Solubilisasi dan stabilisasi
- Pemurnian
- Karakterisasi dan analisis
Metode
ekstraksi protein
- Metode mekanis
- Metode non-mekanis
Teknik
pemurnian protein
- Sentrifugasi
- Presipitasi
- Kromatografi
- Ultrafiltrasi dan dialisis
- Elektroforesis
Ekspresi
protein rekombinan
Pemurnian
protein rekombinan
- Penandaan protein (protein tagging) dan pemurnian afinitas
- Solubilisasi/pelipatan ulang
(refolding)
Analisis
protein
- Penentuan konsentrasi protein
- Analisis kemurnian
- Uji aktivitas
- Analisis struktur
- Pengujian stabilitas
- Analisis kuantitatif
Daftar
pustaka
Penjelasan Daftar Isi
Apa itu pemurnian protein?
Pemurnian
protein adalah proses dalam biologi molekuler dan biokimia yang bertujuan
mengisolasi suatu protein tertentu dari campuran kompleks, yang biasanya
berasal dari sel, jaringan, atau bahan biologis lainnya.¹˒² Proses ini sangat
penting dalam berbagai bidang, termasuk:
- Riset biologi: untuk
menghasilkan reagen seperti enzim dan antibodi yang digunakan sebagai alat
biologi molekuler dalam memahami proses seluler.³
- Diagnostik: protein yang telah
dimurnikan digunakan untuk mengembangkan uji dan tes penyakit.⁴
- Pemantauan
lingkungan: biosensor berbasis protein digunakan untuk mendeteksi
kontaminan.⁵
- Pangan
dan kosmetik: kandungan protein dalam produk makanan dan kosmetik harus
memenuhi standar keamanan tertentu karena risiko reaksi alergi.⁶
- Ilmu
forensik: menggunakan protein untuk mengidentifikasi substansi dalam
investigasi kriminal.⁷
- Pengembangan
biofarmasi: protein yang dimurnikan sangat penting dalam pengembangan dan
produksi obat, termasuk protein terapeutik dan vaksin.⁸
Apa itu protokol pemurnian protein yang khas?
Alur kerja pemurnian protein secara umum melibatkan
beberapa langkah penting untuk mengisolasi dan memurnikan protein target dengan
meminimalkan kontaminan serta memaksimalkan hasil dan aktivitasnya (Gambar 1).
Pendekatan terstruktur ini memastikan isolasi yang efisien dan analisis protein
yang mendetail.
Sumber protein
Protein dapat diisolasi dari jaringan atau sel alami
tempat protein tersebut diekspresikan secara alami. Pendekatan ini digunakan
untuk protein yang sulit diekspresikan secara rekombinan atau untuk mempelajari
protein dalam konteks alaminya.
Sebaliknya, banyak protein diproduksi menggunakan
organisme yang direkayasa secara genetik (lihat bagian “Ekspresi protein
rekombinan”), sehingga memungkinkan hasil yang tinggi dan manipulasi ekspresi
yang lebih mudah.¹˒⁸
Ekstraksi
Tujuan tahap ini adalah memecahkan sel untuk melepaskan
isinya, termasuk protein target. Ekstraksi dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan seperti:
- Disrupsi
mekanis (umum digunakan untuk sel bakteri dan ragi)
- Disrupsi
kimia (dengan deterjen, pelarut organik, atau agen kaotropik)
- Disrupsi enzimatis (untuk
membantu memecah dinding sel, terutama pada sel bakteri)
Metode
lain termasuk siklus pembekuan–pencairan dan pressure cycling yang juga efektif
melisiskan sel.
Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada bagian “Metode
ekstraksi protein”.¹˒⁸
Solubilisasi dan stabilisasi
Tahap ini memastikan bahwa protein tetap larut dan stabil
dalam larutan. Hal ini dicapai dengan menggunakan buffer yang sesuai, inhibitor
protease untuk mencegah degradasi, serta agen lain untuk menjaga kelarutan
protein.
Untuk protein membran, diperlukan deterjen untuk mencegah
agregasi dan/atau presipitasi.¹˒⁸
Pemurnian
Pemurnian bertujuan mengisolasi protein target dari
komponen seluler lainnya. Beberapa teknik utama yang digunakan antara
lain:
i)
Sentrifugasi: memisahkan debris seluler.
ii) Metode presipitasi: mengonsentrasikan protein dengan mengubah kelarutannya.
iii) Teknik kromatografi (afinitas, ion exchange, size exclusion, dan interaksi
hidrofobik): memisahkan protein berdasarkan berbagai sifat (ukuran molekul,
muatan, dll.).
iv) Ultrafiltrasi dan dialisis:
mengonsentrasikan dan mendesalinasi sampel, yang penting untuk aplikasi
lanjutan.
Penjelasan lebih rinci tersedia pada bagian “Teknik
pemurnian protein”.¹˒⁸
Karakterisasi dan analisis
Tahap ini penting untuk memastikan identitas, kemurnian,
dan fungsi protein yang telah dimurnikan. Beberapa metode umum yang digunakan
antara lain:
i) Elektroforesis (SDS-PAGE), untuk menilai kemurnian dan
berat molekul.
ii) Metode spektroskopi (UV-Vis, fluoresensi), untuk menentukan konsentrasi dan
sifat struktur.
iii) Uji aktivitas, untuk memverifikasi integritas fungsional protein.
iv) Teknik lanjutan seperti spektroskopi resonansi magnet inti (NMR),
kristalografi sinar-X, dan spektrometri massa, yang memberikan wawasan
struktural dan fungsional secara mendetail.¹˒⁸
Gambar
1: Alur kerja prosedur pemurnian protein yang khas.
Metode
Ekstraksi Protein
Ekstraksi protein merupakan langkah penting dalam proses
pemurnian, yang melibatkan penghancuran atau pengacakan sel untuk melepaskan
protein. Berbagai metode digunakan bergantung pada jenis sel dan kestabilan
protein target (Gambar 2). Setiap metode memiliki keunggulan dan
keterbatasannya masing-masing, yang akan dibahas di bawah ini.
Mencapai
Pembersihan Agregat yang Unggul dalam Purifikasi mAb
Catatan
aplikasi ini menunjukkan tiga strategi kromatografi berbeda, masing-masing
dioptimalkan untuk membantu mengurangi spesies dengan berat molekul tinggi
hingga ≤2% sambil mempertahankan pemulihan monomer yang tinggi.
Metode
Mekanis
Homogenisasi:
Teknik
ini menggunakan gaya geser mekanis untuk memecah sel. Metode ini sangat efektif untuk jaringan tumbuhan dan
hewan yang keras serta dapat diskalakan. Namun, proses ini dapat menghasilkan
panas yang dapat menyebabkan denaturasi protein yang sensitif.⁹
Sonikasi:
Menggunakan gelombang ultrasonik untuk mengganggu membran
sel. Metode ini merupakan pendekatan cepat yang umum digunakan untuk sel
bakteri dan sangat efektif untuk volume kecil. Proses ini memerlukan
pendinginan untuk mencegah denaturasi protein akibat panas yang dihasilkan.¹
Siklus tekanan:
Melibatkan penggunaan tekanan tinggi untuk menginduksi
lisis sel dan cocok untuk sel yang keras seperti ragi, serta lebih lembut
terhadap protein. Kekurangan metode ini adalah perlunya peralatan khusus
(barocycler) yang tidak banyak tersedia.¹⁰
Metode
Nonmekanis
Detergen:
Melarutkan
membran sel dengan mengganggu bilayer lipid. Beberapa detergen yang umum
digunakan termasuk Triton X-100 dan SDS. Proses ini mudah digunakan dan sangat
efektif untuk protein membran, namun dapat menyebabkan denaturasi jika
digunakan pada konsentrasi tinggi. Detergen juga mungkin perlu dihilangkan
sebelum proses purifikasi berikutnya.¹,⁸
Pelarut
organik:
Pelarut seperti etanol atau aseton digunakan untuk
mengendapkan protein dan mengganggu membran. Metode ini cepat,
tetapi tidak cocok untuk semua jenis protein karena dapat menyebabkan
denaturasi.¹,⁸
Agen kaotropik:
Mengganggu jaringan ikatan hidrogen pada protein sehingga
membantu proses solubilisasi. Contohnya adalah urea dan guanidin hidroklorida.
Pendekatan ini sangat berguna untuk protein yang tidak larut, namun dapat
menyebabkan denaturasi dan sering memerlukan tahap pemulihan lipatan
(refolding) setelahnya.¹,⁸,¹¹
Pembekuan-Pencairan:
Prosedur ini melibatkan siklus pembekuan dan pencairan
berulang untuk melisiskan sel melalui pembentukan kristal es. Metode ini
sederhana karena tidak memerlukan peralatan khusus. Namun, metode ini memakan
waktu dan kurang efisien untuk beberapa jenis sel.¹,⁸
Perlakuan enzimatik:
Terkadang enzim seperti lisozim digunakan untuk memecah
dinding sel bakteri, biasanya dikombinasikan dengan metode lain untuk
meningkatkan efisiensi. Pendekatan ini sangat spesifik dan mempertahankan
integritas protein. Sayangnya, penggunaannya terbatas pada sel bakteri dan
memerlukan langkah tambahan untuk mencapai lisis sel yang lengkap.¹,⁸
Lima
Tantangan Praanalitik Umum dalam Proteomik Plasma
Artikel
ini menyoroti faktor-faktor praanalitik utama, termasuk teknik pengambilan
darah, pilihan antikoagulan, kondisi sentrifugasi, waktu pemrosesan dan praktik
penyimpanan yang memengaruhi kualitas data serta penemuan biomarker.
Gambar 2: Metode ekstraksi protein yang umum digunakan.
Teknik
pemurnian protein
Pemurnian protein melibatkan berbagai teknik yang
dirancang untuk mengisolasi protein berdasarkan sifat tertentu, seperti ukuran,
muatan atau afinitas. Berikut penjelasan rinci mengenai setiap metode:
Sentrifugasi
Sentrifugasi memisahkan komponen berdasarkan densitasnya
dengan memutar sampel pada kecepatan tinggi. Selama proses ini, partikel yang
lebih berat, seperti debris sel, akan mengendap di bagian bawah, sehingga
supernatan yang lebih ringan dan mengandung protein dapat dikumpulkan. Teknik
ini sering menjadi langkah awal pemurnian untuk menghilangkan kontaminan
berukuran besar dan mengonsentrasikan protein dari ekstrak kasar.¹⁻¹²
Presipitasi
Presipitasi melibatkan perubahan kelarutan protein
sehingga protein menggumpal dan mengendap keluar dari larutan. Hal
ini dapat dicapai dengan menggunakan garam (salting out), seperti amonium
sulfat, pelarut organik atau perubahan pH. Meskipun proses ini dapat
menyebabkan ko-presipitasi kontaminan, metode ini berguna untuk tahap awal
pengonsentrasian dan fraksinasi protein, terutama ketika bekerja dengan volume
besar.¹⁻¹³
Kromatografi
Kromatografi
mencakup berbagai teknik pemurnian yang serbaguna dan banyak digunakan untuk
memisahkan protein berdasarkan berbagai sifatnya (Gambar 3).
Kromatografi afinitas memanfaatkan interaksi spesifik
antara protein dan ligan yang terikat pada resin. Protein target akan berikatan
dengan ligan, sementara komponen lain dapat dicuci. Protein kemudian dielusi
dengan kondisi tertentu. Teknik ini sangat cocok untuk protein yang memiliki
pasangan ikatan spesifik atau protein ber-tag (misalnya protein
ber-His-tag).¹⁻¹⁴
Meningkatkan Efisiensi Analisis LC-MS/MS untuk Deteksi
Kontaminan yang Cepat
Disini membahas bagaimana berbagai sistem LC-MS/MS
dievaluasi dan bagaimana kemajuan teknologi terbaru meningkatkan kualitas dan
presisi data pada level jejak.
Kromatografi
pertukaran ion (ion exchange chromatography) memisahkan protein berdasarkan
muatannya. Protein berikatan dengan resin bermuatan (kationik atau anionik) dan
dielusi dengan meningkatkan kekuatan ionik atau mengubah pH buffer. Teknik ini
berguna untuk protein dengan muatan yang terdefinisi jelas dan sering digunakan
sebagai langkah pemurnian intermediat.¹⁻¹⁵
Kromatografi
eksklusi ukuran (size exclusion chromatography/SEC) memisahkan protein
berdasarkan ukurannya dengan melewatkannya melalui kolom berisi manik berpori. Protein berukuran kecil memasuki pori-pori dan
dielusi lebih lambat, sementara protein besar melewati pori-pori dan dielusi
lebih cepat. Teknik ini biasanya digunakan untuk memisahkan monomer dari
agregat dan sebagai langkah akhir pemolesan dalam proses pemurnian protein.¹⁻¹⁶
Kromatografi interaksi hidrofobik (hydrophobic
interaction chromatography/HIC) memisahkan protein berdasarkan sifat
hidrofobiknya. Protein berikatan dengan gugus hidrofobik pada resin pada
konsentrasi garam tinggi dan dielusi saat konsentrasi garam diturunkan.
Pendekatan ini cocok untuk protein dengan domain hidrofobik tinggi dan membantu
menghilangkan agregat yang tidak diinginkan.¹⁷
Gambar 3: Skema kolom yang digunakan dalam beberapa teknik kromatografi umum untuk pemurnian protein.
Ultrafiltrasi
dan dialisis
Ultrafiltrasi
adalah metodologi yang menggunakan membran semipermeabel untuk memekatkan dan
mendesalting larutan protein dengan menerapkan tekanan.¹,¹⁸
Sebaliknya,
dialisis adalah proses yang melibatkan penempatan larutan protein ke dalam
membran dengan permeabilitas selektif, sehingga molekul kecil dapat berdifusi
keluar menuju larutan di sekitarnya. Metodologi ini digunakan untuk menghilangkan kontaminan kecil, menukar
buffer dan memekatkan protein.¹,¹⁹
Elektroforesis
Elektroforesis memisahkan protein melalui matriks gel
berdasarkan ukuran dan muatan dengan menerapkan medan listrik. Salah satu
varian yang paling umum adalah SDS-PAGE, yang menggunakan deterjen (SDS) untuk
mendenaturasi protein dan memisahkannya berdasarkan ukuran melalui matriks gel
poliakrilamida.²⁰
Elektroforesis berfungsi sebagai teknik pemisahan protein
sekaligus metode analitik untuk menilai kemurnian dan menentukan berat molekul
protein.¹
Dengan memahami kelebihan dan keterbatasan setiap teknik
(lihat Tabel 1), para peneliti dapat memilih metode yang paling sesuai untuk
kebutuhan pemurnian protein tertentu, sehingga memastikan kemurnian dan fungsi
protein target tetap optimal.
Tabel 1: Ringkasan teknik pemurnian protein beserta
kelebihan, keterbatasan dan jenis sampel yang paling sesuai.
|
Teknik |
Kelebihan |
Keterbatasan |
Sampel
yang Sesuai |
|
Sentifugasi |
Sederhana, hemat biaya, dapat diskalakan |
Tidak sangat selektif, mungkin tidak menghilangkan
kontaminan berukuran kecil |
Pemisahan
awal, ekstrak kasar |
|
Presipitasi |
Hemat
biaya, cepat, sederhana |
Dapat mempresipitasi kontaminan, memerlukan optimasi |
Konsentrasi
awal, fraksionasi |
|
Kromatografi
afinitas |
Spesifisitas
dan kemurnian tinggi |
Pengikatan ligan memerlukan optimasi, resin mahal |
Protein
bertag, protein dengan pasangan ikatan spesifik |
|
Kromatografi
pertukaran ion |
Resolusi
tinggi, dapat diskalakan |
Memerlukan
kontrol pH/kuat ion yang cermat |
Protein
dengan sifat muatan yang terdefinisi |
|
Kromatografi
eksklusi ukuran |
Lembut,
berguna untuk desalting dan pertukaran penyangga (buffer) |
Resolusi lebih rendah, kapasitas terbatas |
Pemurnian
akhir, pemisahan monomer/agregat |
|
Kromatografi
interaksi hidrofobik |
Efektif
untuk protein hidrofobik |
Memerlukan
optimasi kadar garam, dapat mendenaturasi protein |
Protein
hidrofobik, penghilangan agregat |
|
Ultrafiltrasi
dan dialisis |
Sederhana,
tidak mendenaturasi, hemat biaya |
Terbatas oleh ukuran pori membran |
Konsentrasi,
pertukaran buffer |
|
Elektroforesis |
Resolusi
tinggi, analitik |
Umumnya
tidak preparatif, dapat mendenaturasi protein |
Penilaian kemurnian, penentuan berat molekul |
Ekspresi Protein Rekombinan
Protein
rekombinan direkayasa secara genetik untuk diproduksi oleh sel inang yang telah
ditransformasi dengan DNA rekombinan. DNA ini mengodekan protein yang
diinginkan, sehingga sel inang dapat memproduksi protein tersebut dalam jumlah
besar. Proses ekspresi protein rekombinan melibatkan beberapa
tahapan (Gambar 4):¹²
- Kloning gen: Gen yang mengodekan protein
target diisolasi dan disisipkan ke dalam plasmid atau vektor lain.
Konstruksi DNA rekombinan ini biasanya mencakup elemen regulasi seperti
promoter dan terminator untuk memastikan ekspresi yang optimal.
- Transformasi/transfeksi: DNA rekombinan dimasukkan ke
dalam sel inang. Pada sel bakteri dan ragi, proses ini disebut
transformasi, sedangkan pada sel mamalia dan serangga disebut transfeksi.
- Seleksi: Sel inang yang berhasil
memasukkan DNA rekombinan dipilih menggunakan penanda resistensi
antibiotik atau sistem seleksi lain yang dikodekan dalam vektor.
- Ekspresi: Sel inang terpilih kemudian
dikultur dalam kondisi yang menginduksi ekspresi protein rekombinan. Tahap ini dapat mencakup optimasi kondisi pertumbuhan seperti suhu,
pH, dan suplai nutrisi.
- Pemanenan: Sel inang dilisis untuk melepaskan protein rekombinan, yang
selanjutnya dimurnikan menggunakan teknik-teknik pemurnian yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Gambar 4: Alur kerja protokol umum ekspresi protein
rekombinan.
Jelajahi Evolusi Analisis Pestisida
Infografik ini memandu Anda melalui perjalanan analitis
dari keterbatasan deteksi awal hingga teknologi skrining mutakhir, memberikan
wawasan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan modern terkait keamanan pangan
dan kepatuhan regulasi.
Berbagai sistem ekspresi menawarkan keunggulan dan
keterbatan yang berbeda, sehingga masing-masing cocok untuk aplikasi tertentu. Tabel
2 merangkum kekuatan dan keterbatasan setiap sistem, beserta aplikasi umum dan
contohnya.
Tabel 2: Sistem ekspresi untuk protein rekombinan,
termasuk keunggulan, keterbatasan, aplikasi umum dan contohnya.
|
Sistem |
Kelebihan |
Keterbatasan |
Aplikasi |
Contoh |
|
Sel
mamalia |
Pelipatan
protein yang benar dan modifikasi pascatranslasi (PTM) yang lengkap,
aktivitas biologis tinggi |
Biaya tinggi, pertumbuhan lambat, kebutuhan kultur
kompleks |
Protein
terapeutik, glikoprotein kompleks |
Antibodi
monoklonal, eritropoietin |
|
Sel
serangga |
Hasil
tinggi, PTM kompleks, kondisi kultur lebih mudah dibanding sel mamalia |
Biaya
menengah, PTM dapat berbeda dari mamalia |
Produksi
vaksin, protein penelitian |
Sistem
ekspresi baculovirus |
|
Sel
ragi (yeast) |
Pertumbuhan
cepat, biaya rendah, kondisi kultur sederhana |
PTM
terbatas dibanding sistem mamalia, hiper-glikosilasi |
Enzim
industri, penelitian dasar, vaksin |
Produksi
vaksin Hepatitis B |
|
Sel
bakteri |
Pertumbuhan
cepat, hasil tinggi, kultur sederhana dan murah |
Salah lipat, pembentukan inclusion bodies, tidak
memiliki PTM, risiko kontaminasi endotoksin |
Protein
sederhana, enzim industri |
Insulin,
enzim rekombinan |
|
Sel
alga |
Berkelanjutan,
dapat diskalakan, biaya efektif |
Teknologi
kurang berkembang, hasil protein bervariasi |
Biofuel,
biofarmasi, suplemen nutrisi |
Sistem kloroplas alga untuk antigen vaksin |
|
Bebas
sel (cell-free) |
Cepat,
dapat diskalakan, tanpa kultur sel, kontrol langsung terhadap kondisi reaksi |
Biaya
tinggi, hasil protein terbatas |
Penelitian,
biologi sintetis, penyaringan high-throughput |
Prototipe
cepat protein |
Pemurnian
Protein Rekombinan
Pemurnian protein rekombinan sering kali memerlukan
teknik khusus untuk mengisolasi protein target secara efisien sambil
mempertahankan fungsinya. Metode-metode utama meliputi penandaan protein
(protein tagging), pemurnian afinitas, serta solubilisasi/pelipatan ulang
(refolding) (Gambar 5). 33,34
1. Penandaan Protein dan Pemurnian Afinitas
Penandaan protein (protein tagging) dilakukan dengan
menambahkan urutan asam amino tertentu pada protein target untuk mempermudah
proses pemurnian. Tag yang paling umum digunakan adalah tag His
dan GST, tetapi terdapat pula jenis tag lain seperti MBP, FLAG, dan Strep
(lihat Tabel 3).22,35
Pemurnian
Protein Bertag His (His-tag)
His-tag
terdiri atas urutan enam hingga sepuluh residu histidin yang berikatan kuat
dengan ion logam seperti nikel atau kobalt. Ikatan ini dimanfaatkan dalam kromatografi
afinitas logam terimobilisasi (IMAC).
Protein
yang diberi His-tag akan berikatan dengan resin yang bermuatan ion nikel atau
kobalt. Kontaminan akan dicuci,
dan protein dielusi menggunakan imidazol atau dengan menurunkan pH.36
Pemurnian
Protein Bertag GST (GST-tag)
GST-tag
adalah enzim glutation S-transferase yang berikatan dengan glutation yang
terimobilisasi pada resin. Protein bertag GST akan
berikatan dengan resin glutation, kemudian setelah kontaminan dicuci, protein
dielusi menggunakan glutation tereduksi.37
Tabel
3: Beberapa Jenis Tag Protein yang Umum Digunakan.38
|
Tag |
Deskripsi |
Mitra
Pengikat |
Ukuran |
Aplikasi |
|
His |
Urutan
polihistidin |
Ion
nikel/kobalt |
Kecil |
Purifikasi
umum, interaksi protein |
|
GST |
Glutathione
S-transferase |
Glutation |
Besar |
Peningkatan
kelarutan, uji aktivitas |
|
MBP |
Protein
pengikat maltosa |
Amilosa |
Besar |
Peningkatan
kelarutan, pelipatan protein |
|
FLAG |
Peptida
pendek (DYKDDDDK) |
Antibodi
anti-FLAG |
Kecil |
Western
blotting, imunopresipitasi |
|
Strep |
Peptida
pengikat streptavidin |
Streptavidin |
Kecil |
Kondisi
elusi yang lembut |
2.
Solubilisasi/Refolding
Terkadang,
protein rekombinan membentuk agregat tidak larut yang disebut inclusion
bodies, terutama pada sistem ekspresi bakteri. Teknik refolding dan
solubilisasi digunakan untuk memperoleh kembali protein yang fungsional.
Prosedur ini meliputi solubilisasi inclusion bodies menggunakan agen
kao-tropik seperti urea atau guanidin hidroklorida yang mendnaturasi protein.
Setelah itu, protein perlahan-lahan difolding ulang dengan secara bertahap
menghilangkan agen kao-tropik, sering kali dengan penambahan zat aditif yang
membantu proses pelipatan protein secara benar.⁽³⁹˒⁴⁰⁾
Setiap
pendekatan pemurnian untuk protein rekombinan memiliki kelebihan dan
keterbatasan (lihat Tabel 4), dan peneliti harus memilih metode yang paling
sesuai untuk memastikan kemurnian dan fungsi tertinggi sesuai kebutuhan
aplikasi.
Gambar 5: Skema umum dari metode utama untuk
pemurnian protein rekombinan.
Tabel
4: Perbandingan teknik pemurnian untuk protein rekombinan.
|
Teknik |
Kelebihan |
Keterbatasan |
Protein
yang Sesuai |
|
Purifikasi
His-tag |
Sederhana,
kuat (robust), hemat biaya |
Potensi pelepasan logam, mungkin tidak mengikat semua
protein |
Beragam
jenis protein, terutama yang diekspresikan di E. coli |
|
Purifikasi
GST-tag |
Afinitas
tinggi, meningkatkan kelarutan |
Tag
berukuran besar dapat memengaruhi fungsi, memerlukan pelepasan tag |
Protein yang memerlukan peningkatan kelarutan, protein
eukariotik |
|
Refolding/solubilisasi |
Menghasilkan
kembali protein fungsional dari inclusion bodies |
Memakan
waktu, membutuhkan optimasi |
Protein tidak larut, protein yang diekspresikan pada
bakteri |
Analisis protein
Setelah protein dimurnikan, analisis terhadap
konsentrasi, kemurnian, aktivitas, struktur, stabilitas dan interaksinya
menjadi sangat penting. Berikut ini adalah teknik-teknik paling umum untuk
analisis protein.
Penentuan
konsentrasi protein
Uji
Bradford (Bradford assay):
Uji
kolorimetri ini menggunakan pewarna Coomassie Brilliant Blue yang berikatan
dengan protein sehingga menyebabkan pergeseran absorbansi. Metode ini cepat dan
sederhana, tetapi hasilnya dapat dipengaruhi oleh keberadaan deterjen.⁴¹
Uji
asam bicinchoninat (Bicinchoninic acid/BCA assay):
Merupakan
uji kolorimetri lain yang mengukur reduksi ion Cu²⁺ menjadi Cu⁺ oleh protein
dalam lingkungan basa. Metode ini kompatibel
dengan deterjen, tetapi kurang sensitif terhadap variasi komposisi protein.⁴¹
Uji fluoresensi:
Uji ini menggunakan pewarna berfluoresensi yang berikatan
dengan protein, memberikan sensitivitas dan akurasi tinggi.⁴¹
Spektrofotometri UV-Vis:
Teknik ini mengukur absorbansi pada 280 nm karena
keberadaan asam amino aromatik. Metode ini tidak merusak sampel, tetapi kurang
akurat untuk campuran kompleks tanpa kurva standar.⁴²,⁴³
Analisis kemurnian
SDS-PAGE:
Teknik ini memisahkan protein berdasarkan ukuran. Metode
ini sangat efektif untuk menilai kemurnian dan menentukan berat molekul.²⁰
Western
blotting:
Setelah
SDS-PAGE, protein dipindahkan ke membran dan dideteksi menggunakan antibodi
spesifik. Teknik ini sangat baik
untuk mengonfirmasi keberadaan dan kemurnian protein target.⁴⁴,⁴⁵
Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA):
ELISA menggunakan antibodi untuk mendeteksi protein
tertentu.⁴⁶ Teknik ini sensitif dan kuantitatif, serta sangat berguna untuk
mendeteksi protein sel inang dalam produk biofarmasi.⁴⁷
Uji Aktivitas (Activity assays)
ELISA: Mengukur aktivitas protein dengan mendeteksi interaksi fungsional antara
protein dengan antibodi atau ligannya.48
Uji radioligan (Radioligand assays): Menggunakan ligan berlabel radioaktif untuk
mempelajari interaksi pengikatan, memberikan sensitivitas yang sangat tinggi.49
Surface plasmon resonance (SPR): Mengukur interaksi pengikatan secara real-time
antara protein dan ligan tanpa memerlukan pelabelan, serta menyediakan data
kinetik.50
Analisis
Struktur (Structural analysis)
Spektroskopi
NMR: Memberikan informasi detail tentang struktur, dinamika,
dan interaksi protein. Teknik ini sangat baik untuk protein berukuran kecil
hingga menengah, tetapi membutuhkan jumlah protein yang besar serta pelabelan
isotop.51,52
Cryo-electron
microscopy (Cryo-EM): Menentukan struktur
resolusi tinggi dari kompleks berukuran besar dalam kondisi mendekati keadaan
alami. Teknik ini sangat kuat namun memerlukan peralatan khusus.53
Circular
dichroism: Mengukur perbedaan penyerapan cahaya
terpolarisasi sirkular kiri dan kanan, sehingga memberikan gambaran mengenai
kandungan struktur sekunder protein.54
Spektroskopi fluoresensi: Menganalisis fluoresensi intrinsik atau ekstrinsik untuk
mempelajari pelipatan dan perubahan konformasional protein.55
Kristalografi sinar-X: Memberikan struktur resolusi atom dari protein yang
telah dikristalkan.56,57
Teknik
Kunci dalam Biologi Struktur, Kekuatan dan Keterbatasannya
Pengujian
stabilitas
Stabilitas
protein dipelajari menggunakan differential scanning calorimetry (DSC),
yaitu teknik yang mengukur perubahan panas yang terkait dengan proses
penggulungan (unfolding) protein, sehingga memberikan data mengenai stabilitas
termal dan proses pelipatan protein.⁵⁸
Analisis
kuantitatif
Spektrometri
massa merupakan teknik yang paling banyak digunakan untuk melakukan analisis
kuantitatif yang akurat, termasuk pengukuran kelimpahan protein, analisis
struktural, identifikasi struktur protein, pengamatan pelipatan dan interaksi,
serta deteksi modifikasi pascatranslasi (PTM) seperti fosforilasi dan
glikosilasi.⁵⁹⁻⁶⁰
Dengan
memanfaatkan berbagai teknik ini, para peneliti dapat mengkarakterisasi protein
yang telah dimurnikan secara komprehensif, sehingga memastikan kesesuaiannya
untuk beragam aplikasi dalam penelitian, diagnostik dan terapi.
Pemurnian
protein merupakan langkah penting dalam bioteknologi, pengembangan farmasi dan
penelitian, yang memungkinkan produksi protein berkualitas tinggi untuk
berbagai aplikasi. Dengan menggunakan teknik pemurnian yang maju dan metode
analisis yang canggih, ilmuwan dapat mengisolasi serta mengkarakterisasi
protein secara mendalam. Proses ini memastikan
bahwa protein memenuhi standar yang diperlukan untuk efektivitas dan keamanan
produk akhir.
DAFTAR
PUSTAKA
- Janson J-C, ed. Protein
Purification: Principles, High Resolution Methods and Applications.
3rd ed. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons, Inc.; 2011:1–517.
- Labrou NE, ed. Protein
Downstream Processing: Design, Development and Application of High and
Low-Resolution Methods. Humana Press; 2021:1–555.
- Murphy C, Devine T, O’Kennedy
R. Technology advancements in antibody purification. Antib Technol J.
2016;6:17–32. doi:10.2147/ANTI.S64762
- Queiroz de Sousa M, Sobreira
Galdino A, dos Santos JC, et al. A recombinant multiepitope protein for
hepatitis B diagnosis. Biomed Res Int. 2013:148317.
doi:10.1155/2013/148317
- Wang X, Lu X, Chen J.
Development of biosensor technologies for analysis of environmental
contaminants. Trends Environ Anal Chem. 2014;2:25–32.
doi:10.1016/j.teac.2014.04.001
- Tuzimski T, Petruczynik A.
Review of new trends in the analysis of allergenic residues in foods and
cosmetic products. J AOAC Int. 2020;103(4):997–1028.
doi:10.1093/jaoacint/qsaa015
- Schulte KQ, Curtis Hewitt F,
Manley TE, et al. Fractionation of DNA and protein from individual latent
fingerprints for forensic analysis. Forensic Sci Int Genet.
2021;50:102405. doi:10.1016/j.fsigen.2020.102405
- Cutler P, ed. Protein
Purification Protocols. 2nd ed. Totowa, NJ: Humana Press; 2012:1–484.
- Kula M-R, Schütte H.
Purification of proteins and the disruption of microbial cells. Biotechnol
Prog. 1987;3(1):31–42. doi:10.1002/btpr.5420030107
- Cai
X, Xue Z, Wu C, et al. High-throughput
proteomic sample preparation using pressure cycling technology. Nat
Protoc. 2022;17:2307–2325. doi:10.1038/s41596-022-00727-1
- Salvi G, de los Rios P,
Vendruscolo M. Effective interactions between chaotropic agents and
proteins. Proteins Struct Funct Bioinf. 2005;61:492–499.
doi:10.1002/prot.20626
- Roush DJ, Lu Y. Advances in
primary recovery: centrifugation and membrane technology. Biotechnol
Prog. 2008;24:488–495. doi:10.1021/bp070414x
- Burgess RR. Protein
precipitation techniques. Methods Enzymol. 2009;463:331–342.
doi:10.1016/S0076-6879(09)63020-2
- Urh M, Simpson D, Zhao K.
Affinity chromatography: general methods. Methods Enzymol.
2009;463:417–437. doi:10.1016/S0076-6879(09)63026-3
- Jungbauer A, Hahn R.
Ion-exchange chromatography. Methods Enzymol. 2009;463:349–371.
doi:10.1016/S0076-6879(09)63022-6
- Fekete S, Beck A, Veuthey J-L,
Guillarme D. Theory and practice of size exclusion chromatography for the
analysis of protein aggregates. J Pharm Biomed Anal.
2014;101:161–173. doi:10.1016/j.jpba.2014.04.011
- McCue JT. Theory and use of
hydrophobic interaction chromatography in protein purification
applications. Methods Enzymol. 2009;463:405–413.
doi:10.1016/S0076-6879(09)63025-1
- Van Reis R, Zydney AL. Protein
ultrafiltration. In: Flickinger MC, ed. Encyclopedia of Industrial
Biotechnology. 2010. doi:10.1002/9780470054581.eib515
- García-Fruitós E, ed. Insoluble
Proteins: Methods and Protocols. Humana Press; 2015:1–425.
- Gallagher SR.
SDS-polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE). Curr Protoc Essent
Lab. 2012;6(1):7–3:1–28. doi:10.1002/9780470089941.et0703s06
- Tuan RS, ed. Recombinant
Gene Expression Protocols. Totowa, NJ: Humana Press; 1997.
- Young CL, Britton ZT, Robinson
AS. Recombinant protein expression and purification: a comprehensive
review of affinity tags and microbial applications. Biotechnol J.
2012;7:620–634. doi:10.1002/biot.201100155
- Andersen DC, Krummen L.
Recombinant protein expression for therapeutic applications. Curr Opin
Biotechnol. 2002;13(2):117–123. doi:10.1016/S0958-1669(02)00300-2
- Brondyk WH. Selecting an
appropriate method for expressing a recombinant protein. Methods
Enzymol. 2009;463:131–147. doi:10.1016/S0076-6879(09)63011-1
- Siegel DL. Recombinant
monoclonal antibody technology. Transfus Clin Biol. 2002;9:15–22.
doi:10.1016/S1246-7820(01)00210-5
- Inoue N, Takeuchi M, Ohashi H,
Suzuki T. The production of recombinant human erythropoietin. Biotechnol
Annu Rev. 1995;1:297–313. doi:10.1016/S1387-2656(08)70055-3
- Chambers AC, Aksular M, Graves
LP, Irons SL, Possee RD, King LA. Overview of the baculovirus expression
system. Curr Protoc Protein Sci. 2018;91:5.4.1–5.4.6.
doi:10.1002/cpps.47
- Assad S, Francis A. Over a
decade of experience with a yeast recombinant hepatitis B vaccine. Vaccine.
2000;18:57–67. doi:10.1016/S0264-410X(99)00179-6
- Ladisch MR, Kohlmann KL.
Recombinant human insulin. Biotechnol Prog. 1992;8:469–478.
doi:10.1021/bp00018a001
- Espejo-Mojica AJ,
Alméciga-Díaz CJ, Rodríguez A, et al. Human recombinant lysosomal enzymes
produced in microorganisms. Mol Genet Metab. 2015;116:13–23.
doi:10.1016/j.ymgme.2015.06.001
- Specht EA, Mayfield SP.
Algae-based oral recombinant vaccines. Front Microbiol.
2014;5(60):1–7. doi:10.3389/fmicb.2014.00060
- Karim AS, Jewett MC. Cell-free
synthetic biology for pathway prototyping. Methods Enzymol.
2018;608:31–55. doi:10.1016/bs.mie.2018.04.029
- Saraswat M, Musante L, Ravidá
A, Shortt B, Byrne B, Holthofer H. Preparative purification of recombinant
proteins: current status and future trends. Biomed Res Int.
2013;2013:1–18. doi:10.1155/2013/312709
- Wingfield PT. Overview of the
purification of recombinant proteins. Curr Protoc Protein Sci.
2016;80:6.1.1–6.1.35. doi:10.1002/0471140864.ps0601s80
- Arnau J, Lauritzen C, Petersen
GE, Pedersen J. Protein Expr Purif. 2006;48:1–13.
doi:10.1016/j.pep.2005.12.002
- Spriestersbach A, Kubicek J,
Schäfer F, Block H, Maertens B. Purification of His-tagged proteins. Methods
Enzymol. 2015;559:1–15. doi:10.1016/bs.mie.2014.11.003
- Schäfer F, Seip N, Maertens B,
Block H, Kubicek J. Purification of GST-tagged proteins. Methods
Enzymol. 2015;559:127–139. doi:10.1016/bs.mie.2014.11.005
- Kimple ME, Brill AL, Pasker
RL. Overview of affinity tags for protein purification. Curr Protoc
Protein Sci. 2015;73:9.9. doi:10.1002/0471140864.ps0909s73
- Sing SM, Panda AK.
Solubilization and refolding of bacterial inclusion body proteins. J
Biosci Bioeng. 2005;99(4):303–310. doi:10.1263/jbb.99.303
- Hashemzadeh MS, Mohammadi M,
Ghaleh HEG, Sharti M, Choopani A, Panda AK. Expression, solubilization,
refolding and final purification of recombinant proteins as expressed in
the form of “classical inclusion bodies” in E. coli. Protein Pept Lett.
2021;28(2):122–130. doi:10.2174/0929866527999200729182831
- Walker JM, ed. The Protein
Protocols Handbook. 2nd ed. Totowa, NJ: Humana Press; 2002:1–1146.
- Antosiewicz JM, Shugar D.
UV-Vis spectroscopy of tyrosine side-groups in studies of protein
structure. Part 2: selected applications. Biophys Rev.
2016;8:163–177. doi:10.1007/s12551-016-0197-7
- Reinmuth-Selzle K, Tchipilov
T, Backes AT, et al. Determination of the protein content of complex
samples by aromatic amino acid analysis, liquid chromatography-UV
absorbance, and colorimetry. Anal Bioanal Chem. 2022;414:4457–4470.
doi:10.1007/s00216-022-03910-1
- Kurien BT, Scofield RH.
Western blotting. Methods. 2006;38:283–293.
doi:10.1016/j.ymeth.2005.11.007
- Mishra M, Tiwari S, Gomes AV.
Protein purification and analysis: next generation Western blotting
techniques. Expert Rev Proteomics. 2017;14(11):1037–1053.
doi:10.1080/14789450.2017.1388167
- Jia C-P, Zhong X-Q, Hua B, Liu
M-Y, Jing F-X, Lou X-H, et al. Nano-ELISA for highly sensitive protein
detection. Biosens Bioelectron. 2009;24:2836–2841.
doi:10.1016/j.bios.2009.02.024
- Zhu-Shimoni
J, Yu C, Nishihara J, et al. Host
cell protein testing by ELISA and the use of orthogonal methods. Biotechnol
Bioeng. 2014;111(12):2367–2379. doi:10.1002/bit.25327
- Meyerkord CL, Fu H, eds. Protein–Protein
Interactions: Methods and Applications. 2nd ed. Humana Press;
2015:1–620.
- Davenport AP, ed. Receptor
Binding Techniques. 3rd ed. Humana Press; 2012:1–309.
- Drescher DG, Selvakumar D,
Drescher MJ. Analysis of protein interactions by surface plasmon
resonance. Adv Protein Chem Struct Biol. 2018;110:1–30.
doi:10.1016/bs.apcsb.2017.07.003
- Cavanagh J, ed. Protein NMR
Spectroscopy: Principles and Practice. Academic Press; 1996:1–542.
- Meyer B, Peters T. NMR
spectroscopy techniques for screening and identifying ligand binding to
protein receptors. Angew Chem Int Ed. 2003;42(8):864–890.
doi:10.1002/anie.200390233
- Yip KM, Fischer N, Paknia E,
Chari A, Stark H. Atomic-resolution protein structure determination by
cryo-EM. Nature. 2020;587:157–161. doi:10.1038/s41586-020-2833-4
- Kelly SM, Jess TJ, Price NC.
How to study proteins by circular dichroism. Biochim Biophys Acta.
2005;1751:119–139. doi:10.1016/j.bbapap.2005.06.005
- Ladokhin AS. Fluorescence
spectroscopy in peptide and protein analysis. In: Meyers RA, ed. Encyclopedia
of Analytical Chemistry. 2000. doi:10.1002/9780470027318.a1611
- Ilari A, Savino C. Protein
structure determination by X-ray crystallography. Methods Mol Biol.
2008;452:63–87. doi:10.1007/978-1-60327-159-2_3
- Kermani AA. A guide to
membrane protein X-ray crystallography. FEBS J. 2021;288:5788–5804.
doi:10.1111/febs.15676
- Johnson CM. Differential
scanning calorimetry as a tool for protein folding and stability. Arch
Biochem Biophys. 2013;531:100–109. doi:10.1016/j.abb.2012.09.008
- Zhang S, Jian W. Recent
advances in absolute quantification of peptides and proteins using LC-MS. Rev
Anal Chem. 2014;33(1):31–47. doi:10.1515/revac-2013-0019
- Van de Merbel. Protein
quantification by LC-MS: a decade of progress through the pages of
Bioanalysis. Bioanalysis. 2019;11(07):629–644.
doi:10.4155/bio-2019-0032
SUMBER:
Héctor
Zamora Carreras (2024) An Introduction to Protein Purification: Methods,
Technologies and Applications. Advanced protein purification techniques enhance
protein activity and yield, facilitating breakthroughs in research.
https://www.technologynetworks.com/immunology/articles/an-introduction-to-protein-purification-methods-technologies-and-applications-388443
#protein
#purifikasi
#bioteknologi
#laboratorium
#risetilmiah
No comments:
Post a Comment