Wednesday, 23 July 2025

Rahasia Sembuhkan Psittacosis Terbongkar!

 



Doksisiklin untuk Pengobatan Ornithosis dan Psittacosis pada Burung

 

Infeksi Chlamydia psittaci, yang menyebabkan penyakit ornithosis atau psittacosis, masih menjadi tantangan utama dalam praktik kedokteran hewan unggas, khususnya pada burung peliharaan seperti burung beo, finch, merpati, dan ayam pekarangan. Penyakit ini bersifat zoonosis, dapat menimbulkan gangguan pernapasan kronis dan menyebar melalui sekret pernapasan dan feses. Penanganan yang tepat sangat penting untuk melindungi kesehatan burung dan mencegah potensi risiko bagi manusia.

 

Salah satu pendekatan yang telah digunakan secara luas dalam pengobatan infeksi C. psittaci adalah terapi antibiotik menggunakan doksisiklin. Di antara berbagai bentuk sediaan, sediaan injeksi sering kali menjadi pilihan pada kasus infeksi kronis atau ketika burung mengalami penurunan nafsu makan, sehingga sulit diberikan obat melalui pakan atau air minum.

 

Psittavet Suntik, yang mengandung 50 mg/mL doksisiklin hidroklorida, merupakan sediaan injeksi intramuskular yang dirancang khusus untuk pengobatan infeksi bakteri sensitif, termasuk C. psittaci. Keunggulan utama produk ini terletak pada kemampuan absorpsinya yang cepat melalui sirkulasi darah, sehingga dapat segera mencapai jaringan target tempat bakteri berkoloni. Ini menjadikannya pilihan ideal terutama dalam penanganan kasus psittacosis yang memerlukan intervensi sistemik.

 

Penggunaan Psittavet cukup praktis, karena hanya membutuhkan satu kali suntikan per minggu selama enam minggu. Dosis yang dianjurkan adalah 0,1 mL per 100gram berat badan, dengan rotasi titik suntik untuk mencegah iritasi lokal. Sebagai contoh, seekor burung beo dengan berat 400gram memerlukan dosis sekitar 0,4 mL per kali penyuntikan.

 

Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa sediaan ini telah digunakan di berbagai kebun binatang dan lembaga konservasi burung, khususnya pada satwa koleksi yang tidak memungkinkan pengobatan oral jangka panjang. Formulasinya dikembangkan oleh dokter hewan unggas berpengalaman, dan meskipun tersedia secara impor, produk ini tetap memperhatikan standar keselamatan dan kualitas yang ketat.

 

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa produk ini tidak diperuntukkan bagi hewan yang hasil ternaknya dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, penggunaan pada ayam atau unggas konsumsi harus dihindari. Penggunaan oleh paramedik veteriner dan pengelola satwa sebaiknya selalu dilakukan di bawah pengawasan dokter hewan, khususnya untuk memastikan teknik injeksi yang benar serta mencegah efek samping yang tidak diinginkan.

 

Dengan pemahaman yang baik tentang karakteristik penyakit dan cara kerja doksisiklin, diharapkan para praktisi veteriner dapat mengambil keputusan terapi yang tepat, demi menjaga kesehatan burung peliharaan sekaligus menekan risiko penularan zoonosis ke manusia.

No comments:

Post a Comment