Tuesday, 11 December 2012

Virus AI Clade 2.3.2 pada Itik di Pulau Jawa


1.    Apa perbedaan virus AI yang baru dengan virus AI yang selama ini ada di Indonesia ?

1)    Virus AI baru ini masih sama H5N1 tergolong Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) namun memiliki Clade 2.3.2 yang menjadi patogen menyebabkan tingkat kesakitan dan kematian cukup tinggi pada itik.

2)    Virus AI baru tersebut berbeda dengan virus AI yang selama ini endemis di Indonesia sejak tahun 2003 yakni Clade 2.1. sub Clade 2.1.3. yang hanya patogen pada unggas dari golongan ayam (gallinaceous) seperti ayam layer, ayam broiler, ayam kampong dan puyuh, sedangkan itik dan unggas air yang lainnya dinyatakan sebagai hewan reservoir yang relatif tahan terhadap infeksi virus H5N1 clade 2.1 dan selama ini tingkat kesakitan dan kematiannya sangat rendah.
                                                       
2.    Bagaimana virus AI baru tersebut dapat muncul belakangan ini di Indonesia ?

Adanya virus AI baru di Indonesia dapat dimungkinkan penyebabnya dari suatu proses mutasi genetic virus AI yang kita tidak ketahui selama ini atau kemungkinan oleh introduksi virus baru dari luar negeri yang sedang tertular penyakit yang disebabkan oleh virus AI baru tersebut.

3.    Mungkinkah virus AI baru tersebut merupakan hasil dari mutasi virus AI lama yang selama ini beredar di Indonesia ?

Kami masih belum tahu pasti apakah penyebabnya dari mutasi genetic virus AI yang selama ini telah ada di Indonesia. Hal tersebut masih memerlukan kajian dan penelitian secara mendalam.

4.    Bila berasal dari luar negeri, bagaimana kemungkinan caranya virus tersebut masuk ke Indonesia ?

Kami masih belum tahu pasti bagaimana caranya virus AI baru tersebut masuk ke Indonesia. Bila dilakukan melalui importasi unggas hidup dan produknya yang berisiko dari Negara tertular di tempat pemasukan, tentunya sudah ditolak dan dimusnahkan oleh jajaran karantina. Bila dilakukan secara illegal, kita juga tidak tahu pasti melalui pelabuhan yang mana.

5.    Apa gejala klinis dan gambaran bedah bangkai dari itik yang terserang virus baru tsersebut ?

Pada pemeriksaan secara klinis terhadap itik yang sakit, terlihat bahwa itik yang sakit menunjukkan gejala klinis syaraf seperti tortikolis, tremor, kesulitan berdiri, kehilangan keseimbangan saat berjalan dan pada kasus parah disertai kematian. Hasil bedah bangkai tidak ditemukan perubahan yang spesifik kecuali adanya kornea mata yang keputihan baik unilateral maupun bilateral, garis-garis keputihan pada otot jantung yang bervariasi dari ringan sampai berat serta adanya kongesti pada pembuluh darah dan malasea (nekrosis) pada otak dengan variasi dari ringan sampai berat.

6.    Bagaimana kondisi lapangan sejak ditemukannya virus AI baru tersebut hingga saat ini ?

Data sementara yang diterima per 10 Desember 2012 dari laporan investigasi BBV Wates, BPPV Subang dan data SMS Gateway sejak bulan September hingga Desember 2012, telah dilaporkan kasus kematian itik akibat AI di 15 kabupaten, terdiri dari  Kabupaten Sukoharjo, Wonosobo, Wonogiri, Pekalongan, Boyolali, Klaten, Pati, Rembang (Jawa Tengah); Bantul, Sleman, Kulon Progo (D.I. Yogyakarta); Blitar, Tulung Agung, Lamongan (Jawa Timur); dan Indramayu (Jawa Barat). 

7.    Seberapa tinggi tingkat kesakitan dan kematian pada itik yang terserang virus baru tersebut ?

Berdasarkan hasil investigasi di lapangan oleh Bbvet Wates dan laporan kematian pada pengantar sampel itik diperoleh data bahwa rata-rata kematian itik adalah 39,3% dengan prosentase terendah 8,3% dan kematian tertinggi mencapai 100,0%.

8.    Apakah pemerintah telah menyampaikan publikasi secara resmi ke masyarakat umum tentang adanya virus AI baru pada itik ini ?

a.    Sejak adanya laporan peternak itik pada akhir September 2012, maka Balai Besar Veteriner Wates telah melakukan investigasi lapangan dan pemeriksaan laboratoris selama bulan Oktober 2012.

b.    Diterbitkan Surat Edaran Direktur Kesehatan Hewan tanggal 9 November 2012 guna peningkatan kewaspadaan sambil menunggu proses hasil konfirmasi diagnosa laboratoris dan penelitian biomolekuler.

c.    Setelah diperoleh hasil penelitian biomolekuler tentang ditemukannya virus AI H5N1 dengan clade baru 2.3.2, maka segera diterbitkan Surat Edaran Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tanggal 6 Desember 2012 untuk dilakukan langkah-langkah tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit.

d.    Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan juga telah melaporkan kasus baru ini ke Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) pada tanggal 10 Desember 2012, serta sedang dalam proses mendaftarkan genetik virus AI pada itik di Indonesia tersebut ke Gene Bank agar dapat diakses informasinya untuk kepentingan ilmiah internasional.

9.    Apa saja instruksi pengendalian yang harus dilakukan guna mencegah dan mengendalikan penyakitnya ?

a.      Terhadap itik yang sakit atau mati mendadak segera dilakukan uji cepat menggunakan Rapid Antigen Test (RAT) dan mengirimkan spesimen ke BBVet/BPPV terdekat guna konfirmasi diagnosa laboratoris.  Bila hasil diagnosa positif agar segera melakukan tindakan depopulasi terbatas (focal culling) disertai tindakan biosekuriti.

b.      Pembatasan lalu lintas itik dan produknya dari daerah dimana terjadi peningkatan kasus AI oleh Dinas setempat serta pengawasan lalu lintas di tempat-tempat pengeluaran dan pemasukan oleh Karantina Hewan, dengan mengacu pada SOP Pengendalian AI tahun 2010.  Lalu lintas itik hidup dari daerah tertular dipersyaratkan dengan hasil uji PCR negatif.

c.      Vaksinasi pada itik belum dianjurkan, namun bagi peternakan itik komersial yang sudah melaksanakan vaksinasi dapat melanjutkan menggunakan vaksin AI yang telah mendapatkan Nomor Registrasi dari Kementerian Pertanian, sambil menunggu hasil penelitian secara mendalam.

d.      BBVet/BPPV agar meningkatkan surveilans AI pada itik dan unggas air lainnya, khususnya di daerah sentra produksi itik di wilayah risiko tinggi, sedangkan Bbalitvet melaksanakan penelitian biomolekuler lebih lanjut.

e.      Melanjutkan monitoring dinamika virus untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan strategi pengendalian penyakit.

f.       Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dan lintas sektor, baik di Pusat maupun daerah.

10. Strategi pengendalian apa yang paling efektif saat ini guna mencegah peningkatan kasus AI tersebut ?

Dalam kondisi awal peningkatan kasus penyakit hewan menular seperti saat ini,
maka beberapa strategi utama yang paling efektif untuk mencegah penyebaran virus dan pengendalian penyakit, antara lain strategi:

a.      Penerapan prinsip Deteksi Dini, Lapor Dini dan Respon Dini.

b.      Strategi Depopulasi terbatas terhadap unggas di lokasi flok ditemukannya kasus AI pada itik atau unggas lainnya. Diikuti dengan tindakan penguburan dan pembakaran bangkai dan bahan/alat tercemar lainnya sesuai SOP Pengendalian AI.

c.      Strategi Biosekuriti harus diterapkan lebih ketat.

d.      Strategi Pengawasan lalu lintas yang ketat, baik antar daerah maupun antar pulau.

e.      Sedangkan untuk penerapan strategi vaksinasi masih harus menunggu hasil penelitian yang prosesnya sedang dilakukan penelitian mendalam.

11. Apa tantangan yang dihadapi dalam mengendalikan penyakit AI ?

a.      Pelaporan kasus itik atau unggas lainnya yang sakit atau mati mendadak dari para peternak atau masyarakat kepada petugas lapangan secara cepat agar dapat dilakukan deteksi dan respon cepat.

b.      Proses Depopulasi unggas yang seharusnya dilaksanakan segera menghadapi hambatan tuntutan peternak terhadap kompensasi, sedangkan pemerintah (pusat maupun daerah) tidak tersedia anggaran biaya kompensasi maupun operasional depopulasi tersebut.  Di pihak lain, kesadaran peternak masih rendah untuk unggasnya didepopulasi tanpa kompensasi, sehingga kecenderungan dikhawatirkan akan melakukan penjualan atau melalulintaskan secara ilegal ke daerah lainnya, sehingga akan berdampak pada penyebaran penyakit secara cepat dan meluas.

12. Apa himbauan kepada para peternak itik atau unggas ?

Penyuluhan kepada para peternak tentang perlunya segera melapor bilamana ditemukan itik yang sakit atau mati secara mendadak, mengisolasi unggas sakit serta tidak memelihara itik bersama dengan ayam atau unggas lainnya.

13. Apa himbauan kepada masyarakat umum, khususnya para konsumen daging dan telur itik ?

Penyuluhan kepada masyarakat umum agar tidak panik dan tidak khawatir mengkonsumsi daging dan telur itik sepanjang dimasak terlebih dahulu. Sewaktu menangani (memelihara, menyembelih, mengubur bangkai dll) itik atau unggas lainnya agar tetap menggunakan masker dan mencuci tangan dengan sabun
  
14. Bagaimana masyarakat dapat bertanya tentang informasi kasus AI ini?

Untuk melayani komunikasi publik, tetap diaktifkan melalui SMS/Call Center AI Direktorat Kesehatan Hewan Nomor 08118301001. Dan informasi dapat diakses pada website: www.ditjennak.deptan.go.id.

Sumber:
Direktorat Kesehatan Hewan
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan



1 comment:

  1. Terima kasih informasi Questions and Answers tentang AI pada Itik
    wass.wrwb.
    Nurvidia

    ReplyDelete